TEMPO.CO, London - Tokoh fiksi James Bond telah bertahan dalam 23 film, sebagian besar nyaris tanpa keringat. Namun, seperti ditulis dalam majalah Total Film, panel dokter menyimpulkan bahwa agen mata-mata asal Inggris ini, jika dalam kehidupan nyata, telah meninggal pada menit ketujuh film Skyfall.

Tujuh menit pertama film ini, Bond tertembak peluru dengan kandungan uranium, senjata yang biasa digunakan untuk menghancurkan tank. "Tembakan peluru ini akan menyebabkan paru-paru korbannya terlempar keluar, dan inilah yang menyebabkan kematian," demikian pernyataan panel dokter yang dihimpun Total Film. Kalaupun bertahan, uranium dalam peluru akan mencemari tubuh dan meningkatkan risiko terkena penyakit kanker.

Dalam film itu, Bond berusaha sendiri mengeluarkan peluru yang tertanam dalam bahunya. "Risiko kehilangan darah, penurunan kesadaran, kerusakan saraf dan otot, serta risiko infeksi sangat besar," demikian pernyataan panel itu.

Tiga hal itu belum cukup menjadi alasan bagi Bond untuk tewas? Jatuh dari atap kereta ke sungai, salah satu dari adegan film itu, "Bisa memutuskan sumsum tulang belakang atau mematahkan lehernya," kata panel dokter itu. "Belum lagi bahaya tenggelam."

Satu lagi, ledakan granat dpada akhir film juga bukan tanpa risiko. Dalam jarak sedekat Bond, ledakan granat akan menyebabkan gendang telinganya rusak, bahkan berlubang.

Ini belum termasuk adegan saat dia bergulat di bawah air di perairan Skotlandia yang dingin. Perkelahian, bagaimanapun, akan menyedot banyak oksigen yang berbahaya jika tidak segera keluar dari air, selain ancaman hipotermia. "Namun, itulah film, yang berbeda dengan dunia nyata," tulis Total Film.

Aktor Daniel Craig yang memerankan James Bond diketahui “hanya” mengalami cedera saat pembuatan film itu. Ia baru-baru ini dikabarkan menjalani operasi lutut artroskopia saat syuting film Bond terbaru. Menanggapi musibah Craig, pemeran Bond sebelumnya, Roger Moore, menuliskan tweet, "Prihatin mendengar Daniel Craig terkilir lututnya saat syuting #Spectre. Menjadi 007 bukan tanpa bahaya."

TELEGRAPH | INDAH P.