Dalam karya-karyanyan, Musfiq menyuguhkan permainan tradisional anak, yang kini keberadaannya sudah mulai tenggelam. Dunia anak-anak digambarkan terdiri dari seperangkat permainan beserta beberapa simbol pendukung yang menggugah ingatan para pengunjung untuk kembali ke masa kecilnya dulu.
Menurut Musfiq, konsep karya-karyanya itu berawal dari ingatan pengalaman masa kecilnya dengan permainan yang dimainkannya, yang keberadaannya sekarang sudah hampir punah. “Saya ingin mengingat kembali permainan waktu kecil dulu,” katanya. “Permainan tradisional kini sudah jarang dimainkan lagi oleh anak-anak, karena mainan anak sekarang bentuknya lebih canggih dan modern.”
Dalam pameran tunggal perdananya itu, Musfiq menampilkan sekitar 13 karya lukisan, di antaranya berjudul Lempar Gasing, Bola Bekel, Kelereng, Hompimpa, Halo-haloan, Yoyo, dan Egrang.
Dalam salah satu karya lukisannya Musfiq bercerita bagaimana permainan tradisional sekarang ini tergantikan karena perkembangan jaman yang selalu berubah hingga memunculkan variasi permainan yang lebih modern.
“Kalau dulu mainan anak bisa kita buat dengan bahan-bahan seperti bambu, batang pohon, kaleng bekas dan sebagainya, tapi kalo sekarang semuanya serba instan,” ujarnya menjelaskan.
Hal itu ia gambarkan dalam lukisan bertajuk Tergantikan. Dalam lukisan itu digambarkan beberapa permainan tradisional dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat dan sebuah stick Playstation. ”Ini menggambarkan permainan tradisional yang kian tergerus jaman,” kata Musfiq.
Untuk itu, lewat pameran tersebut Musfiq berharap, para pengunjung kembali ingat dan kemudian ikut melestarikan warisan budaya bangsa melalui permainan tradisional. “Sekaligus mengingat kembali masa-masa kecil dahulu,” ujarnya.
HERRY FITRIADI