Pameran Lukisan Ini Untuk Menepis Tuduhan

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 18 Mei 2016 18:07 WIB

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, berpose bersama seniman Yogyakarta dalam pameran bertajuk Reborn Everytime di Sangkring Art Space Yogyakarta, 31 Mei 2015. TEMPO/Shinta Maharani

TEMPO.CO, Yogyakarta - Lukisan bercorak abstrak karya almarhum Fadjar Sidik bersanding dengan karya lukis 44 pelukis berusia muda di ruang pamer Sangkring Art Space, Yogyakarta. Karya lukis ini berupa citraan mirip bentuk tikar dalam warna merah. “Kami berusaha merayu isteri Pak Fadjar Sidik untuk meminjam karya itu,” kata Yuswantoro Adi, penggagas pameran ini di Sangkring Art Space Yogyakarta, Rabu, 18 Mei 2016.

Menurut Yuswantoro yang juga seorang pelukis, lukisan karya Fadjar Sidik itu dipamerkan sebagai bentuk penghormatan karena dia punya kontribusi besar terhadap perkembangan seni rupa Yogyakarta dan Indonesia. Fadjar Sidik dikenal sebagai pelukis modernis yang setia dengan gaya abstrak.

Fadjar Sidik lahir di Surabaya tanggal 8 Februari 1930. Ia belajar melukis di Sanggar Pelukis Rakyat di bawah asuhan Hendra Gunawan dan Sudarso. Pada 1957-1961, Fadjar menjadi pelukis profesional di Bali. Tahun 1961, ia kembali ke Yogyakarta dan mengajar di ASRI. Pada 1968-1970, ia belajar di Selandia Baru tentang Art Restoration Technique and Conservation. Fadjar Sidik meninggal dunia pada 18 Januari 2004 di Yogyakarta.

Pameran bertajuk Yogya Annual Art ini juga dimaksudkan untuk menampik tudingan lukisan sebagai karya kuno ketimbang karya seni rupa menggunakan media baru, di antaranya seni instalasi, video, dan seni pertunjukan. “Kontemporer itu bukan terletak pada mediumnya, melainkan isi pemikiran dan konsep perupa yang kekinian,” kata Yuswantoro.

Dia mencontohkan lukisan bercorak realis karya seniman Gintani Swastika. Sekilas gaya melukis Gintani punya kemiripan dengan karya pelukis besar Indonesia, Dullah. Pada lukisan Gintani terdapat gambar dua perempuan berbaju kebaya yang duduk berhadapan. Dua perempuan itu nyeker atau tanpa alas kaki. Gintani merupakan cucu Dullah, perupa yang dikena punya kegemaran melukis potrait atau wajah. “Lukisan itu sangat kontemporer. Ada kedekatan emosional antara cucu dan kakek,” kata Yuswantoro.

Menurut Yuswantoro, pameran yang akan digelar pada 20 Mei-20 Juni 2016 itu sekaligus juga untuk menepis tuduhan bahwa pelukis saat ini kurang punya kemampuan teknis menggambar. Panitia telah menyeleksi perupa yang punya jam terbang sebagai pelukis aktif dan bukan mahasiswa atau fresh graduate. Pelukis muda yang memamerkan karyanya antara lain Agus ‘Baul’, Gintani Swastika, Yaksa Agus, dan Erizal As.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

14 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

17 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

43 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

49 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

58 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya