Panembahan Reso Dipentaskan Ulang Akhir Tahun
Reporter
Dian Yuliastuti
Editor
Rini Kustiani
Minggu, 28 April 2019 15:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Borobudur Writers and Cultural Festival Society, GenPI.co, dan Ken Zuraida Project akan kembali mementaskan lakon teater karya dramawan W.S. Rendra yang berjudul Panembahan Reso. Karya monumental yang pernah dipentaskan selama tujuh jam pada 1986 ini akan dipentaskan ulang pada 19-20 Desember 2019.
Baca: Setiawan Jody Anggap Lelucon Gugatan Ahli Waris Rendra
"Ini merupakan karya monumental dan momentumnya masih sangat relevan untuk saat ini. Harapannya pentas ini akan menjadi pentas penutup tahun yang berkesan," ujar Auri Jaya, salah satu produser pementasan saat konferensi pers di Bengkel Teater Rendra, Cipayung, Depok, Jumat, 26 April 2019.
Pementasan akan dilaksanakan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki dengan sutradara Hanindawan dan asisten sutradara Sosiawan Leak. Menghadirkan para aktor-aktris teater–film, penyanyi dan pesohor seperti Whani Darmawan, Sha Ine Febriyanti, Gigok Anuraga, Djarot Budi Darsono, Kodok Ibnu Sukodok, Meong Purwanto, Dedek Witranto, Maryam Supraba, Sruti Respati, Ruth Mariani, Ucie Sucita dan Dimas Danang.
Sejumlah seniman turut mendukung pementasan ini seperti Dedek Wahyudi sebagai penata musik, Hartati (koreografi), Hardiman Radjab (penata artistik/skenografer), Retno Damayani (penata busana), Sugeng Yah (penata lampu), dengan konsultan pertunjukan Ken Zuraida, Edi Haryono, Iwan Burnani Toni, dan Bambang Bujono.
Naskah teater Panembahan Reso karya W.S. Rendra merefleksikan bagaimana perebutan kekuasaan diraih dengan cara licik dan penuh darah. Demi kekuasaan, anak, istri, kerabaat dan sahabat dikorbankan.
Baca juga: Film Komidi Putar Dihiasi Puisi Rendra
Auri Jaya menjelaskan, Panembahan Reso merupakan epos yang merefleksikan hasrat membabi buta terhadap kekuasaan yang menimbulkan aspek delusional. Kisah ini akan membedah watak dan psikologi seorang pemipin yang kehilangan kendali.
Ken Zuraida menyambut gembira pementasan ini. Dia mencertakan bagaimana lakon Panembahan Reso yang pernah dipentaskan di Istora Senayan Jakarta pada 1986 membutukan waktu sekitar 7 jam. Saat itu, sulit sekali memperoleh izin untuk mengadakan pementasan ini.
"Bengkel Teater Rendra kenyang dengan rumitnya perizinan pementasan teater," kata Ken Zuraida. "Dulu, butuh waktu dua tahun untuk mendapatkan izin pentas Panembahan Reso." Akhirnya izin pun turun dan tanpa sensor satu kata pun dari naskah yang ada.
Naskah ini, kata Ken Zuraida, merupakan naskah yang kompleks, rumit, dan sulit. "Tapi naskah ini kontekstual, kapan saja, di mana saja, siapa saja tentang suksesi. Naskah yang seksi," ujarnya. Ken Zuraida percaya sutradara akan mampu mengatasi masalah dan menafsir naskah dengan baik tanpa kehilangan isinya.
Hanindawan mengatakan naskah ini tepat dipentaskan saat ini hingga akhir tahun mendatang mengingat masih gonjang-ganjing kekuasaan. Pentas nanti akan berlangsung selama tiga jam, bukan lagi tujuh jam seperti pentas terdahulu. Meski begitu, dia menjanjikan volume cerita tidak akan berkurang. "Tidak akan kehilangan karakter tokoh dan dramatisasinya dari gagasan Rendra," ujarnya.
Hanindawan mendapat kepercayaan menyunting dan menafsir naskah Panembahan Reso. "Ibarat sungai, saya mengambil arus sungai yang ada," katanya. Langkah ini diambil untuk memunculkan daya pikat kepada penonton.
Hanindawan sengaja tidak mengikuti plot sesuai naskah, melainkan memotong naskah di awal yang dianggap landai. "Plot bergerak ketika ada surat, suasana ulang tahun raja dengan dialog diganti koreografi supaya tidak landai," katanya.
Sementara Whani Darmawan yang akan berperan sebagai Panembahan Reso, mengatakan sudah menyiapkan diri berkolaborasi dan bekerja sama dengan pemain lain. "Saya tunduk pada naskah yang disampaikan sutradara. Tidak boleh terjebak dalam persepsi dan naskah asli," ujarnya.