Seni yang Terinspirasi Politik

Reporter

Editor

Jumat, 19 Desember 2008 10:01 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Hubungan antara seni dan politik menjadi jalur yang berbanding lurus. Perkembangan seni rupa dari abad ke abad sering kali mewakili perjalanan politik suatu negara. Kerap kali pula percaturan politik yang alot dengan segala momentumnya menjadi inspirasi perupa di atas kanvas.

Demikian pendapat yang mengemuka dalam diskusi "Seni Rupa
dan Politik" di Komunitas Salihara, Selasa lalu. Diskusi dengan pembicara Jim Supangkat dan Agung Hujatnikajennong itu membahas pameran seni berupa "Dari Penjara ke Pigura", yang dipamerkan di komunitas itu pada 17 Oktober-6 Desember lalu.

Pameran itu, menurut Jim, merupakan salah satu seni yang terinspirasi dari politik. Sebanyak 30 perupa yang terlibat membuat karya berdasarkan kutipan tulisan para pahlawan bangsa. "Kutipan kata para pemimpin mencerminkan saga, cerita kepahlawanan orang yang mau berkorban untuk bangsa," ujar Jim. Sedangkan dalam kutipan, dia melanjutkan, terkandung unsur sagacity, berupa kebaikan yang bertumpu pada kesadaran personal.

Menurut Jim, dalam kondisi politik kini, sagacity sudah menguap. "Gantinya adalah kekuasaan yang arogan dan memihak," ujarnya. Dan pameran ini menunjukkan hilangnya sagacity yang membuat perilaku politisi zaman sekarang sangat berbeda pada masa kemerdekaan.

"Tapi perubahan itu tidak terjadi di dunia seni," ujarnya. Karena, menurut Jim, persepsi mendasar tentang seni dari dulu sampai sekarang menempatkan kebaikan pada posisi utama. "Dan inilah yang mempengaruhi persepsi para seniman," ujarnya. Itu sebuah persepsi kultural yang dipengaruhi oleh perkembangan budaya di Tanah Air.

Dalam diskusi, Agung lebih menyinggung penempatan sistem kuratoral pameran. "Di pameran ini, kurator membebaskan para seniman," ujarnya. Biasanya, kurator hanya memilih dan mengemas karya-karya yang sudah jadi untuk sebuah pameran.

Namun, menurut Agung, alangkah baiknya jika kebebasan yang diusung memberikan penjelasan yang detail tentang kategori atau cara seniman menerjemahkan teks, sehingga bisa menyinggung seni rupa sebagai perlintasan teks itu sendiri. "Jadi, kesannya pameran hanya meringkuk pada politik yang dulu, yang masih dihubungkan dengan sebuah narasi besar, seperti tentang kebangsaan dan sejarah," ujarnya.

AGUSLIA HIDAYAH


Berita terkait

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

55 hari lalu

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta

Baca Selengkapnya

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.

Baca Selengkapnya

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.

Baca Selengkapnya

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.

Baca Selengkapnya

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.

Baca Selengkapnya

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.

Baca Selengkapnya

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar

Baca Selengkapnya

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI

Baca Selengkapnya