Landung Bacakan Drama Pangeran Diponegoro  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Kamis, 9 Januari 2014 18:17 WIB

Sutradara Landung Simatupang. TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktor dan sutradara teater, Landung Simatupang, menggelar pembacaan drama Pangeran Diponegoro bagian dua bertema “Sang Pangeran: dari Tegalrejo ke Selarong” di Ndalem Tegalrejo, Yogyakarta, Rabu malam, 8 Januari 2014. Di rumah ini, Mustahar, nama kecil Diponegoro, menghabiskan masa bocah hingga remaja.

Diponegoro ditangkap Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock di Magelang pada 28 Maret 1830 dan diasingkan ke Manado hingga 1833. Di Manado, sang pangeran menulis naskah Babad Diponegoro sekitar 1.000 halaman:

Telah kualami malu dan derita
Tapi kumohon agar segala hal yang sudah lalu direlakan
[dan] agar keluargaku benar-benar mengindahkan
Agama Rasul untuk mendapatkan pertolongan

Penangkapan itu menyebabkan keluarganya hidup terpisah. Beberapa ada yang menyertai ke pengasingan, sebagian tertinggal di Jawa. “Sejak 1830 itulah keluarga kami tercerai-berai,” kata Roni Sodewo, keturunan Pangeran Diponegoro. Lelaki yang mengklaim berada pada urutan ketujuh dalam rantai silsilah Pangeran ini kini tinggal di Kulonprogo dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

Bagi anak-cucu Diponegoro yang lahir dan besar di tempat pengasingan, mereka kehilangan identitas sebagai orang Jawa. “Di Ambon dibilang orang Jawa, tapi di Jawa sendiri mereka dibilang orang Ambon.”

Kepulangan anak-cucu Pangeran Diponegoro ke Jawa berlangsung sebelum masa kemerdekaan. Presiden Sukarno adalah pengagum Diponegoro. Atas bantuannya, anak-cucu Diponegoro bisa kembali tanah Jawa. “Tapi tidak di Jawa Tengah dan Yogyakarta,” kata lelaki 42 tahun itu. “Melainkan ditempatkan di Cimahi.”

Bagaimana nasib anak-cucu Diponegoro yang tertinggal di Jawa? Ternyata tak kalah sengsara. Roni ingat satu cerita dari mbah buyutnya. Pada masa penjajahan Belanda, ada pesan turun-temurun yang disampaikan agar anak-cucu Diponegoro tak pernah menyebut dirinya keturunan sang Pangeran. Dia menduga untuk alasan keamanan.

Akibatnya, sering seorang anggota keluarga tak mengenal saudara dari keluarga lain. Tapi ada kode rahasia agar sesama keluarga masih bisa saling mengenali. Di kalangan keluarga, ada pesan agar menanam pohon kemuning di kanan-kiri, sawo di depan, dan kepel di belakang rumah. “Sawo kecik dihindari,” katanya.

Sawo kecik, kata dia, adalah pohon yang lazim ditemui di sekitar Keraton Yogyakarta. Keluarga khawatir, dengan menanam pohon itu, identitas mereka justru terbongkar. Menurut dia, kekhawatiran semacam itu tentu tak ada lagi.

ANANG ZAKARIA




Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

6 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

9 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

50 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

54 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya