Sejarah Tari

Reporter

Editor

Rabu, 16 April 2008 13:13 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menonton pertunjukan Dominique Boivin serasa mengikuti kuliah sejarah tari. Dengan caranya, ia mengajak penonton loncat ke abad pertengahan. Perjalanan sejarah panjang tersebut terasa segar karena disajikan dalam kemasan tarian yang kocak.Itulah cara Boivin, penari asal Prancis, membawakan karyanya yang berjudul La Danse, Une Histoire a Ma Facon (Tari, Sebuah Sejarah Menurut Caraku Sendiri) di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat malam lalu. Panggung yang tak seberapa luas dikotakkannya kembali menjadi lebih kecil dengan potongan kayu panjang. Jadilah panggung buatannya sendiri lengkap dengan dua lampu sorot bertangkai, layar putih kecil, dua meja panjang berisi peralatan, dan deretan lampu kuning 5 watt yang dipasang di muka panggung.Selagi menari, Boivin mulai bercerita. Ia memulai pada abad pertengahan dengan penggambaran sebuah karnaval, lalu berdansa dengan topi hijau mancung. Ia menari loncat ke sana-sini dengan tangan terentang.Kemudian beralih ke abad ke-16, ketika seni tari bergaya geometris sedang tenar. Alat unik dikeluarkannya lagi. Kini yang muncul adalah dua buah ujung lampu taman yang runcing. Tap, tap, ujung lampu bergerak dengan gaya kaku. Tiba-tiba ia menjadi raja dan membedaki mukanya lalu mengambil gelang kertas di kedua pergelangan tangan. Dalam perjalanan sang raja, ia menari lebih lembut dan anggun, mewakili sosok bangsawan yang dipuja rakyat.Boivin, yang mulai menari pada umur 6 tahun, juga membawakan pantomim. Di abad ke-18, tarian mulai menunjukkan bentuk berbeda. Boivin, yang mengenakan kaus buntung, kini telanjang dada. Kakinyaberjinjit lalu berjalan mundur. Kisah kemudian beralih ke 1892 di Jerman. "Di sebuah pesta, tanpa sengaja gaunku di atas panggung terlalu panjang. Kemudian aku menarik dua ujung gaun. Lalu seseorang berteriak," katanya bercerita. Layar putih di belakang Bovin seketika menyala menyuguhkan gambar dua sayap kupu-kupu dan ia berdiri di tengahnya. Boivin juga menari dengan bantuan beberapa medium, seperti olahop dan tayangan video anak perempuan kecil yang menari di atas rumput. Masih menggunakan proyektor, ia pun menari di tengah layar yang masih memutar gambar pita film. Kadang ia membuat bayangan dari belakang layar.Setiap mata berkedip, berpindahlah zaman. Ia juga menceritakan tarian Amerika. Kata dia, Negeri Abang Sam itu senang dengan gaya oriental. Lalu ia membawa kipas Cina dan mengenakan sepatu runcing merah. Ia pun menari dengan lentur dan berkilauan karena lampu sorot. Asap mengepul dari dua sudut panggung. Yang lebih memukau, Boivin mengenakan jubah hitam panjang berbahan lemas. "Ini perwakilan tari untuk Martha Graham," katanya. Ia naik ke kursi dan membelakangi penonton. Lalu jubah yang terentang dililit ke tubuhnya hingga membentuk tubuh tinggi sekali. Kursi itu pun tak kelihatan karena tertutup jubah.Tak lupa, ia juga menyajikan kisah Prancis pada 1968. "Di Prancis, tarian mulai membuka diri pada publik," ujarnya di atas panggung. Ditandai dengan sepatu kets dan jins, ia menari lebih modern dengan iringan lagu rap ala Prancis. Di akhir gerakannya, Bovin mengungkapkan jati diri. "Namaku Dominique Boivin, bintangku sagitarius," katanya. Kemudian ia memakai sepatu hitam dengan hak tinggi, gaun putih selutut, plus torehan lipstik. Ia kemudian membuka baju dan mencoreti tubuhnya dengan lipstik.Sudah dua kali Boivin datang ke Indonesia. "Tapi pertunjukan ini baru pertama kali," ujarnya setelah manggung. Sejak kecil, ia lengket dengan tari. Gaya pertamanya adalah akrobat. Pada usia 10 tahun, ia belajar tari klasik.Kemudian ia beralih ke kontemporer lewat arahan Carolyn Carlson dan Alwin Nikolais, lalu mendirikan kelompok tari Cie Beau Geste. Pada 1978, karya solo pertamanya, Vol d'Oiseau, memenangi penghargaan Prix de l'Humour di Kota Bagnolet. La Danse mulai dibuatnya pada 1994 dan baru rampung pada 1999. "Memang perlu penyempurnaan dalam waktu yang lumayan lama," ujarnya. Tarian ini telah ditampilkan di beberapa negara, sepertiTaiwan dan Vietnam.Boivin mengakui pertunjukannya lebih banyak mengupas Jerman dan Amerika. "Ya, penggambaran Prancis sedikit karena kondisi tari di sana cenderung stabil," ujarnya. Selama tampil, alat-alat yang digunakan sederhana, tapi mengena pada tema. l AGUSLIA HIDAYAH

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya