Lukisan Parodi Penangkapan Diponegoro Dipamerkan  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 30 November 2013 09:05 WIB

Lukisan berjudul "Penangkapan Pangeran Dipanegara" karya Raden Saleh tahun 1857 pada pameran bertajuk Raden Saleh dan awal seni lukis Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (4/6). TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pangeran Diponegoro memegang sketsa lukisan. Kedua tangannya menggenggam ujung atas sketsa. Ia menunduk menghadap muka lukisan. Diponegoro seperti membaca lembaran kertas. Di samping kiri Diponegoro berdiri Raden Saleh. Tangan kanannya menyentuh baju ningrat Jawa yang ia kenakan. Blangkon menutupi kepalanya. Sedangkan, tangan kiri dia menjepit kanvas putih. Bola mata Raden Saleh menatap ke depan. “Saya bayangkan harunya pertemuan dua tokoh itu,” kata perupa Rudi Winarso di Mien Gallery Yogyakarta.

Diponegoro dan Raden Saleh dalam lukisan itu melawan kolonial. Diponegoro yang kalah perang tertangkap. Raden Saleh yang berjuang melalui lukisan juga tertangkap. Di antara Diponegoro dan Raden Saleh berdiri seorang jenderal Belanda. Ia memandang ke arah lukisan yang dipegang Diponegoro. Raja Belanda, Willem III mengamati lukisan itu. Jenderal De Kock, penangkap Diponegoro juga melihat lukisan itu. De Kock adalah pengatur siasat perang Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Isteri Diponegoro menghadap pilar gedung penyangga. Gedung itu tempat penangkapan Diponegoro di Magelang, Jawa Tengah. Perempuan yang duduk di lantai itu menulis Raden Saleh di pilar. Pelukis Belanda, Nicolas Pieneman berdiri melihat Diponegoro, Raden Saleh, dan para jenderal Belanda. Kedua telapak tangan Pieneman menindih lukisannya berjudul Penyerahan Diri Diponegoro.

Inilah karya perupa Rudi Winarso yang dipamerkan di Mien Gallery, 20-30 November. Pameran berjudul Art Mind Mien Gallery ini menandai dibukanya kembali Mien Gallery setelah enam tahun tutup. Mien adalah nama isteri dari pelukis maestro, Widayat. Selain Rudi, terdapat lima perupa yang memamerkan karya. Lima perupa itu, yakni Widayat, Ambar Pranasmara, Daruslan, Robet Kan, Rudi Winarso, dan Yaksa Agus. Karya yang dipajang ada14 lukisan, empat patung, dan dua karya instalasi.

Perupa Rudi Winarso, mengatakan karya berjudul tertangkapnya Raden Saleh berupaya mempertemukan pelaku peristiwa sejarah Perang Jawa. Ia ingin menangkap ideologi perlawanan Raden Saleh, pelukis Tertangkapnya Diponegoro. “Ini parodi sejarah," kata Rudi. Ia membuatnya pada 2001. Sebelum melukis, alumnus Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini melakukan riset pada 1999-2011 di Manado dan Makassar.

Patung kepala manusia berderet di bawah sorot cahaya redup. Tempurung patung kepala berhiaskan aneka rupa lukisan. Ada lukisan banyak perempuan menari telanjang. Ada pula lukisan berwarna hitam putih yang membelah bagian tempurung patung. Karya berjudul Head Series menampilkan delapan panel patung kepala manusia. Rotan meliliti beberapa patung itu. Besi melingkar menyangga semua patung. “Ini gambaran isi kepala manusia,” kata Ambar.

Dia merekam kejadian yang pernah ia alami dalam karya itu. Misalnya instalasi kepala manusia berwarna hitam putih menggambarkan manusia yang memikirkan pergantian siang dan malam. Selain patung kepala manusia, ada pula patung yang mengombinsikan binatang dan benda mewah. Daruslan membuat patung kijang berbadan mobil. Patung berwarna silver mengkilat itu berjudul kijang Avansa. Kijang itu sedang duduk bertumpu pada kedua kaki bagian depan. Sedangkan, dua kaki bagian belakang berbentuk dua roda mobil.

Menurut Daruslan, ide membuat patung muncul ketika ia memutari jalanan Yogyakarta. Kota ini menurut Daruslan kini semakin disesaki. “Saya hanya ingin bermain-main saja dalam karya itu,” kata dia. Ia mengecat patung menggunakan cat yang biasa dipakai untuk mewarnai mobil. Pada karya lain, Daruslan juga mengeksplorasi angsa.

Kurator pameran, Robet Kan mengatakan lukisan Rudi memparodikan karya yang sudah ada. Rudi membuat cara pandang baru terhadap lukisan itu. Ia mengajak masyarakat kritis terhadap kondisi dan situasi sejarah. “Ini gambaran sejarah dengan banyak pertanyaan,” kata dia.

Ia juga mengatakan sebagian besar karya perupa telah dipamerkan sebelumnya. Hanya saja, dalam pameran ini perupa membaca ulang karya mereka. Ambar, misalnya, pernah memamerkan karyanya di Cafe Viavia pada awal 2013.

SHINTA MAHARANI




Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

8 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

37 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

44 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

48 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

52 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

56 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya