Festival Bantengan

Reporter

Editor

Minggu, 11 April 2010 16:07 WIB

TEMPO Interaktif, Mojokerto - Musik kentrung mengiringi aksi dua orang yang berkostum ala banteng. Suasana mistis makin terasa ketika banteng jadi-jadian itu meloncat-loncat memeragakan tingkah liar banteng sungguhan. Satu orang memegang topeng kepala banteng dengan poisi berdiri, satu lagi berada di belakang dengan posisi membungkuk.

Keduanya ditutupi kain hitam menyerupai kulit banteng sungguhan. Aksi banteng jadi-jadian itu ditingkahi belasan pesilat yang menampilkan beberapa jurus. Bahkan, di antara pesilat itu ada yang kesurupan (trance). Masyarakat Mojokerto, Jawa Timur, menyebut kesenian itu dengan nama bantengan.

Ahad siang ini, di atas lapangan rumput di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, digelar Festival Bantengan. Dalam festival itu banteng jadi-jadian saling beradu memeragakan gerak banteng sungguhan. Aksi mereka akan dinilai oleh beberapa juri. “Siapa yang tingkahnya benar-benar mirip banteng, dialah yang menang,” kata Prio Adi Santoso, salah satu peserta bantengan.

Advertising
Advertising

Menurut Prio, bantengan adalah warisan kesenian Majapahit. Konon, saat kerajaan terbesar di Nusantara itu berdri, sempat tersiar cerita tentang munculnya dua kerbau yang terlibat pertempuran sengit dengan macan. Akhirnya, berkat kerja sama dua kerbau itu sang macan kalah. “Intinya kalau kita bekerja sama, apapun rintanganya pasti akan bisa diselesaikan. Itulah inti dari bantengan,” ucapnya.

Dalam seni bantengan juga ditampilkan sebuah cerita tentang seekor burung gagak yang mencegah seekor ular memakan katak. Gagak dan ular akhirnya berkelahi, dan ular kalah.

Cerita itu mengajarkan kepada masyarakat agar selalu bersikap ramah dengan sesama. Yang kuat harus membela yang lemah, meski harus mempertaruhkan nyawa. “Setidaknya itulah ajaran dari cerita seni bantengan yang akrab dikalangan masyarakat Mojokerto ini.”

Versi lain menyatakan, bantengan berasal dari legenda sebuah dusun di Trawas, Mojokerto. Konon, pernah muncul lantunan salawat Nabi Muhammad SAW yang menggema di antara rimbunnya pepohonan di sebuah lokasi yang disebut Sumber Macan. Berdasarkan legenda setempat, nama Trawas dipercaya berasal dari pohon besar yang oleh masyarakat disebut sebagai pohon trawas.

Pohon trawas itu dipakai oleh pendiri dusun yang bernama Ki Gibah Mangundiwoso dan Ki Topeng Waja untuk menaklukkan seekor buaya sakti bernama Bajul Sengoro. ”Apapun bentuk ceritanya, yang penting ini adalah kebudayaan lokal yang perlu dilestarikan,” kata Muhamma Andri, Camat Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.

Menurut Andri, pelestarian budaya itu harus terus dilakukan. Caranya, Festival Bantengan harus terus dilakukan. Pemerintah juga akan segera mematenkan kesenian bantengan ini. Andri khawatir, bantengan akan diserobot daerah lain.

MUHAMMAD TAUFIK

Berita terkait

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

6 hari lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

10 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.

Baca Selengkapnya

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

56 hari lalu

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.

Baca Selengkapnya

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.

Baca Selengkapnya

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa

Baca Selengkapnya

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda

Baca Selengkapnya

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.

Baca Selengkapnya

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.

Baca Selengkapnya

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.

Baca Selengkapnya

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.

Baca Selengkapnya