Banteng Merah Mengamuk dalam Kanvas Daluang

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 31 Januari 2015 16:27 WIB

Lukisan karya Edi Dolan dalam pameran Daluang Emas Kaligrafi Aksara-aksara Kuno di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta, 27 Januari-9 Februari 2015. (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sapuan kuas menuliskan aksara Jawa kuno, menyusun citraan banteng berkulit merah. Lukisan hewan bertanduk ini menghias kertas daluang. Banteng itu menyerudukkan tanduknya, menangkis cakaran dan gigitan macan berkulit hitam. Banteng terluka pada bagian leher. Tubuh macan berbalik dan mulutnya menganga. Taring macan nan tajam seperti hendak mencabik-cabik tubuh banteng.

Lukisan ini merupakan karya seniman Edi Dolan atau Edo berjudul Aja Wedi. Lukisan itu berkanvas pada lembaran kertas berbahan kulit pohon mulberry atau pohon daluang (deluang). Kertas daluang banyak digunakan pada naskah kuno nusantara. Lukisan berbahan akrilik itu adalah satu dari 25 karya yang tampil dalam pameran tunggal pelukis Edi Dolan berjudul Daluang Emas Kaligrafi Aksara-aksara Kuno di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta. Pameran berlangsung pada 27 Januari hingga 9 Februari 2015. (Baca:Metafora Kuasa Perupa Jerman Dipamerkan di Yogya)

Ada dua lukisan bertema banteng dan macan. Bedanya, pada lukisan lainnya adalah posisi banteng dan macan yang sedang beradu. Tubuh macan menindih punggung banteng. Macan mencakar kulit banteng secara buas. Sedangkan, banteng menundukkan kepalanya. “Karya ini menggambarkan hidup yang penuh pertarungan,” kata Edi.

Edi Dolan mempersilakan orang untuk menafsirkan karyanya sesuai dengan kondisi politik yang mendera Indonesia saat ini. Ada adu kekuatan, gontok-gontokan, saling menyerang untuk mempertahankan kekuasaan. Karya Edi Dolan dilengkapi dengan narasi berbahasa Jawa. Pada karya bertema banteng dan macan, Edi menulis: Aja wedi urip ning donya pancen angel. Mula kudu tansah setiti lan ati-ati. Dalam bahasa Indonesia berarti jangan takut, hidup di dunia memang sulit. Makanya harus cermat dan hati-hati. (Baca:Ada Nietzsche Terlelap di Kursi)

Karya Edi lainnya juga banyak menampilkan falsafah Jawa. Ia mengeksplorasi tokoh-tokoh wayang Jawa, di antaranya adalah Dewi Srikandi. Aja dumeh rumangsa melu handarbeni, wajib melu hanggondeli, mulat sarira hangrasa wani. Ini artinya jangan sok merasa ikut memiliki, wajib ikut membela dan berani mawas diri. Ada pula figur Semar yang berperut buncit dengan bokong besar dari susunan aksara Jawa.

Menurut Edi, pameran itu bertujuan untuk melestarikan budaya, yang memvisualkan figur wayang, kaligrafi, petuah-petuah dan rajah atau mantra dalam aneka aksara Jawa. Di antaranya aksara Sunda, Cirebon, Sansekerta, Arab, dan Batak Karo. Emas dalam pameran itu merupakan metafora mengenai penghargaan yang tinggi terhadap daluang. Emas memberi sentuhan kemuliaan dalam menghargai kerja seni yang mengandung rasa, kehalusan, dan ketelitian. “Saya memanfaatkan media daluang yang tumbuh di sekitar lingkungan saya hidup,” kata Edi. (Baca:Perupa F.X. Harsono Puasa Pameran pada 2015)

Edi Dolan merupakan seniman yang menghasilkan karya secara otodidak. Ia aktif di komunitas seni Gerbong Bandung sebagai perupa dan penulis puisi. Tahun 2013, Edi Dolan menggelar pameran tunggal dan workshop daluang di Yogyakarta. Dia juga kerap menggelar pameran bersama di sejumlah kota di Indonesia, di antaranya Salatiga dan Bandung.

A.Barata dari Tembi Rumah Budaya dalam katalog pameran menyatakan, Edi Dolan memunculkan kembali lokal jenius nusantara menggunakan media tulis dan lukis. Daluang, kaligrafi, rajah, mantra, dan figur wayang adalah perpaduan klasik. “Orang bisa menyerap makna karya Edi sebagai bagian dari falsafah hidup,” kata Barata.

SHINTA MAHARANI

Baca berita lainnya:
Ahok Digaet Mega, Giliran Jokowi Disokong Prabowo?
Dikecam Oegroseno, Kabareskrim: Sakitnya di Sini

Diserang sebagai Brutus Jokowi, Ini Kata Pratikno

Budi Waseso Jawab Tuduhan Kirim Telegram Mangkir

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

9 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

35 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

50 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

54 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya