Pengarang kelahiran Medan, Sumatera Utara, 7 Mei 1943 itu mulai masuk rumah sakit pada 13 Januari lalu. Karena kondisinya, ia harus buang air kecil melalui perut dan makan memakai selang melalui hidung. Awal pekan depan dia akan menjalani operasi pemasangan cincin untuk menormalkan buang airnya. Cincin itu seharga Rp 12 juta untuk jangka waktu lima tahun.
Biaya operasi Hamsad diperkirakan sekitar Rp 35 juta. Untuk membantu meringankan beban keluarga Hamsad, para seniman dan penggemarnya mencoba menggalang dana melalui berbagai jalur, termasuk Twitter dan Facebook. Sejumlah dana dilaporkan telah terkumpul. Orang-orang yang ingin membantu Hamsad dapat mengirimkannya ke Rekening BNI Cabang Margonda, Depok, Nomor 0106423653 atas nama Hamsad Rangkuti.
Pengarang cerita pendek terkenal "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu" ini adalah salah satu seniman penandatangan Manifes Kebudayaan pada 1964, pernyataan para seniman yang menolak politik sebagai panglima. Presiden Soekarno melarang kelompok itu karena dinilai menyeleweng dan ingin menyaingi Manifesto Politik yang ia tetapkan.
Hamsad menulis cerita pendek sejak 1962 dan pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Horison. Dia telah menerbitkan kumpulan cerpen Lukisan Perkawinan (1982), Cemara (1982), Sampah Bulan Desember (2000), dan Bibir dalam Pispot (2003), yang mendapat penghargaan Khatulistiwa Literary Award. Novel pertamanya, Ketika Lampu Berwarna Merah, mendapat hadiah harapan pada Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 1981.
iwank