B.B. King: Orang Memperlakukanku seperti Nama Terakhirku
Editor
Rini Kustiani
Sabtu, 16 Mei 2015 06:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dunia berduka atas kepergian sesepuh blues, B.B. King, pada usia 89 tahun. Semua orang akan merindukan gaya vokal serak King dan suara vibran gitar Gibson-nya, yang diberi nama Lucille. Siapa sangka, pria ini menjadi salah satu musikus terpenting dalam sejarah?
Riley B. King lahir pada 16 September 1925 di daerah pertanian kapas di Itta Bena, Mississippi. King terbiasa menyendiri sejak orang tuanya berpisah saat dia berusia 4 tahun. Masa kecilnya dia habiskan dengan bermusik.
King belajar gitar dari pendeta bernama Archie Fair. Dari sinilah kecintaannya kepada blues dimulai. Pada usia 12 tahun, dia membeli gitar pertamanya dengan harga US$ 15. Lalu King bekerja sebagai sopir traktor dan bermain gitar dalam grup Famous St. John's Quartet di bar-bar sekitar Mississippi.
Pada 1949, King memulai rekaman untuk Bullet Record dan RPM Record. Lagunya yang berjudul Three O'Clock Blues terus berada di puncak chart musik R&B selama 15 pekan.
Lalu, pada 1970, dia memainkan ulang lagu The Thrill is Gone yang ditulis Roy Hawkins dan Rick Darnell pada 1951. Lagu inilah yang melejitkan namanya sehingga berhasil menyabet Grammy pertamanya.
Semasa hidupnya, King meraih banyak penghargaan. Dia mengoleksi 15 Grammy dan dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Yale University. Pada 2005, Negara Bagian Mississippi memberinya penghargaan dengan mendeklarasikan Hari B.B. King pada 18 Mei 2008.
King adalah musikus yang sangat produktif. Dia telah menelurkan lebih dari 50 album dan menggelar lebih dari 1.500 pertunjukan semasa hidupnya. Selain itu, dia menginspirasi banyak gitaris, seperti Warren Haynes, Eric Clapton, dan Keith Richards.
Majalah Rolling Stone mencatat namanya di urutan keenam dari seratus gitaris terbaik sepanjang masa. "Tak diragukan lagi, dia adalah musikus blues terpenting yang pernah ada," ucap Eric Clapton.
B.B. King, yang meninggal pada Kamis, 14 Mei 2015, pernah berujar, "Orang-orang memperlakukan aku selayaknya nama terakhirku." Pernyataan itu disampaikan King kepada Rolling Stone pada 2013. "Saat aku di atas panggung, orang-orang berdiri, meski aku tak pernah meminta. Mereka tak pernah tahu betapa aku menghargai hal itu," ujarnya.
LUHUR PAMBUDI | ROLLING STONE | USA TODAY