Menggugat Susila

Reporter

Editor

Senin, 25 Februari 2008 16:00 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Susila Parna (diperankan Susilo Nugroho), seorang pria bertubuh tambun dengan dada besar dan pantat yang menonjol ke belakang, ditahan polisi. Alasannya, si penjual mainan anak-anak itu dituduh melanggar Undang-Undang Susila karena membiarkan kancing bajunya terbuka dan dianggap mempertontonkan buah dadanya yang besar. "Ini merupakan susu paling gede yang pernah aku lihat. Sebesar roti tawar dengan dua kismis," kata kepala polisi (Djaduk Ferianto) yang menjebloskannya ke penjara. Kisah tentang Susila itu dipentaskan Teater Gandrik, Yogyakarta, di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, Jumat-Sabtu malam lalu. Pertunjukan teater itu dibingkai dalam judul Sidang Susila. Secara garis besar, pentas ini mengisahkan parodi jika Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi jadi diberlakukan. "Isi undang-undang itu lucu sekali jika tidak jadi diterapkan. Tapi, jika jadi diberlakukan, akan sangat mengerikan," kata Ayu Utami, yang menulis naskah cerita itu bersama Agus Noor.Kelucuan yang dimaksud Ayu tergambar jelas dalam pentas teater berdurasi sekitar 130 menit tersebut, terutama soal mendefinisikan apa yang porno dan apa yang tidak. Misalnya, ketika barang bukti berupa mainan dagangan Susila dihadirkan. Drama kemudian bergulir pada kisah tentang pertentangan antara kelompok yang menegakkan moral dan kelompok yang menilai bahwa Susila tidak bersalah. Perdebatan dihadirkan dengan segar oleh jaksa dan pembela Susila yang diperankan oleh Butet Kertaredjasa. Sidang terhadap Susila pun digelar dengan hakim yang kerap bertingkah konyol. Kesegaran olok-olok, pelesetan, dan komedi tersaji dengan apik selama pementasan, termasuk kritik terhadap kondisi riil masyarakat dan aparat pemerintah. Misalnya, hakim yang mengaku bisa menjual-beli pasal mempelesetkan lembaga hukum sampai narapidana yang biasa membeli narkotik. Pementasan Teater Gandrik tersebut yang pertama kalinya dalam lima tahun terakhir. Kelompok teater yang terbentuk pada 12 September 1983 ini terakhir mementaskan lakon berjudul Departemen Borok pada 2003. "Hal itu disebabkan oleh kesibukan sendiri-sendiri dan tidak adanya kebutuhan bersama," ujar Butet, pentolan Teater Gandrik. Pada penampilan perdananya tersebut, Teater Gandrik membuktikan diri masih eksis di dunia seni pertunjukan. Tawa penonton yang menyeruak hampir di setiap menit pertunjukan dan tepuk tangan panjang menyertai akhir pentas tersebut menandakan kualitas pertunjukan mereka. "Segar dan tidak membosankan. Tidak terasa (berlangsung selama) dua jam lebih," ujar Budi, seorang penonton.Ide memainkan Sidang Susila berawal dari naskah yang ditulis Ayu. Dua tahun lalu, dalam satu kesempatan diskusi di Taman Ismail Marzuki, Butet meminta Ayu menuliskan naskah untuk pementasan monolognya. Setelah rampung dan dibaca, menurut Butet, ternyata lebih tepat jika dibawakan secara ramai-ramai.Kemudian Agus Noor diminta melengkapi naskah Ayu untuk dibawakan secara teatrikal. "Memang ada beberapa yang diubah dan ditambah sesuai dengan kebutuhan, tapi nggak apa-apa. Saya senang," ujar Ayu, yang baru pertama kali menghasilkan naskah drama teater. Butet menambahkan, pentas ini tidak untuk menghakimi RUU Antipornografi dan Pornoaksi yang tengah berproses di legislatif, melainkan bertujuan mengajak masyarakat berpikir kritis. "Kami tidak ingin memprovokasi masyarakat untuk menolaknya, tapi memberi inspirasi untuk berpikir secara jernih," ujarnya. Budayawan Mudji Sutrisno sependapat dengan pesan yang disampaikan dalam pementasan tersebut. Menurut Mudji, tidak seharusnya persoalan moralitas yang merupakan wilayah pribadi diambil alih oleh negara. Soal porno atau tidak, kata Mudji, tergantung bagaimana cara pandang seseorang. "Pikiran tidak boleh dipenjara. Orang harus terbuka dengan imajinasi," ujarnya seusai pementasan. Selain di Jakarta, pentas ini akan dimainkan di Concert Hall Taman Budaya, Yogyakarta, pada 7 dan 8 Maret mendatang. Satu hal yang menjadi catatan, teater ini tidak cocok ditonton oleh anak-anak di bawah umur. Pasalnya, banyak kata-kata yang tidak pantas didengar oleh mereka. l TITO SIANIPAR

Berita terkait

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

2 menit lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

4 menit lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

11 menit lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengenal Ali Jasim Pemain Timnas Irak U-23 yang Berharap Indonesia Lolos ke Olimpiade

13 menit lalu

Mengenal Ali Jasim Pemain Timnas Irak U-23 yang Berharap Indonesia Lolos ke Olimpiade

Setelah timnas Indonesia U-23 dikalahkan Irak saat perebutan peringkat ketika Piala Asia U-23 2024, Ali Jasim mengungkapkan harapannya

Baca Selengkapnya

Pedagang Siomay Curi 675 Celana Dalam Wanita Demi Kepuasan Seksual

27 menit lalu

Pedagang Siomay Curi 675 Celana Dalam Wanita Demi Kepuasan Seksual

Polisi menangkap seorang pemuda berinisial J, 31 tahun, karena diduga mencuri ratusan celana dalam wanita dari berbagai indekos

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

27 menit lalu

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

Politikus Demokrat anggap gagasan Prabowo Subianto yang ingin membentuk Presidential Club sebagai politik tingkat tinggi.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak Dikebut, Ada 2 Alasan

31 menit lalu

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak Dikebut, Ada 2 Alasan

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan Jalan Tol Semarang-Demak merupakan proyek strategis nasional (PSN) .

Baca Selengkapnya

Ragam Cerita Orang Tua Temani Anak Ikut UTBK di UNJ

31 menit lalu

Ragam Cerita Orang Tua Temani Anak Ikut UTBK di UNJ

Tak sedikit peserta UTBK di UNJ yang ditemani oleh orang tuanya.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

33 menit lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

41 menit lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya