Peneliti Jepang Kaji Tembang Langka Bali  

Reporter

Editor

Selasa, 5 Juli 2011 15:52 WIB

ANTARA/Nyoman Budhiana

TEMPO Interaktif, Denpasar - Seorang peneliti Jepang, Mari Nabeshima, meneliti cecangkriman, jenis tembang Bali yang sudah mulai langka dinyanyikan. Hasil penelitian itu diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Cecangkriman Tembang Penjaga Jiwa Raga, yang diluncurkan pada Senin malam, 4 Juli 2011, di Denpasar, Bali.

Acara itu sekaligus untuk mengenang setahun meninggalnya Mari. "Buku ini membuktikan kecintaan Mari kepada Bali yang akan selalu kita ingat," kata Dewa Gde Palguna, pendiri Arti Foundation, yang menerbitkan buku tersebut. Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi itu menyatakan, buku Mari merupakan pengingat untuk terus menggali kekayaan budaya Bali.

Cecangkriman adalah sebentuk tembang Bali yang dikenal sebagai lantunan ninabobo. Lagu-lagunya sederhana, seperti terlihat dalam tembang "Pucung", dan di dalamnya terkandung teka-teki dengan berbagai gaya. Kendati disusun dalam bentuk sederhana, cecangkriman berunsurkan buana alit (mikrokosmos) dan buana agung (makrokosmos). Selain itu, cecangkriman memiliki kandungan sastra yang penuh dengan logika, etika, dan estetika, yang dalam sastra Bali disebut siwam, satyam, dan sundaram.

"Pelantunan cecangkriman memiliki aspek magis dan kekuatan gaib," kata Prof. Dr. I Made Bandem, yang menjadi pembahas buku itu. Tembang ini dilantunkan turun-temurun oleh orang Bali, terutama untuk melindungi bayi dan anak-anak dari ancaman jahat kekuatan gaib. Mari Nabeshima mencermati suara dan ucapan tembang ini, yang berperan sebagai jimat serta kekuatan berkomunikasi kepada keberadaan supernatural, seperti dewa dan roh jahat.

Nyanyian cecangkriman dinyanyikan untuk upacara manusa yadnya, khususnya dalam upacara untuk bayi mulai lahir sampai menyambut otonan pertama, saat bayi berumur 210 hari. Misalnya, keluarga Kerajaan Karangasem selalu melagukan sebuah kidung sejenis cecangkriman yang disebut kidung "Rumaksa ing Wengi" (Pelindung di Malam Hari). Contoh lain adalah cecangkriman yang dimulai dengan kata "bibi anu" dilantunkan pada upacara otonan pertama bagi bayi-bayi di Desa Sidemen, Karangasem.

Selain dalam konteks ritual, cecangkriman dilantunkan untuk melindungi jiwa raga manusia dari berbagai kekuatan berbahaya yang dapat menyerangnya. Di situ muncul dugaan bahwa cecangkriman merupakan sebuah ruang perlindungan berlatar belakang sehari-hari, sebagai pintu masuk ke dunia lain atau sebagai ritual di dalam pribadi manusia, yang berbeda dengan ruang ritual yang dipamerkan oleh otoritas agama dan adat oleh para pendeta.

Buku itu tersusun sebagian dari disertasi Mari Nabeshima saat ia menempuh pendidikan S3 di Jurusan Musikologi Tokyo University of Arts. Buku ini merupakan penyusunan kembali sebuah bab dalam disertasi tersebut, yakni bab yang membahas cecangkriman. "Penelitian ini pun sangat langka karena biasanya orang lebih tertarik pada instrumen gamelan," kata Bandem, yang pernah menjabat sebagai Rektor STSI Denpasar dan ISI Yogyakarta.

Mari Nabhesiama lahir di Saga, Jepang, 29 Mei 1972. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Bali. Mari datang ke Bali karena memperoleh beasiswa dari Pemerintah Jepang untuk meneruskan studi S2. Dalam waktu bersamaan dia mendapat beasiswa dari Pemerintah Indonesia, tapi ia memilih mengambil beasiswa dari Jepang. Dengan sokongan beasiswa tersebut, di Bali, Mari meneliti musik dan olah vokal.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

19 Februari 2024

Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.

Baca Selengkapnya

Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

8 Februari 2024

Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

Libur tahun baru imlek, kunjungan wisata ke kampung pecinan menjadi pilihan. Berikut rekomendasi destinasi wisata pecinan yang unik di Kota Surabaya

Baca Selengkapnya

Makam Korban Pembantaian Rawagede Ditetapkan Jadi Cagar Budaya

26 Januari 2024

Makam Korban Pembantaian Rawagede Ditetapkan Jadi Cagar Budaya

Kompleks pemakaman korban tragedi pembantaian Rawagede ditetapan menjadi cagar budaya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

23 Januari 2024

Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

Berikut daya tarik Kampung Majapahit, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Apa saja?

Baca Selengkapnya

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

4 Januari 2024

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

Dari Gedung Ledeng hingga kantor dagang Belanda Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang dinilai layak dijadikan cagar budaya.

Baca Selengkapnya

Profil Gereja Katedral Jakarta, Tempat pernikahan Jonatan Christie dan Shanju Eks JKT 48

6 Desember 2023

Profil Gereja Katedral Jakarta, Tempat pernikahan Jonatan Christie dan Shanju Eks JKT 48

Pernikahan atlet bulu tangkis Jonatan Christie dan Shania Junianatha atau Shanju eks JKT 48 di Gereja Katedral Jakarta. Ini profil gereja 132 tahun.

Baca Selengkapnya

Kisah Toko Merah di Kota Tua Jakarta yang Usianya Hampir Tiga Abad

21 November 2023

Kisah Toko Merah di Kota Tua Jakarta yang Usianya Hampir Tiga Abad

Toko Merah di Kota Tua awalnya dibangun sebagai rumah, lalu beberapa kali beralih fungsi dari toko hingga kafe.

Baca Selengkapnya

6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.

Baca Selengkapnya

Kisah Jalan Suryakencana, Surga Kuliner Kota Bogor di Lintasan Jalur Anyer-Panarukan

19 November 2023

Kisah Jalan Suryakencana, Surga Kuliner Kota Bogor di Lintasan Jalur Anyer-Panarukan

Jalan Suryakencana dikenal sebagai pusat kuliner di Kota Bogor. Ternyata jalan ini merupakan lintasan jalur Anyer-Panarukan yang dibangun Daendels.

Baca Selengkapnya

5 Cagar Budaya di Gunung Penanggungan, Dianggap Suci sejak Dulu

6 November 2023

5 Cagar Budaya di Gunung Penanggungan, Dianggap Suci sejak Dulu

Gunung Penanggungan dianggap suci sejak dulu, banyak cagar budaya yang berasal dari abad ke-10

Baca Selengkapnya