KPH Notonegoro (tengah) didampingi KRT Yudho Hadiningrat (kiri) dan KRT Jatiningrat (kanan) saat memasuki Bangsal Kesatriyan, kompleks Keraton Yogyakarta (21/10). KPH Notonegoro dijemput untuk mengikuti tradisi Nyantri jelang pernikahannya dengan Gusti Kanjeng Ratu Hayu. TEMPO/Suryo Wibowo.
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ijab kabul pernikahan Gusti Kanjeng Ratu Hayu, putri Sultan Hamengku Buwono X, dengan Gusti Pangeran Haryo Notonegoro berlangsung di Masjid Panepen di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, Selasa pagi, 22 Oktober 2013. Seusai mengikuti rangkaian upacara ijab kabul, Notonegoro melakukan sungkem kepada Sultan Hamengku Buwono X.
Sebelum sungkem, Notonegoro melepas senjata keris yang menyelip di pinggangnya. Dalam tradisi keraton, melepas keris ini disebut dhawung. Setelah sungkem, Sultan memerintahkan Kanjeng Gusti Pangeran Harya Hadiwinoto yang mendampingi pengantin laki-laki untuk mundur.
Selanjutnya, Notonegoro kembali ke Bangsal Kasatriyan. Di tempat inilah Notonegoro menjalani nyantri, atau menginap di tempat pengantin perempuan. Notonegoro meninggalkan Masjid Panepen berjalan menuju ke arah utara, lalu berbelok ke arah timur.
Setelah berkelok-kelok melintasi sejumlah tempat dan bangunan di dalam kompleks keraton, Notonegoro singgah di Gadri Kagengan dalem Kasatriyan. Di tempat ini, Notonegoro mendapatkan jamuan makan pagi, atau kaparingan patedhan dalem sarapan.