Salah satu seniman yang secara khusus mengamati kondisi masyarakat pasca-1998 adalah Alit Sembodo. Pameran karya Alit akan dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta pada Rabu (23/2) esok hingga 1 Maret. Mengambil judul Sirkus Politik : Jagat Purba, pameran ini tak lain mengenang karya-karyanya yang terseleksi antara 1999 hingga 2003.
Alit melukiskan situasi kekacauan yang seolah-olah niscaya. Situasi yang terlihat dalam karyanya seakan tiap orang harus selalu siap menghadapi dan meniadakan yang lain. Hidup bersama tak lagi meyakinkan untuk bisa bersama-sama hidup.
Realitas yang digambarkan Alit bukanlah realitas kasat-mata. Tapi ia membawa kita pada panorama yang lebih besar, yang meluaskan pandangan akan krisis kehidupan bersama.
Alit melihat sesuatu secara mendalam pada kecenderungan konflik masyarakat yang mengesahkan berbagai bentuk kekerasan. Seolah-olah ini adalah kehidupan perpolitikan yang kembali ke zaman purba. Tiap orang dirundung rasa curiga mendalam terhadap yang lain. Mereka saling cakar dan menghabisi.
Sosok yang dilukis Alit juga unik dan sangat simbolis. Ia melukiskan sosok-sosok seperti wayang-wayang gadungan atau wayang mbeling, dengan ekspresi seperti para begundal, bajingan atau jawara yang menyelesaikan semua urusan dengan kekerasan otot dan senjata.
Lukisan-lukisan Alit umumnya dikerjakan dengan bahan sederhana, yaitu tinta hitam dan akrilik, dicampur dengan charcoal di atas kanvas yang dibuatnya sendiri.
Alit pernah belajar di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada 1995. Ia juga menjadi bagian dari komunitas Gelaran Budaya di kota yang sama selama beberapa tahun. Dalam karir sein rupanya yang cukup singkat, Alit pernah memperoleh penghargaan dan nominasi pada Winsor & Newton Art Awards, Pratisara Affandi Adhi Karya (1999), dan Phillip Morris Indonesian Art Awards (1999-2000).
Seniman ini dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah, pada 10 Agustus 1973 dan meninggal dalam usia muda, pada 4 Agustus 2003 di kota kelahirannya.
ISMI WAHID