Tokoh Spiritual India Sri Sri Ravi Shankar

Reporter

Editor

Senin, 5 April 2010 10:49 WIB

Sri Sri Ravi Shankar
TEMPO Interaktif, Bali - Tokoh spiritual India, Sri Sri Ravi Shankar, telah berkeliling ke sekitar 40 negara dengan misi mulia: menyatukan umat manusia tanpa kekerasan. Dengan gigih, ia menyebarkan ajaran untuk menghentikan perbedaan kelas, suku bangsa, ras, dan agama. Pendiri Art of Living Foundation ini mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan universal, dan menciptakan perdamaian.

Kamis petang lalu, di sela kunjungannya ke Bali, Sri Sri Ravi Shankar menerima Tempo di Hotel Grand Bali Beach, Sanur, untuk sebuah wawancara seputar konsep perdamaian dan spiritualitas yang diajarkannya. Berikut petikannya:

Bagaimana konsep perdamaian yang Anda ajarkan?
Perdamaian bukan berarti tidak ada konflik. Kedamaian berarti pemikiran yang positif. Pemikiran ini akan kita dapatkan jika kita terbebas dari stress. Apa yang terpancar keluar dari diri kita, semua berasal dari jiwa kita. Jika diri kita baik, maka yang terpancar kita juga baik.


Anda sudah menyebarkan ajaran spiritualitas di berbagai negara, apa tantangan yang acap ditemui?
Pada prinsipnya semua negara sangat terbuka dengan ajaran spiritualitas dan yoga. Selalu ada pemahaman dari masyarakat yang kita datangi ketika akan mengajarkan yoga. Meskipun yoga identik dengan Hindu, saya tegaskan, yoga sama sekali tidak terkait dengan agama tertentu.


Jadi Yoga itu....
Yoga merupakan teknik pernafasan yang melibatkan fisik. Sederhananya, yoga adalah bernafas dengan gerakan. Gerakan-gerakan inilah yang nantinya akan menjadi obat bagi kehidupan manusia. Dengan yoga manusia akan terbebas dari stress.

Advertising
Advertising


Tantangan yang paling besar datang dari negara mana saja?
Tantangan besar saya hadapi ketika mengajarkan yoga di Indonesia, Malaysia, dan Turki. Mungkin karena mayoritas penduduk di ketiga negara tersebut adalah Islam. Sekali lagi saya katakan, yoga tidak terkait dengan agama. Yoga hanya ingin membebaskan diri dari stress. Pembebasan dari stress ini akan menghasilkan pemikiran positif.


Lalu apa yang Anda lakukan di ketiga negara tersebut?
Saya katakan kepada mereka, yoga tidak menyembah berhala seperti yang selama ini dikatakan orang. Yoga juga tidak mengajarkan kita untuk menyembah banyak Tuhan. Yoga sama sekali tidak menggubris masalah itu. Kita hanya menyembah satu Tuhan walaupun manifestasinya dalam banyak wujud.


Ada yang mengatakan yoga itu haram, pendapat Anda?
Saya tegaskan, jangan pernah menganggap yoga haram. Melalui yoga kita ingin manusia terbebas dari konflik diri sendiri dan terbebas dari stress. Orang yang menganggap yoga haram hanya belum mengenal yoga atau mendapatkan informasi yang salah.



Ketika datang ke Indonesia Anda selalu ke Bali. Apakah Bali memang memiliki sesuatu yang spesial?
Bagi saya, Bali adalah tempat yang spesial. Bali memiliki aura tersendiri. Apalagi masyarakat Bali menjaga kelestarian tradisi. Masyarakat Bali sangat teguh menjaga budaya lokal yang mereka miliki. Inilah yang menjadikan Bali memiliki karakter yang unik dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.


I WAYAN AGUS PURNOMO

Berita terkait

Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

29 Juli 2017

Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.

Baca Selengkapnya

Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

13 Oktober 2016

Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

12 Oktober 2016

Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.

Baca Selengkapnya

Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

23 Agustus 2016

Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.

Baca Selengkapnya

Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

26 Juli 2016

Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

26 Juli 2016

Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.

Baca Selengkapnya

JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

30 Desember 2015

JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"

Baca Selengkapnya

Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

28 Agustus 2015

Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.

Baca Selengkapnya

Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

28 Agustus 2015

Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.

Baca Selengkapnya

Menistakan Pidato

27 Agustus 2015

Menistakan Pidato

Akhirnya mengaku, saya adalah pengarang yang diam-diam gemar "dipaksa" menerima order menulis pidato, sejak 1980-an.

Baca Selengkapnya