Sebelum TIM Berubah, Tontonlah Sawung Jabo dan Sirkus Barock

Reporter

Editor

Hari prasetyo

Jumat, 22 Mei 2015 18:28 WIB

Band Sirkus Barock menampilkan pertunjukan musik yang sarat dengan nuansa teaterikal dalam konser Cerita Dari Jalanan di Taman Budaya, Bandung (29/5). TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Di Graha Bhakti Budaya, Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, di Jalan Cikini, Sabtu 23 Mei 2015, pukul 19.30 WIB, musisi Sawung Jabo akan berpentas dengan grupnya, Sirkus Barock.

Tapi, lirik, “Hio-Hio...” dalam lagu Hio album kelompok Swami 1989 yang sering diindetikkan dengan Jabo pada setiap kali pementasannya, kali ini tidak akan tersaji dalam pertunjukannya pada malam Minggu itu. “Saya tidak akan membawakan lagu-lagu Swami,” kata Jabo dalam acara konferensi persnya di Galeri Cipta II TIM pada Kamis lalu.

Penggalan syair lagu Hio seperti, “....Aku wajar-wajar saja... Aku mau apa adanya... Aku tak mau mengikuti hati nurani....,” yang biasanya dinyanyikan penonton ketika Jabo mau mengakhiri konsernya –seperti yang terjadi di panggung terbuka Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan, beberapa tahun lalu- tampaknya tidak akan terjadi di Graha Bhakti TIM Sabtu ini.

Jabo memang tidak memaksudkan konserya bersama Sirkus Barock yang memasuki tahun ke-8 di TIM ini, sebagai nostalgia pada kiprahnya secara individu di berbagai komunitas yang disinggahinya.

Kali ini, Jabo berfokus pada Sirkus Barock yang didirikannya bersama dengan sejumlah temannya di Bengkel Teater Rendra pada periode 1976 di Yogyakarta. Komunitas Sawung Jabo dan Sirkus Barock kali ini menamai konsernya di Graha Bhakti TIM, Sabtu 23 Mei 2015, yaitu Perjalanan Waktu, kilas balik grup ini dari album pertama mereka yaitu Anak Setan 1986 sampai Anak Angin 2012.

Penampilan Sirkus Barock kali ini menjadi istimewa karena menandai transisi pengelolaan TIM dari pola lama ke yang baru pada Juni 2015. Itu sebabnya dalam konferensi pers mereka di Galeri Cipta II Tim pada Kamis itu, dihadirkan Bambang Subekti, yang sebelum perubahan manajemen TIM dan Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) kepada Unit Pelaksanaan Tenis (UPTI) Pemerintah DKI Jakarta, menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola PKJ TIM. Sebagaimana dengan kelompok kesenian terkemuka lainnya, Bambang Subekti selama ini banyak mendukung pementasan Sirkus Barock di TIM.

Perubahan pola pengelolaan TIM dan GKJ beberapa waktu lalu sempat menimbulkan kontroversi, perdebatan, bahkan demonstrasi. Dalam konferensi pers dan diskusi Kamis itu, masalah itu juga diapungkan kembali oleh beberapa orang yang hadir.

Tapi, Jabo tampak tidak mau larut dalam perdebatan itu juga soal dukungan sponsor pada bentuk dan pilihan kesenian yang “sulit dan tidak lazim.” Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 4 Mei 1951 dengan nama Mochamad Djohansyah itu hanya bicara soal pilihan musiknya. Itupun Djabo berusaha “biasa-biasa” saja. Ia misalnya tak mau menanggapi sanjungan dari seorang wartawan senior bahwa musiknya layak disebut sebagai musik “avant-garde”. Ia ingin musiknya disebut serderhana. “Pilihan untuk sederhana sebenarnya adalah pilihan yang sulit,” kata Djabo.

Meramu musik modern yang dikenalnya, antara lain melalui pendidikannya di Akademi Musik Indonesia di Yogyakarta –tapi, tak tamat- dan unsur-unsur musik tradisi nusantara yang diakrabinya sejak kecil sampai bergabung di Bengkel Teater Rendra, memang bukan perkara mudah.

Tapi, Jabo sudah membuktikan konsistensinya, minimal dengan merawat Sirkus Barock sampai hampir memasuki usia kelompok itu 40 tahun. Intensitas dan keyakinan pada pilihan bentuk keseniannya, seperti yang dikatakan Dalang Ki Manteb Soedharsono dalam acara obrolan soal wayang kulit purwa di Warung Apressiasi Bulungan, Jakarta, Selasa lalu, memang penting. “Yang utama, Anda merasa yakin bisa di situ dan tekunilah,” kata Ki Manteb.

Dengan keyakinan itu, Jabo bilang memilih arus kecil di tengah arus besar yang melanda musik Indonesia saat ini. Dan, dengan dukungan sahabatnya seperti Tompel Witono dan Erwiyantoro, ia berusaha untuk terus mengadakan konser dengan atau tanpa mendapatkan sponsor. Satu hal yang kabarnya menjadi sebagian kecil dasar dari perubahan pola manajemen pengelolaan di TIM.

HARI PRASETYO

Berita terkait

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Dibuka, Ada Kuliner Khas Samosir hingga Papua

3 Februari 2024

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Dibuka, Ada Kuliner Khas Samosir hingga Papua

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia berlangsung 2-11 Februari 2024 di Taman Ismail Marzuki.

Baca Selengkapnya

Utak-atik Anggaran Bansos Dadakan

31 Januari 2024

Utak-atik Anggaran Bansos Dadakan

Pemerintah kembali mengumumkan program bansos baru menjelang Pemilu 2024. Kali ini bernama BLT Mitigasi Risiko Pangan.

Baca Selengkapnya

Tarif Sewa Teater TIM dan Gedung Kesenian Naik, Seniman Cemas Efek ke Penonton

16 Januari 2024

Tarif Sewa Teater TIM dan Gedung Kesenian Naik, Seniman Cemas Efek ke Penonton

Tarif sewa Teater Besar TIM kini mencapai Rp 50 juta per hari. Simak rincian tarif penyewaan gedung yang dikelola Dinas Kebudayaan DKI.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Sejumlah Seniman Merasa Tak Dilibatkan

16 Januari 2024

Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Sejumlah Seniman Merasa Tak Dilibatkan

Kenaikan tarif sewa gedung pertunjukan di Jakarta diatur Perda Retribusi Daerah yang diusulkan pada era pemerintahan Gubernur DKI Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya

Selain Stadion Seperti JIS, Anies Janji Akan Bangun Perpustakaan Seperti di TIM di Berbagai Daerah

15 Januari 2024

Selain Stadion Seperti JIS, Anies Janji Akan Bangun Perpustakaan Seperti di TIM di Berbagai Daerah

Calon presiden Anies Baswedan berjanji akan membangun perpustakaan seperti di TIM di berbagai daerah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dinas Kebudayaan DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan Seni Budaya, TIM Rp 50 Juta per Hari

15 Januari 2024

Dinas Kebudayaan DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan Seni Budaya, TIM Rp 50 Juta per Hari

Dinas Kebudayaan DKI memberlakukan tarif baru sewa gedung pertunjukan seni budaya. Sewa teater besar TIM capai Rp 50 juta per hari.

Baca Selengkapnya

Pasang Badan buat Prabowo

11 Januari 2024

Pasang Badan buat Prabowo

Para pendukung Prabowo pun merespons acara itu dengan ramai-ramai mengunggah konten beraroma kesedihan.

Baca Selengkapnya

Jakarta Art House Gelar Mamma Mia! The Musical

3 Januari 2024

Jakarta Art House Gelar Mamma Mia! The Musical

"Mamma Mia! The Musical ini dilaksanakan pada tanggal 22-23 desember untuk merayakan Hari Ibu

Baca Selengkapnya

Penjelasan Penulis Agus Noor Dipanggil Polisi Pasca-Pentas Musuh Bebuyutan

8 Desember 2023

Penjelasan Penulis Agus Noor Dipanggil Polisi Pasca-Pentas Musuh Bebuyutan

Pemanggilan berpangkal kepada peristiwa sesaat sebelum Musuh Bebuyutan yang ditulis Agus Noor dan dilakoni Butet Kartaredjasa dipentaskan 1 Desember.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.

Baca Selengkapnya