Bandung dalam 200 Sketsa

Reporter

Editor

Sabtu, 3 April 2010 08:41 WIB

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Di titik kilometer 0 itulah kampung yang penuh rawa sisa air danau purba mulai berubah. Berawal dari perintah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada 1810, “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!), Bandung kini berwajah metropolitan. Sesak oleh kendaraan dan pendatang, kota yang semula dirancang sebagai kota peristirahatan berselimut udara sejuk pegunungan itu pun kian gerah dan sibuk.

Hiruk pikuk itu paling tidak tergambar di lapangan Gasibu pada hari Minggu yang penuh oleh pedagang kaki lima dan pembelinya. Atau aktivitas di Pasar Baru, juga arus kendaraan yang tak putus di depan Gedung Merdeka. Itulah suasana Kota Kembang yang ditampilkan Erland Sibuea di Galeri Kita, Bandung. Pameran bertajuk "200 Sketsa Bandung dalam Hitam Putih" itu berlangsung hingga 6 April. Pada pembukaan acara. 23 Maret lalu, pelukis yang kini bermukim di Bali itu sekaligus meluncurkan bukunya. Judul dan isi bukunya sama seperti yang dipamerkan, namun dalam ukuran kertas yang lebih kecil.

Jumlah 200 karya sengaja disiapkan seniman kelahiran 15 Maret 1967 itu untuk peringatan 2 abad Kota Bandung tahun ini. Terbagi dalam beberapa tema atau kelompok, sketsa juga menampilkan diantaranya para tokoh Kota Bandung, seperti Daendels, Bupati R.AA. Martanegara, Dewi Sartika, dan Bosscha. Juga warisan gedung-gedung kuno yang dipakai sebagai kantor pemerintahan, sekolah, atau rumah dinas pejabat, serta kuliner, para pekerja non-formal, dan suasana Bandoeng tempo doeloe.

Sejak tiga tahun lalu, dari 2007 hingga 2009, Erland duduk di pinggir jalan untuk membuat sketsa langsung di tempat. "Rasanya emosi lebih kena," katanya. Sebagian kecil gambar lainnya ia garap di Bali. Untuk membedakannya dengan sketsa yang dibuat dari foto pun mudah. Lihat saja gambar yang agak rapi, hampir rinci dan penuh hingga ke sudut-sudut kertas. Sedangkan hasil sketsa on the spot, umumnya lebih sederhana dan fokus pada obyek utama.

Menurut Erland, ia sengaja mengangkat karya-karya sketsa karena keahlian dasar menggambar itu telah dipandang sebelah mata oleh banyak seniman. Sketsa dianggap cuma gambar awal kasar yang tak pantas dipamerkan sebagai karya seni. Pun di kampus seni rupa, mahasiswa merasa terbebani dengan keharusan membuat puluhan sketsa tiap pekan. "Sketsa cuma dianggap batu loncatan saja sebelum (melukis) ke abstrak atau yang lain," ujarnya. Padahal, lanjutnya, sketsa juga bernilai seni dan menarik dipandang.

Semula, proyek gambar itu akan dikerjakan bersama istrinya, Ni Ketut Ayu Sri Wardani. Tapi karena lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung tersebut sibuk melukis dan menggelar sejumlah pameran, Erland akhirnya jalan sendiri walau sempat tak yakin mampu menghasilkan ratusan sketsa.

Maklum saja, sarjana dari Teknik Industri ITB itu baru belajar melukis 10 tahun lalu setelah bergaul dengan para seniman kolega istrinya. Dari sekedar menggambar garis lurus selama kuliah teknik, Erland belajar mengenal sifat garis. "Ternyata ada tebal tipis garis yang maknanya berbeda," ujar mantan karyawan Industri Pesawat Terbang Nusantara atau sekarang PT Dirgantara Indonesia itu.

Sayangnya, 200 sketsa itu masih kurang lengkap untuk menunjukkan wajah Bandung yang sebenarnya. Tak ada satu pun misalnya, gambar kemacetan panjang, lubang-lubang besar di berbagai jalan raya dan komplek perumahan, atau banjir cileuncang (sesaat) yang langganan hadir setiap musim hujan dan menjadi keluhan warga bertahun-tahun. Bahkan Persib yang menjadi simbol kedua Kota Bandung pun luput dari perhatiannya. Goresan Erland tampak masih seperti seorang turis yang senang dibawa berkeliling ke pusat-pusat keramaian sambil melihat kegiatan warga dan mengagumi gedung-gedung kuno.

Apa boleh buat, banyak sketsa itu yang akhirnya jadi terlihat biasa, karena obyeknya mudah dijumpai dari atas kendaraan di jalan raya. Padahal Erland pernah menetap 13 tahun dan mengaku Bandung sebagai rumahnya, bukan Medan kota kelahirannya, atau Denpasar tempat bermukimnya sekarang.

Sebagai rumah, luas Bandung memang tak sebesar masalah didalamnya. Dan sketsa patung piala Adipura yang terakhir kali diraih kota itu pada 1997, tak cukup kuat untuk menyentil persoalan sampah di kota metropolitan yang dihuni 2 juta orang lebih tersebut.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

43 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

49 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya