Tak pelak, Kemal pun harus rela menanggung akibatnya. “Mendamprat, memaki itu yang paling sering. Ya, namanya orang langsung dicecar dengan berbagai tuduhan. Pastinya marah dong,” ujar Kemal saat dihubungi Tempo di Jakarta, belum lama ini.
Namun, Kemal yang fasih menggunakan berbagai dialek, mulai dari Batak, Jawa, hingga Tionghoa saat menjalankan aksinya ini, mengaku sudah kebal dengan berbagai umpatan, caci maki, hingga kata-kata tak senonoh. “Pokoknya kebal deh, sudah ” akunya.
Yang terang, selama menjalankan aksinya itu, tak satu pun diantara 'korban' itu benar-benar menjadi korban, misalnya terserang jantung atau penyakit lainnya. “Tidak ada, dan mudah-mudahan tidak ada. Jangan...,” kata Kemal terkekeh.
Malah, sebaliknya, tak sedikit diantara 'korban' itu merasa terhibur. Terlebih, setelah setelah selesai menjahili, Kemal dan tim Selamat Pagi selalu memberikan penjelasan, semua itu hanya main-main. "Tim ini memberitahu ke korban, siapa 'dalang' di balik itu semua. Yang jadi korban pun langsung ngakak...karena tahu, ini hanya bercanda saja,"
Kini banyak orang yang mengajukan permintaan untuk menjahili teman, kerabat, atau kenalannya. Khususnya pada saat atau hari-hari istimewa, seperti ulang tahun, promosi jabatan, atau lainnya.
Dalam sepekan, Kemal dan kawan-kawan harus memilih ratusan surat elektronik yang masuk ke Gen FM. Pemohon-atau yang biasa disebut Kemal sebagai agen- itulah yang memberi informasi ‘korban' ada di mana dan sedang apa.
Dan semua percakapan yang terjadi direkam, serta tak tayang langsung. Selain untuk editing, juga diminta persetujuan pada korban, aksi dijalankan. Bila ternyata, 'korban' itu berkeberatan, maka tak ditayangkan.
“Jadi kami ngak mungkin salah dan asal menjahili orang. Semuanya atas request orang-orang dekat orang yang kita jahili itu. Lagian kalau, 'korban' itu mengatakan keberatan ditayangin juga nggak kita tayangin kok,” tambahnya.
ARIF ARIANTO