TEMPO.CO, Jakarta - Ingin tontonan alternatif untuk menghabiskan akhir pekan Anda? Cobalah berkunjung ke Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta di belakang Taman Ismail Marzuki. Mei Theater Company- akan mementaskan karya Anton P Chekov, yang berjudul Pinangan.
Teater ini akan mementaskan Pinangan pada Sabtu hingga Ahad, 21-22 Februari 2015 Pukul 19.30 Wib . Pinangan bercerita tentang pemuda Glenn Takarbessy yang berusaha mengutarakan lamaran kepada Monica Tamberongan anak John Tamberangan. Keluarga John ini merupakan tetangga sekaligus sahabat Takarbessy. Maksud keluarga Takarbessy tak semudah yang dipikirkan. Sengketa masa lalu kedua keluarga ini membuat suasana rumit.
“Pinangan pernah kami pentaskan pada bulan september 2012 di Teater Studio, Taman Ismail Marzuki dan mendapat respon positif dari masyarakat,” demikian Mainteater dalam keterangan melalui surat elektroniknya.
Naskah drama Pinangan (The Proposal) ditulis pada abad ke-19 (1888-1889) dan pertama kali di sukses dipentaskan di St. Petersburg dan Moscow. Sukses ini lalu menyebar cepat dan menjadi populer di di Rusia. Naskah ini pun sempat dipentaskan di hadapan Tsar Alexander III dan sangat menyukai drama ini. Chekov sempat ragu dengan naskah ini karena menurut dia drama komedi satir ini tidak layak di sebut karya sastra.
Pada tahun 1935 dalam sebuah perkumpulan Soviet Union, praktisi teater rusia Vsevold Meyerhold mengkombinasi Pinangan dengan beberapa drama pendek Chekhov; antara lain Penagih Utang (The Bear) dan Hari Ulang Tahun menjadi bentuk drama tiga babak yang disebut 33 Swoons.
Agar masyarakat bisa menikmati tontonan ini, maka teater ini membuat semacam terobosan. Karena naskah ini merupakan sebuah komedi situasi, naskah dari Anton Chekhov tidak diubah. “Tapi kami adaptasi dalam bahasa Ambon dan Manado meski tidak sepenuhnya,” ujar mereka.
Karena berbagai pertimbangan seperti kebutuhan penyutradaraan, pertunjukan ini ditambah beberapa adegan, yang tidak terdapat di dalam naskah aslinya. ”Dari beberapa adegan yang di tambah, kami ingin menunjukkan kehidupan sehari-hari orang muda di Indonesia, atau dimanapun, yang bisa jadi akrab kita temui.”
Mereka mengangkat kultur Ambon dan Minahasa karena seni pertunjukan terutama teater jarang mengangkat kultur Indonesia Timur. Mereka juga mengharapkan pertunjukan ini makin diminati warga Jakarta khususnya anak-anak muda mempunyai alternatif hiburan populer selain band, bioskop dan televisi. Tiket masuk pun cukup murah hanya Rp 35 ribu.
Pertunjukan ini juga menjadi persiapan teater ini untuk tampil di Festival Setkani/Encounter 2015 di Janacek Academy of Musik and Performancae Art, Brno, Republik Chek.