Bekraf dan Irama Nusantara Targetkan 1.500 Musik Terdokumentasi

Reporter

Jumat, 3 Juni 2016 17:04 WIB

Triawan Munaf sebelum dilantik menjadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin 26 Januari 2015. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta -Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Yayasan Irama Nusantara menjalin kerja sama untuk pendokumentasian dan pengarsipan musik populer Indonesia. Keduanya menargetkan tak kurang 1.500 musik terdokumentasi dalam kerja sama ini.

Saat ini Yayasan Irama Nusantara telah mendokumentasikan dan mengarsipkan 1.000 rilisan fisik musik Indonesia di era tahun 1950-an hingga 1980-an dalam bentuk digital . Melalui peluncuran program dokumentasi musik Indonesia ini, ungkap Triawan, Bekraf dan Irama Nusantara diharapkan dapat menambah arsip musik sejumlah 1.500 rilisan dari era tahun 1920-an hingga 1950-an.

“Kami optimistis ingin bisa menyediakan 100 rilisan digital di setiap bulan,” kata Kepala Bekraf, Triawan Munaf usai penandatanganan kerja sama di Rolling Stone Café, Rabu, 1 Juni 2016.

Masyarakat dapat mengetahui dan menikmati sajian ribuan dokumentasi dan arsip musik era 1920-1980-an melalui situs iramanusantara.org. musik ini bisa dinikmati melalui perangkat elektronik berbasis internet. Selain bisa menikmati musik jadul, masyarakat juga bisa menikmati sajian karya visual dari salinan digital sampul album yang dirilis saat itu.

Digitalisasi piringan Hitam Shellac 78 RPM rilisan digital tersebut berasal dari data piringan hitam musik Indonesia yang mendominasi format rekaman saat itu. Menemukan piringan hitam dalam kondisi yang baik , menjadi tantangan bagi David Tarigan yang menggawangi Yayasan Irama Nusantara untuk proses alih bentuk musik Indonesia dari fisik menjadi digital. Prioritas upaya dokumentasi era di bawah 1950-an menjadi prioritas utama.

“Plat-plat dari era tersebut untuk menemukannya saja susah, apalagi dalam kondisi yang baik. Bahannya juga bukan vinil, mudah sekali pecah. Ditambah keadaan cuaca Indonesia serta metode penyimpanan yang sederhana, situasi ini tidak memungkinkan piringan hitam berumur panjang,” ujar David.

Pada 2016, bersama Bekraf, Irama Nusantara mulai menjajaki progam Gerakan 78 yang merupakan upaya pengarsipan dan pendataan materi piringan hitam shellac (78 RPM) yang banyak ditemui di berbagai stasiun siaran radio, diantaranya Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) di seluruh Indonesia. Saat ini pendataan mulai di lakukan di seluruh RRI.

Arsip fisik ini merupakan rekaman musik populer Indonesia paling tua yang berasal dari era tahun 1920-an hingga 1950-an. “Di sinilah urgensi untuk melakukan upaya pengarsipan dan pelestariannya yang lebih tinggi dibandingkan koleksi musik terkini. Selain itu, kami melihat bahwa era tersebut dapat disebut sebagai titik awal industri musik populer di Indonesia,” ujar David.

Dengan pendataan, pendokumentasian dan pengarsipan, akan memudahkan generasi muda belajar tentang khazanah musik dan kebudayaan Indonesia. Hal ini juga dinilai sebagai upaya pelestarian kekayaan musik Indonesia. Musik dan karya seni, kata David juga lahir seiring peristiwa sosial-ekonomi-politik-budaya di zamannya dan mewakili generasi dan sejarahnya.

Situs daring Irama Nusantara sendiri lahir atas wujud kecintaan dari segelintir orang terhadap musik populer Indonesia, di antaranya David Tarigan bersama Christoforus Priyonugroho, Toma Avianda, Alvin Yunata, Dian Onno, Norman Illyas dan Mayumi Haryoto. Sebagai pekerja dan penikmat musik, mereka merasa sayang jika musik Indonesia hilang begitu saja dalam kenangan dan tidak terdapat satu pun dokumentasi modern yang dapat diakses oleh publik.

Mereka lantas menggagas sebuah gerakan pengarsipan musik populer Indonesia dari format piringan hitam menjadi berkas digital. Lebih tepatnya, musik populer Indonesia era tahun 1950-an hingga 1980-an. Secara swadaya, sejak 2013, para penggagas Irama Nusantara yang juga hobi mengoleksi rilisan musik ini mulai melakukan digitalisasi piringan hitam musik populer di Indonesia ke dalam situs iramanusantara.org.

Alvin Yunata dari Irama Nusantara menjelaskan, Irama Nusantara tidak hanya akan mengarsipkan lagu-lagu lama melainkan juga lagu-lagu masa kini dengan izin dari pencipta lagu dan penyanyinya. Dia juga mengundang berbagai pihak, pecinta musik Indonesia terlibat dalam gerakan ini. “Kami berharap koleksi musik masa kini dapat menambah kekayaan ranah musik Indonesia.,” ujar Alvin.

DIAN YULIASTUTI

Berita terkait

Forum Seniman Ragukan Janji-janji Jakpro dalam Revitalisasi TIM

20 Februari 2020

Forum Seniman Ragukan Janji-janji Jakpro dalam Revitalisasi TIM

Forum Seniman ragukan pernyataan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) terkait tak akan mengkomersialisasi kawasan pusat kesenian itu usai revitalisasi TIM.

Baca Selengkapnya

Hari Buruh, Pekerja Seni Berorasi dengan Kreatif Ramah Lingkungan

1 Mei 2019

Hari Buruh, Pekerja Seni Berorasi dengan Kreatif Ramah Lingkungan

Serikat pekerja media dan industri kreatif atau Sindikasi mendorong ekosistem kerja yang berkeadilan di peringatan Hari Buruh 1 Mei.

Baca Selengkapnya

Hasil Pameran Seni Etza di Prancis untuk Korban Gempa Palu

23 Oktober 2018

Hasil Pameran Seni Etza di Prancis untuk Korban Gempa Palu

Seniman muda Bandung, Etza Meisyara, menyumbangkan seluruh hasil karyanya yang terjual di pameran tunggalnya di Prancis untukkorban gempa Palu.

Baca Selengkapnya

15 Kamar Kos di Pejaten Kebakaran, Diduga Korsleting Listrik

14 Oktober 2018

15 Kamar Kos di Pejaten Kebakaran, Diduga Korsleting Listrik

Sebanyak 15 kamar indekos di Jalan Lebak RT8 RW8 Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu pagi ludes akibat kebakaran.

Baca Selengkapnya

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

9 Oktober 2018

Kasus Ratna Sarumpaet, Seniman Yogya Larung 5 Wayang Antagonis

Sejumlah seniman di Yogyakarta punya cara sendiri untuk menyikapi kasus Ratna Sarumpaet dan berbagai kabar hoax yang beredar di masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pertemuan IMF - World Bank di Bali, Begini Komentar Mike Marjinal

7 Oktober 2018

Pertemuan IMF - World Bank di Bali, Begini Komentar Mike Marjinal

Gitaris grup band punk Marjinal, Mike, bersama sejumlah aktivis dan seniman ikut memantau pertemuan IMF - World Bank di Bali.

Baca Selengkapnya

Cerita 3 Panti Pijat di Tebet Masih Beroperasi Setelah Digerebek

12 Agustus 2018

Cerita 3 Panti Pijat di Tebet Masih Beroperasi Setelah Digerebek

Tiga panti pijat yang telah digerebek pemerintah DKI ternyata masih beroperasi, yakni griya-griya pijat di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Seniman Mural Singgung Cara Anies Baswedan Bersihkan Kali Item

26 Juli 2018

Seniman Mural Singgung Cara Anies Baswedan Bersihkan Kali Item

Upaya cepat yang dilakukan Anies Baswedan menangani Kali Item mendapat respons beberapa pihak salah satunya seniman mural

Baca Selengkapnya

Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

11 Januari 2018

Tidak Perlu Takut Jadi Seniman, Simak Kata Pelukis Naufal Abshar

Beberapa orang akan berpikir bahwa seorang seniman tidak akan mendapatkan pekerjaan dan tidak bisa bertahan. Simak pengalaman pelukis Naudal Abshar.

Baca Selengkapnya

Golf Indonesia Open: Ranking 12, Rory Hie Pegolf Nasional Terbaik

29 Oktober 2017

Golf Indonesia Open: Ranking 12, Rory Hie Pegolf Nasional Terbaik

Rory Hie menjadi pegolf nasional terbaik dalam Turnamen Golf Indonesia Open 2017, yang berakhir Minggu 29 Oktober di Pondok Indah Golf, Jakarta.

Baca Selengkapnya