Bagi Nadine Chandrawinata, membintangi film Generasi Biru bersama kelompok musik Slank memberikan dua keuntungan sekaligus. Pertama, kata mantan Putri Indonesia 2005 itu, menambah pengalaman dan jam terbang di dunia akting. “Jujur, aku benar-benar beruntung main film ini, karena aku dapat pengalaman dari tiga legand sekaligus, yaitu Mas Garin, Slank sama Mas Eko Supriyanto koreografer,” ungkapnya.
Bagi penghobi olah raga selam itu, film ini kelihatannya sederhana tapi rumit. Kerumitan yang dimaksud Nadine, karena film ini selalu berujung pada wacana estetika. “Itulah kehebatan Mas Garin sebagai seorang legend, seorang sineas yang mumpuni,” tambahnya.
Dan Slank, di mata kakak bintang sinetron si kembar Marcel dan Mischa Chandrawinata itu, adalah legend Indonesia saat ini. Karena, membaca slank dan slanker adalah membaca Indonesia dan masalahnya, sekaligus melihat gejolak, impian, maupun gosip jalanannya.
Yang pasti, membintangi film ini, ia merasa banyak bertambah pengalaman, sekaligus banyak belajar ke tiga legenda itu. Sebab, film ini merupakan film kedua. Sebelumnya, dua tahun lalu, gadis kelahiran Hanover, Jerman 8 Mei 1984 ini membintangi film Realita, Cinta, dan Rock n Roll besutan Sutradara Upi Avianto.
Keuntungan kedua, ya tentu saja bertambahnya teman, khususnya para Slankers atau penggemar grup musik yang bermarkas di Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan itu. "Aku jadi merasa dekat sama teman-teman Slankers," akunya serius.
Memang, para Slankers juga terus mengikuti perkembangan film garapan Garin Nugroho itu. Mereka begitu antusias untuk bisa segera menyaksikan film yang direncanakan bisa tayang Januari 2009 ini. Maklum, film masih bertema gaya anak muda masa kini dan berhubungan dengan musik rock n'roll. Yang pasti, adanya perhatian para Slankers pada pembuatan film itu, membuat Nadine juga merasa dekat dengan mereka.
Tapi, keuntungan lain yang langsung dirasakan oleh Duta F1 ini adalah, ia jadi piawai menari. Di film ini, Nadine yang memerankan perempuan seksi pecandu narkoba dan depresi karena sakit hati itu, selain dituntut berakting juga menari. Ia pun mengaku tak mengeluh, meski kelelahan karena badannya ditekuk-tekuk saat berlatih nari. “Aku rela kok badan ditekuk-tekuk,” ujarnya sembari tertawa.
Malah, saking bahagianya melakoni peran di film itu, ia rela di-casting terlebih dahulu. Padahal, kalau ia mau, bisa saja langsung bermain tanpa harus casting, karena kemampuannya sesuai kriteria yang dibutuhkan film besutan Garin Nugroho itu. “Biar hasilnya maksimal," ujar gadis bertinggi 174 centimeter itu.
Yang terang, dengan melakoni film itu, ia merasa bertambah ilmu, pengalaman, sekaligus teman.
Arif Arianto