Dialog Visual Dua Pulau

Reporter

Editor

Selasa, 28 Juni 2011 14:34 WIB

TEMPO Interaktif, Denpasar -Sebuah keluarga dengan seorang ayah, ibu, anak, dan seekor anjing. Wajah dan pakaian yang mereka kenakan memiliki warna yang berbeda-beda. Ada biru, merah, hitam, dan hijau. Begitu juga motif-motif bunga yang menghiasi kainnya. Tapi sepintas sudah jelas, mereka mewakili sebuah keluarga di kawasan tropis dengan aneka tetumbuhan. Ranting dan dedaunan yang menjalar menjadi latar belakangnya.


Itu adalah lukisan karya Stephane Kenkle, satu dari lima seniman asal Pulau Reunion (Prancis), yang menggelar pameran bersama para pelukis Bali di Gaya Gallery, Ubud, 23-30 Juni 2011. “Ini adalah simbol keanekaragaman budaya pulau kami,” katanya. Empat seniman lainnya--Cristof Denmont (perupa), Charly Lesquelin (perupa), Jean-Marc Lacaze (video art), dan Richard Blancquart (pematung)--juga menampilkan semangat itu dalam karya-karya mereka.


Denmont, misalnya, menampilkan karya-karya abstrak figuratif dengan mengeksplorasi bentuk lingkaran. Bagi dia, bentuk itu bisa berupa benda-benda sederhana di sekitar kita, seperti alat-alat untuk menyajikan makanan, tapi bisa juga berupa kubah gunung berapi yang jauh dan menakutkan. “Juga air yang berkecipak ketika benda jatuh ke dalamnya,” katanya.


Namun bentuk-bentuk itu baginya hanyalah pintu untuk masuk ke sebuah dunia yang penuh impresi. Aneka warna yang bermetamorfosis di baliknya. Bahkan, bila dicermati, akan ditemukan pula bentuk-bentuk aneh yang berkarakter mistis dan spiritual, seperti simbol-simbol penyihir, setan, dan aneka mantra.


Karya yang berbeda ditampilkan Charly Lesquelin. Mantan pekerja periklanan ini membuat serial lukisan bergaya poster yang menampilkan perubahan budaya di pulaunya. Ia memperlihatkan pengaruh teknologi, di mana orang saling mengirimkan pesan lewat pesan pendek (SMS). Tulisan kemudian dibuat sekenanya dengan alasan kepraktisan. Lama-lama pesan-pesan menjadi semakin kacau dan jauh dari kejujuran. Lewat karya itu, dia menyindir kehidupan urban yang serba sibuk dan membuat orang kehilangan hati.


Advertising
Advertising

Bagi perupa Bali, Antonius Kho, yang menggagas acara itu, pameran bersama tersebut sangat bermanfaat karena mempertukarkan pengalaman berkesenian yang berbeda, meskipun secara sosial-budaya terdapat kesamaan yang mendasar antara Bali dan Reunion.


Kesamaan itu disimbolkan melalui pemilihan judul pameran ini, yakni “Tomorrow Maybe”, yang diambil dari kebiasaan sopir taksi mengucapkan kalimat tersebut kepada turis yang menolak tawaran untuk naik taksinya. “Kalimat itu menyiratkan ketidakpastian mengenai apa yang akan dilakukan di masa depan dan menjadi gaya hidup baik di sini maupun di Reunion,” kata Kho.


Proyek ini berawal ketika Kho bertemu dengan Cristof Denmont di Art Malaysia, Kuala Lumpur, pada 2008. Pertemuan itu berujung dengan kunjungan Denmont ke Bali tahun lalu. Pada awal Juni 2011, beberapa seniman Bali, yakni Antonius Kho, Made Somadita, Anak Agung Oka Agung, Made Kaek, dan Syahrizal Koto (patung), berpameran di Boudemoullin Art Space, Le Tampon, South of Reunion. Mereka pun melakukan banyak kegiatan, seperti menggelar workshop bersama seniman-seniman Reunion serta melakukan kunjungan ke studio-studio seni, galeri, dan museum. “Kami juga jalan-jalan mengelilingi pulau, yang cukup dijelajahi selama empat jam saja,” ujarnya.


Budaya Reunion terbentuk dari adukan tradisi Afrika, India, Cina, Eropa (khususnya Prancis), dan tradisi kepulauan. Orang Portugis dipercaya sebagai bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Reunion, ketika pulau ini belum ada penghuninya, pada 1513.


Reunion kemudian diduduki orang Prancis dan menjadi salah satu daerah seberang lautan Republik Prancis. Sejak abad ke-17 sampai ke-19, pulau ini menjadi dapur percampuran etnis yang terjadi dari gelombang imigrasi warga Prancis dan arus masuk orang Afrika, Cina Melayu, dan India Malabar. Kelompok-kelompok etnis yang ada di Reunion mencakup orang-orang berdarah Eropa, Afrika, Malagasi, India, dan Cina serta berbagai etnis campuran. “Kami juga mengandalkan pariwisata, mirip Bali,” kata Lesquelin.


Dia kemudian memuji karya-karya seniman Bali yang berusaha menampilkan identitasnya sendiri dan tidak sekadar meniru maestro dunia. Menurut dia, langkah itu akan menghasilkan seniman besar yang berkarya dengan hatinya. Hal itu sangat mungkin terjadi dengan inspirasi dari keindahan alam dan kekayaan budaya Bali.


Dalam pameran itu, para seniman Bali menampilkan karya dengan ciri khas masing-masing. Antonius Kho, misalnya, memajang karya abstrak figuratifnya dengan mata-mata mengintip di balik kerumitan karyanya. Ada juga karya Made Kaek, yang mendekonstruksi aneka rupa manusia yang diolahnya kembali dalam aneka ekspresi. Sedangkan Made Somadita melukiskan sapi-sapi dalam gaya impresionis.


ROFIQI HASAN

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

55 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina

Baca Selengkapnya

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

25 Februari 2024

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

9 Februari 2024

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.

Baca Selengkapnya

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

14 Januari 2024

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

18 Desember 2023

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

27 Agustus 2023

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.

Baca Selengkapnya

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

14 Agustus 2023

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.

Baca Selengkapnya

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

6 Agustus 2023

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.

Baca Selengkapnya

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

6 Agustus 2023

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.

Baca Selengkapnya

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

7 Juli 2023

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.

Baca Selengkapnya