Konser 15 Tahun, Andien Akui Metamorfosa Tak Sempurna
Editor
Hadriani Pudjiarti
Kamis, 17 September 2015 22:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Andien muncul ke atas panggung bersama penari latar dengan tubuh dibungkus gaun biru bertudung besar bak kepompong. Begitu musik orkestra Jazz melantun, Andien melontarkan lagu Aku Di Sini Untukmu dan Rindu Ini sambil berusaha lepas dari kepompongnya.
Akhirnya, Andien berhasil melepaskan gaun kepompongnya. Konser yang elegan, artistik, dan terlalu banyak gimmick itu pun berlanjut sampai 2,5 jam.
Itu adalah penggalan adegan dalam pembukaan konser tunggal pertama Andien yang digelar di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, pada Selasa malam, 15 September 2015.
Konser dengan kisaran harga tiket Rp.450 ribu – Rp. 2 juta ini mengangkat tema Metamorfosa. Seperti temanya, konser ini menampilkan rangkuman perjalanan karier Andien secara bertahap, selayaknya tahap metamorfosis.
Konser tunggal memang impian masa kecil wanita bernama lengkap Andini Aisyah Haryadi itu. Sejak usia tiga tahun, anak dari pasangan Didiek Hariadi dan Henny Sri Hardini ini sudah memperlihatkan minat dan bakatnya terhadap musik. Di rumah, Andien kecil suka bernyanyi di hadapan kedua adiknya yang berpura-pura menjadi penonton. Seusai bernyanyi di atas panggung dari kasur, Andien kecil menyalami kedua adiknya selayaknya seorang diva.
“Alhamdulilah, sekarang semua itu terjadi malam ini,” ungkap wanita kelahiran Jakarta, 25 Agustus 1985 itu di hadapan sekitar 3.500 penonton konser tunggalnya.
Nama Andien mulai melejit ketika merilis album debut Bisikan Hati (2000) saat ia masih duduk di bangku SMP.
Lewat album yang terjual sekitar 30 ribu keping ini, Andien dikenal sebagai penyanyi jazz termuda. Bahkan ada dua lagu jazz legendaris yang dibawakan Andien di album ini, yaitu My Funny Valentine dan The Boy From Ipanema (judul aslinya The Girl From Ipanema). Selain Bisikan Hati, Andien telah menelurkan lima album lainnya, yaitu Kinanti (2002), Gemintang (2005), Kirana (2010), #Andien (2013), dan Let it Be My Way (2014)
Selama 15 tahun ini, Andien konsisten mengusung Jazz sebagai genre utama dalam warna musiknya, meskipun ia sendiri agak keberatan dibilang penyanyi Jazz karena musiknya yang cenderung jazzy.
Tapi kenyataannya, pelantun lagu Tentang Aku itu justru banyak menerima penghargaan atas nama Jazz. Di antaranya adalah Album Jazz Terbaik AMI Award 2002; Penyanyi Pendatang Baru Wanita Terbaik Anugerah Planet Muzik Singapura 2001; Penyanyi Jazz Terbaik AMI Awards 2000; Medal der Stufe Gold III, Chorolympics 2000 di Austria; Cooper Prize, Shanghai Asia New Singer Competition 2000; dan tiga kali menjuarai Asia Bagus Weekly 1999.
Terakhir, Andien mendapat penghargaan yang langka diterima kalangan musikus, yaitu rekor MURI. Rekor tersebut diberikan untuk album terbarunya, Let It Be My Way, sebagai album dengan sountrack film terbanyak, yaitu enam lagu untuk empat film. Namun, bagi Andien penghargaan bukan segalanya.
“Pada akhirnya yang berarti adalah bagaimana saya bisa terus bernyanyi,” ujar wanita berambut bop itu.
Tentunya, kesuksesan Andien tidak terlepas dari beberapa musikus ternama Indonesia yang pernah berkolaborasi seperti Indra Lesmana, Aksan Sjuman, Yovie Widianto, dan Ungu. Kemudian juga musikus asing yang pernah menjajal vokal Andine, seperti Jeff Lorber, Jammin Zeb, Bob James, Frank Griffith, serta Buby Chen. Kini menjadi solois,
Selain itu, Andien juga tergabung dengan grup vokal wanita bersama Rieka Roeslan, Nina Tamam, Iga Mawarni, dan Yuni Shara dalam grup bernama 5 Wanita.
Tidak terasa kini Andien telah berusia 30 tahun. Andien pun sadar bahwa kariernya tidak akan bertahan selamanya. Karena itu, Andien mengungkapkan bahwa konser Metamorfosa bukan menjadi ajang pembuktian, melainkan menjadi momen untuk berbagi kepada orang-orang yang telah menginspirasi dan mendukung Andien selama ini.
Namun, metamorfosis Andien bukan merupakan tahap perubahan menuju kesempurnaan.
Dan malam itu, Andien menuturkan, “Konser ini menggambarkan ketidaksempurnaan dalam diri saya. Ketidaksempurnaan terjadi di kehidupan pribadi saya: putus sama pacar, di-bully, ditipu. Tapi akhirnya saya di sini. Kita punya perjalanan hidupnya masing-masing. Berbahagialah jadi orang yang tidak sempurna karena itu yang membuat kita gemilang,” ungkap dia.
Namun Andien menegaskan yang terpenting dalam proses metamorfosisnya adalah menjalani hidup yang baru. Segala pengalaman pahit pernah ia hadapi. Dan semuanya seakan berlalu saat Andien mengucap janji suci bersama seorang fotografer, Irfan Wahyudi alias Ippe, pada 27 April 2015.
Dia menyatakan selayaknya ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, kini Andien telah memasuki kehidupan yang baru bersama Ippe. Setelah ini, akan ada banyak tantangan baru menunggu di depan.
LUHUR TRI PAMBUDI