Anggota grup lawak Srimulat (dari kiri) Tessy, Djudjuk Djuwariah, Gogon dan Mamiek Prakosa. Djudjuk semasa hidupnya juga dikenal lewat beberapa film yang dimainkannya, seperti Walang Kekek (1974), Raja Pungli (1977), Gepeng Mencari Untung (1983), Montir-montir Cantik (1984), dan Finding Srimulat pada 2013, bersama para anggota Srimulat. ANTARA/Teresia May
TEMPO.CO, Jakarta: Tessy, salah satu anggota Srimulat yang tersandung kasus penggunaan sabu, saat ini dirawat di Rumah Sakit Polri. Bukan kali ini saja anggota kelompok lawak yang didirikan Teguh Slamet Rahardjo di Solo pada 1950, terkena kasus penggunaan narkoba. "Saya sedih, karena kasus Tessy seperti kaset yang diputar lagi, kisah begini berulang terjadi lagi dan menimpa para seniman atau komedian anggota Srimulat," kata psikolog Tika Bisono, pada Rabu, 29 Oktober 2014.
"Sayang anggotanya tidak lagi memiliki homebase atau tempat ngumpul seperti dulu kan di Taman Ria Senayan dan Monas. Sekarang terkesan mereka eksis sendiri-sendiri. Padahal pentingnya tempat ngumpul itu ya wadah keluarga untuk berbagi rasa seperti yang dirasakan anggota Srimulat dulu," kata Tika.
Seharusnya kondisi seperti ini disadari beberapa anggota Srimulat yang masih moncer. Tika menyebutkan Nunung, Tarzan, dan Tukul, sebaiknya mengupayakan tempat berkumpul.
"Kalau ada tempatnya semua bisa datang ke sini, cerita apa saja dari yang masih berjaya atau yang sudah tak lagi bisa tetap ada pencerahan. Yang berjaya bisa menolong teman atau diapresiasi supaya kepercayaan dirinya tumbuh dan membuat mental sehat," kata Tika.
Fungsi lain dari tempat berkumpul adalah bisa jadi tempat regenerasi.