Menghidupkan Gugatan Bung Karno

Reporter

Editor

Senin, 16 Februari 2009 09:04 WIB

TEMPO/Rofiqi Hasan

TEMPO Interaktif, Jakarta: "Revolusi bukan berarti melanggar hukum. Tapi, berarti radikal. Perubahan yang radikal. Kami bukan kaum yang sabar. Bukan kaum ular kambang!" Penggalan pidato proklamator Bung Karno itu bergema kembali pada Kamis, 12 Februari di aula Balai Pelatihan Guru (BPG) Denpasar. Yang menyuarakan adalah aktor dan sutradara teater Wawan Sofyan.

Pendiri Main Teater Bandung itu tampil dalam monolog tunggal berjudul Indonesia Menggugat. Ia mencuplik naskah pidato Soekarno dengan judul sama dan dibacakan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia itu pada 18 Agustus 1930 sebagai pembelaannya di depan Pengadilan Negeri Kolonial Bandung. "Naskah aslinya 70 halaman. Saya ambil intinya untuk pidato sekitar 20 menit," Wawan mengungkapkan.

Untuk penampilan itu, hanya cara berpakaian Bung Karno yang dimirip-miripkan, yakni jas dan celana putih serta peci hitam di kepalanya. Ekspresi wajah maupun intonasi suara merupakan ekspresinya sendiri. Namun, beberapa ciri pengucapan bahasa Indonesia oleh Bung Karno tetap dipertahankan. Misalnya, kebiasaan memberi tekanan pada kata awalan "di-" dan akhiran "-i" dalam suatu kata.

Wawan yang lahir di Panjalu, 17 Oktober 1965, sudah mulai mementaskan naskah itu pada 2002. Berawal dari kekagumannya pada aktor William Patty Radjawane yang pada 1990-an dikenal sebagai spesialis pembaca pidato Bung Karno.

Ia lalu mulai melakukan riset dengan mengumpulkan naskah-naskah pidato serta rekaman suara sang proklamator. Untuk memperdalam penghayatan, latar belakang sejarah mengenai pidato-pidato itu juga dilahapnya. Begitu pun dengan suasana batin Bung Karno saat menyampaikan pidatonya.

Advertising
Advertising

Monolog itu kemudian mengantarkannya ke sejumlah negara. Penampilan resmi pertamanya di Moskow, Rusia, pada 2002, di depan para Soekarnois yang tak bisa pulang sejak 1965. Ia kemudian berkeliling ke sejumlah negara Eropa, termasuk ke Belanda.

Penampilan di Deen Hag, menurut dia, merupakan yang terbaik karena saat itu pementasan digelar di sebuah museum yang menyimpan barang-barang milik Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) hasil rampasan saat menjajah Indonesia. "Ada kemarahan yang menggelegak," kata dosen tamu di University Malaya-Kuala Lumpur ini.

Penampilan Wawan di Bali difasilitasi oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat Nasional yang sedang mengadakan evaluasi program kerja di Bali. Pementasan juga melibatkan kelompok teater dan sastra Bali Komunitas Sahaja.

Menurut Willy Pramudya dari LSM Perkumpulan Seni Indonesia (PSI), monolog Bung Karno cocok dengan situasi saat ini, keteka imperialisme masih kuat berakar meski dalam bentuknya baru berupa neoliberalisme. "Kita ingin memetik semangat Bung Karno itu," ujarnya.

ROFIQI HASAN


Berita terkait

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

56 hari lalu

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta

Baca Selengkapnya

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.

Baca Selengkapnya

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.

Baca Selengkapnya

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.

Baca Selengkapnya

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.

Baca Selengkapnya

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.

Baca Selengkapnya

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar

Baca Selengkapnya

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI

Baca Selengkapnya