Pentas Wayang Ukur

Reporter

Editor

Minggu, 11 April 2010 15:13 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Geber (layar) wayang dalam pertunjukkan yang disajikan oleh dalang muda Yogyakarta sungguh berbeda. Tak hanya siluet atau bayangan gambar wayang seperti pertunjukan yang biasa digelar para dalang. Tapi geber itu penuh corak tiga dimensi dengan tata lampu yang luar biasa. Bayangan wayang yang muncul bagaikan bernyawa.

Tak hanya itu. Pertunjukkan wayang ini diiringi musik gamelan yang dimainkan secara kolaboratif antara pemain asal Yogyakarta dan Jepang. Bahasa yang digunakan pun bukan lagi bahasa Jawa melainkan dengan bahasa Indonesia.

Untuk menarik perhatian penonton, narasi masing-masing tokoh diucapkan oleh beberapa orang dan sang dalang. Penari juga ditampilkan dari balik geber sebagai kolaborasi antara seni wayang, tari, dan teater.

Advertising
Advertising

Pementasan wayang ukur di Pondok Seni Wayang Ukur, Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, pada Sabtu malam kemarin itu untuk melestarikan wayang tersebut, yang sudah ditinggal oleh penemunya: Ki Sigit Sukasman yang wafat pada Oktober tahun lalu.

Lakon yang dipentaskan tiga dalang – Ki Catur “Benyek” Kuncoro, Ki Suharno, dan Ki Nanang Kancil – itu adalah Bisma Maha Wira. Lakon tersebut merupakan gambaran Ki Sukasman dalam membela dan mempertahankan wayang dalam kesenian.

Adapun aslinya tokoh itu berperang mempertahankan negara. Ya, dua-duanya bertujuan sama mulianya. Selain dengan musik gamelan, pementasan wayang itu juga diselingi dengan musik yang diolah secara digital oleh Anon Suneko, yang sejak kecil meamng sudah kerap menonton wayang ukur.

“Pentas kolaborasi ini untuk mengenang Ki Sukasman,” kata Ki Catur. “Yang lebih penting lagi, sepeninggal dia wayang ini harus dilestarikan.”

Menurut Ki Catur, pementasan wayang ukur versi kolaborasi tersebut memang lebih praktis, tapi lebih tampil kreatif. Selain itu, durasinya juga hanya sekitar 90 menit atau setengah dari waktu versi Ki Sukasman. Meski begitu, pentas tak mengurangi esensi dari nilai yang diajarkan sang maestro wayang ukur.

Ki Ledjar Soebroto, penemu wayang kancil dan sahabat dekat Ki Sukasman, menyatakan munculnya wayang ukur ditolak karena meresahkan para dalang. Sebab, bentuk wayang berbeda dengan yang sudah dipakemkan atau menyalahi pakemnya.

Namun Ki Sukasman justru terus bereksperimen membuat bentuk-bentuk wayang yang memang berbeda dengan aslinya meski namanya sama. Misalnya, tokoh Semar yang dibuat sangat ekspresif, yaitu simetris antara perut dan pantatnya besar sekali. Padahal, aslinya tik terlalu besar ukurannya. Hidung Petruk yang biasanya panjang, di tangan Ki Sukasman sangat panjang, sehingga ekspresinya sangat bagus.

“Sebelum membuat wayang, Ki Sukasman selalu mengukur secara simetris tokoh yang akan dibuat. Selalu mengukur itulah kemudian menjadi dasar penamaan wayang buatannya,” ujar Ki Ledjar menjelaskan.

MUH. SYAIFULLAH

Berita terkait

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

41 hari lalu

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.

Baca Selengkapnya

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

28 Juli 2023

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.

Baca Selengkapnya

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

25 April 2023

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.

Baca Selengkapnya

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

21 Januari 2023

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

14 Desember 2022

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.

Baca Selengkapnya

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

3 September 2022

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi

Baca Selengkapnya

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

23 Maret 2021

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

1 Desember 2020

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.

Baca Selengkapnya