Kisah Emha Ainun Nadjib Dirikan Jemaah Maiyah dan Kiai Kanjeng, Ini Konsep Cak Nun

Senin, 23 Januari 2023 11:45 WIB

Emha Ainun Najib atau biasa disapa Cak Nun. ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Reformasi, Emha Ainun Nadjib atau akrab dipanggil Cak Nun yang sebelumnya aktif di media massa memilih untuk menggeluti “jalan damai”. Sebagian besar kegiatannya ia lakukan bersama masyarakat di berbagai pelosok Indonesia.

Selama kegiatan berlangsung, ia bersama Kiai Kanjeng melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, dan pengupayaan solusi masalah masyarakat. Kegiatan tersebut pun akhirnya berkembang sebagai sebuah konsep kebersamaan yang juga diikuti beragam lapisan masyarakat. Pada 2001, konsep ini disebut Maiyah.

Baca: Cerita Cak Nun Kerap Dipermusuhkan dengan Megawati

Cak Nun Inisiasi Maiyah

Secara etimologis, Maiyah berasal dari bahasa Arab, yaitu ma’a yang berarti bersama. Sementara itu arti Maiyah sendiri adalah kebersamaan. Nantinya, kebersamaan yang dibangun harus selalu berpijak pada kebersamaan Segitiga Cinta antara Allah, Rasulullah, dan setiap makhluk, seperti dilansir dalam laman resmi caknun.com.

Maiyah yang diinisiasi oleh Cak Nun menjadi sebuah fenomena gerakan sosial budaya baru yang memberikan harapan kebangkitan Indonesia. Maiyah dianggap sebagai oase di tengah berbagai dahaga sosial, kebudayaan, agama, dan krisi keadilan Indonesia. Sebab, semua permasalahan itu diolah dan dicarikan titik terang bersama menjadi energi kreatif yang menyiratkan prospek masa depan Indonesia lebih baik lagi.

Advertising
Advertising

Selain itu, Maiyah juga dapat dikatakan sebagai sekolah gratis terbuka atau universitas jalanan untuk berbagai lapisan masyarakat atau mirip dengan pesantren virtual. Maiyah seperti menjadi laboratorium sosial yang melatih logika berpikir dan seni manajemen kehidupan. Semuanya boleh datang ke Majelis Masyarakat Maiyah, tanpa memandang status, keyakinan, dan sisi politiknya.

Cak Nun menyatakan bahwa Maiyah merupakan dinamika tafsir terus-menerus. Meskipun Maiyah dipandang sebagai gerakan sosial budaya, agama, bahkan gerakan sufi, tetapi menurut Cak Nun, Maiyah mengambil posisi penting sebagai majelis ilmu sehingga dapat menyokong segala organisasi, pergerakan, ataupun institusi di masyarakat. Maiyah juga selalu berupaya di titik seimbang, sebagai penengah, tidak memihak kepada siapapun, baik kekuasaan, ormas, mazhab agama, dan kelompok atau aliran apa pun.

Mengutip p2k.stekom.ac.id, jika ditarik mundur, pembentukan Maiyah berangkat dari pengajian pada 1994 yang digagas Adil Amrullah atau Cak Dil, adik Cak Nun. Pengajian ini diselenggarakan di rumah orang tua Cak Nun di Jombang sebagai jalan silaturahmi Cak Nun dengan keluarga. Pengajian itu dinamakan Padhangmbulan yang diadakan di Desa Menturo setiap pertengahan bulan Hijriah dan hari kelahiran Cak Nun adalah 15 Ramadan ketika bulan purnama. Awalnya, Padhangmbulan hanya diikuti 50-60 orang saja, tetapi lambat-laun semakin banyak orang yang mengikuti pengajian ini, bahkan sampai ribuan.

Sejak awal, upaya tafsir dilakukan di Padhangmbulan melalui kolaborasi Cak Nun dan kakak pertamanya, Cak Fuad (Ahmad Fuad Effendy). Kala itu, Cak Nun menyampaikan tafsir kontekstual yang berupaya memahami kejadian di masyarakat. Al-Quran pun tidak diposisikan sebagai objek kajian, melainkan sebagai metodologi membaca realitas. Kendati demikian, Cak Nun tidak mengklaim bahwa mereka adalah mufasir. Atas dasar inilah, setelah reformasi ia lebih memilih menyebarkan lebih luas “jalan damai” sampai akhirnya terbentuk Maiyah.

Meskipun keberangkatannya dari pengajian, tetapi dalam perjalanannya, Emha Ainun Nadjib bersama Masyarakat Maiyah melakukan dekonstruksi model pengajian baku yang sudah ada. Lalu, untuk melangkah menuju terwujudnya kecerdasan kolektif, Cak Nun dan Masyarakat Maiyah melakukan Sinau Bareng (belajar bersama). Terdapat dua bentuk umum dari Sinau Bareng, yaitu majelis ilmu oleh Masyarakat Maiyah secara rutin bulanan, dan majelis yang diselenggarakan masyarakat umum pada waktu tertentu dengan mengundang Cak Nun dan Kiai Kanjeng.

RACHEL FARAHDIBA R

Baca juga: Kata Emha Ainun Nadjib Soal Perannya di Politik Saat ini

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

51 hari lalu

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru

Baca Selengkapnya

Reformasi Penyelesaian Sengketa Perjanjian Investasi Dibahas di Konferensi Tingkat Menteri ke-13 WTO

58 hari lalu

Reformasi Penyelesaian Sengketa Perjanjian Investasi Dibahas di Konferensi Tingkat Menteri ke-13 WTO

Kemendag menyebut dalam Konferensi Tingkat Menteri ke-13 WTO membahas soal penyelesaian sengketa perjanjian investasi maupun banding.

Baca Selengkapnya

Solihin GP Berpulang, Menjadi Gubernur Jawa Barat di Usia 44 Tahun

58 hari lalu

Solihin GP Berpulang, Menjadi Gubernur Jawa Barat di Usia 44 Tahun

Selain sempat menjadi orang kepercayaan Soeharto, Solihin GP berperan dalam Agresi Militer Belanda pada 1947. Ini karier militer dan politiknya.

Baca Selengkapnya

Muncul Petisi Jogja: Ingatkan Jokowi hingga Dukung Hak Angket DPR Selidiki Indikasi Pemilu Curang

58 hari lalu

Muncul Petisi Jogja: Ingatkan Jokowi hingga Dukung Hak Angket DPR Selidiki Indikasi Pemilu Curang

Aksi unjuk rasa di Nol KM Jogja mendukung hak angket DPR untuk selidiki indikasi kecurangan pemilu. Berikut 3poin Petisi Jogja.

Baca Selengkapnya

Prabowo akan Naik Pangkat jadi Jenderal TNI, Ayah Korban Penghilangan Paksa: Kecewa Banget

28 Februari 2024

Prabowo akan Naik Pangkat jadi Jenderal TNI, Ayah Korban Penghilangan Paksa: Kecewa Banget

Presiden Jokowi bakal memberikan kenaikan pangkat kehormatan Jenderal TNI kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada Rabu, 28 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?

19 Februari 2024

Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?

Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

153 Tahun Kelahiran Hasyim Asy'ari Pendiri Nahdlatul Ulama, Berikut Resolusi Jihad NU

14 Februari 2024

153 Tahun Kelahiran Hasyim Asy'ari Pendiri Nahdlatul Ulama, Berikut Resolusi Jihad NU

Hasyim Asy'ari, lahir pada 14 Februari 1871 di Kabupaten Jombang. Ini sekilas kisah pendiri Nahdlatul Ulama dan Resolusi Jihad NU.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Komnas HAM kembali Periksa Prabowo yang Akui Kejar Aktivis 98

13 Februari 2024

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Komnas HAM kembali Periksa Prabowo yang Akui Kejar Aktivis 98

Koalisi Masyarakat Sipil mendesak Komnas HAM untuk kembali memeriksa Prabowo Subianto dalam kasus penghilangan paksa aktivis 97-98.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Paus Fransiskus, Presiden Argentina Bawakan Kue Kering dan Biskuit

12 Februari 2024

Kunjungi Paus Fransiskus, Presiden Argentina Bawakan Kue Kering dan Biskuit

Presiden Argentina Javier Milei membawa kue kering, biskuit dan hadiah-hadiah favorit Paus Fransiskus untuk memperbaiki hubungan

Baca Selengkapnya

Aksi Gejayan Memanggil Selamatkan Demokrasi: Jangan Diam, Lawan!

12 Februari 2024

Aksi Gejayan Memanggil Selamatkan Demokrasi: Jangan Diam, Lawan!

Hari ini, Senin, 12 Februari 2024, aksi Gejayan Memanggil hadir lagi di Yogyakarta. Berbagai kritik muncul, termasuk menjaga pemilu dari kecurangan.

Baca Selengkapnya