Damai dengan Meditasi

Reporter

Editor

Senin, 5 April 2010 07:43 WIB

Sri Sri Ravi Shankar
TEMPO Interaktif, Sepanjang pekan lalu, suasana pagi di Pantai Sanur, Bali, berbeda dengan hari-hari biasanya. Pagi itu ratusan peserta pelatihan meditasi lanjutan (<I>advance meditation course<I>) dari sekitar 40 negara mempraktekkan yoga.

Pelatihan meditasi lanjutan komunitas The Art of Living itu menjadi istimewa karena dibimbing langsung oleh tokoh spiritual Sri Sri Ravi Shankar. Spiritualis asal India itu juga pendiri The Art of Living Foundation.

Guru Ji--begitu sapaan akrab Sri Sri--membimbing gerakan teknik olah pernapasan Sudarshan Kriya. Teknik yang dikembangkan Sri Sri sejak 1982 itu mengisi seluruh sel tubuh dengan oksigen dan energi baru. Emosi negatif, seperti tekanan batin, frustrasi, dan amarah yang telah lama tertimbun dan menjadi toksin, akan secara perlahan hilang dari tubuh.

Setelah melakukan latihan ini, peserta akan berada dalam kesegaran dan keheningan diri yang penuh dengan sukacita, yang dapat membawa kita ke kehidupan yang lebih baik.

Dalam ajaran Guru Ji, napas adalah penghubung antara tubuh dan alam pikir. Dalam tubuh kita terdapat banyak ritme biologis. Sebagaimana semesta alam, tubuh kita bergerak sesuai dengan perubahan emosi kita, di antaranya amarah, relaksasi, dan bahagia.

Segala bentuk emosi kita itu menyebabkan perubahan pada pola pernapasan kita. Sudarshan Kriya membawa kembali ritme alami ke dalam napas, sehingga tubuh, pikiran, dan emosi kita pun kembali ke dalam keseimbangan alami. "Inilah inti dari latihan Sudarshan Kriya," kata Niqqita Bharata, juru bicara The Art Living Indonesia.

Menurut Niqqita, peserta pelatihan meditasi lanjutan ini adalah mereka yang sudah mengikuti latihan di tingkat pertama. Materi intinya sebenarnya sama, yakni soal teknik olah pernapasan dan meditasi. "Hanya, di tingkat lanjutan fokusnya ke meditasi, jadi pendekatannya lebih spiritual," katanya tentang acara pelatihan tahunan internasional yang dihadiri oleh Guru Ji itu.

Niqqita menyatakan, untuk kegiatan yang berlangsung sejak 29 Maret lalu hingga kemarin itu, peserta internasional membayar hingga US$ 600 (sekitar Rp 6 juta). Adapun untuk peserta lokal jauh lebih murah. "Saya hanya membayar Rp 2 juta," kata Agus Januraka, salah satu peserta asal Bali.

Ya, di mata para pengikutnya, sosok Sri Sri memang seperti nabi. Setidaknya ajarannya telah mampu mempengaruhi sebagian dunia, termasuk Indonesia.

Lahir dengan nama Shankar Ratnam pada 13 Mei 1956 di Papanasam, Tamil Nadu, India, ayahnya, Venkat Ratnam, yang ahli jyotisha (astronomi dan astrologi), melihat Sri Sri lahir saat empat planet berposisi segaris. Ramalan sang ayah, Sri Sri lahir untuk menggerakkan waktu ketimbang hidup mengikuti perputaran waktu.

Sejak balita, Sri Sri telah gemar meditasi. Pada usia 4 tahun, ia sudah menguasai dan mampu melantunkan Bhagawatgita atau petuah Sri Kresna kepada Arjuna sebelum perang Mahabharata yang dituangkan dalam bentuk syair.

Pada usia 8 tahun, dia belajar dari pandita Sudhakar Chaturvedi, salah satu cucu Mahatma Gandhi. Saat berusia 17 tahun, Sri Sri menamatkan pendidikan Weda dalam bahasa Sanskerta sekaligus menjadi sarjana fisika. Ceramah tentang Weda dibungkusnya dalam kemasan ilmiah.

Dua tahun kemudian, Sri Sri menjadi murid guru meditasi transendental Maharishi Mahesyogi, yang juga guru spiritual grup band legendaris The Beatles. Di situlah ia belajar melayani orang miskin dan menguasai meditasi.

Kegelisahannya atas kondisi dunia membuat Sri Sri bermeditasi secara mendalam selama 10 hari. Meditasi di Shimoga, Karnataka, India Selatan, pada 1982 itu melahirkan teknik olah pernapasan Sudharsan Kriya. Secara filosofis, teknik ini menghubungkan manusia dengan ciptaan lain di jagat raya. Kini jutaan orang mempraktekkan teknik ini.

Tak berhenti di pernapasan, Sri Sri mengajarkan pelayanan, penghiburan, dan kasih. Kegiatan kemanusiaan pun digiatkannya. Tahun yang sama, ia mendirikan Yayasan Art of Living, yang berpusat di Bangalore, India. Yayasan ini kini tersebar di lebih dari 140 negara. Programnya difokuskan pada pembangunan dan pendidikan diri serta menghilangkan stres.

Di Eropa dan Amerika, yayasan ini membantu kaum muda dari kekerasan geng, narkoba, dan alkohol. Dalam situs The Art of Living disebutkan, ajaran Sri Sri telah mempengaruhi lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia.

Agus Januraka menyatakan ia sangat beruntung karena makin mantap untuk menekuni jalan spiritual yang diajarkan Guru Ji. "Di sini kita diminta untuk menjadi lebih peka kepada sesama dan lingkungan kita, sama seperti dulu jadi aktivis," ujarnya.

Menurut mantan pengurus Partai Rakyat Demokratik Bali itu, kepedulian tersebut ia terapkan dalam pekerjaannya sebagai pemandu wisata. Agus menjadi lebih peduli kepada orang-orang yang menggunakan jasanya dan tak sekadar untuk mencari uang. "Saya juga mengajak mereka untuk lebih peduli kepada lingkungan dan cara hidup yang sehat," katanya. l ROFIQI HASAN | PRAMONO | PELBAGAI SUMBER

Berita terkait

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.

Baca Selengkapnya

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.

Baca Selengkapnya

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.

Baca Selengkapnya

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.

Baca Selengkapnya

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.

Baca Selengkapnya

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.

Baca Selengkapnya

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.

Baca Selengkapnya