Sebab, kata pria kelahiran Bandung 7 Nopember 1980 itu, bagaimana pun karakter, ide cerita, atau kejadian yang diangkat dalam film itu, adalah gambaran kondisi nyata di masyarakat. “Ya istilahnya kita kan memotret kejadian sebenarnya kemudian di jadikan sebuah cerita, agar tidak saja bisa dinikmati sebagai hiburan, tetapi juga pelajaran,” tuturnya saat dihubungi akhir pekan lalu.
Lantas Aming menyebut contoh film “Doa yang Mengancam” yang dibintanginya bersama Titi Kamal. Dalam film arahan sutradara Hanung Bramantyo yang bakal tayang 9 Oktober mendatang itu, Aming memerankan tokoh Madrim, seorang kuli panggul di pasar yang selalu dirundung kesusahan.
Dikisahkan, bertubi-tubi cobaan datang menghampiri lelaki yang mencoba mengadu nasib di kota itu. Menghadapi kenyataan itu, Madrim menilai Tuhan terlalu berat memberi cobaan dan bersikap tak adil.
Baginya, Tuhan tak hanya memberi cobaan seretnya aliran rezeki baginya. Tapi, juga tak adil. Sebab, ditengah beratnya kehidupan ekonominya, cobaan berat diberikan lagi. Istri Madrim kabur, lantaran sudah tak tahan menghadapi penderitaan hidup bersama lelaki ini.
Karena derita yang terus mendera itulah, Madrim mengancam dan memrotes Tuhan. Hingga akhirnya Madrim diberi kelebihan yaitu sebagai orang yang bisa meramal keberuntungan orang hanya dengan melihat foto.
Seiring dengan itu, ia berhasil memiliki uang banyak. Ternyata, ia tetap tak bahagia.
Dengan menghayati cerita, karakter Madrim, serta latar belakang sosial di filam itu, kata Aming, dirinya menjadi sadar betapa ia benar-benar menjadi orang yang beruntung. Sebab, ternyata masih banyak orang yang harus berjuang keras bahkan melakukan tindakan yang buruk hanya sekadar mencari sesuap nasi.
Yang kedua, ternyata ukuran kebahagian bukanlah uang atau materi. Kebahagiaan ada di dalam hati atau jiwa. Yang pasti, katanya, segala apa yang terjadi pada diri kita dan itu pasti ada hikmahnya. “Dan Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Itulah pelajaran yang bisa aku petik dari film itu,” tandasnya.
Lantas bagaimana dengan film-film lain Ming? Yang pasti, kata Aming, tak berbeda, semuanya bisa menjadi wahana belajar tentang kehidupan. “Di film apapun, tokoh dan karakter apapun kita bisa mengambil pelajaran darinya,” jelasnya.
Sementara, sepanjang 2008, pria ceking ini kebanjiran peran di beberapa film. Sebut saja “Gara-Gara Bola”, “Doa Yang Mengancam”, “Sumpah (ini) Pocong”, dan yang terakhir sebuah film proses syutingnya di Bali baru berakhir Minggu (21/9). Berarti banyak pelajaran yang dipetik ya Ming.
Arif Arianto