TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara Riri Riza menyadari menyutradarai film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) seperti meletakkan beban berat di pundak sendiri. Publik berharap AADC 2 sebagus AADC pertama.
Harapan lain, AADC 2 selaris AADC. Album soundtrack AADC 2 akan selaris AADC yang diganjar empat platinum. Masalahnya, masa berganti. Iklim industri musik dan film berubah. Pada 2002, masyarakat memiliki budaya membeli kaset.
Belakangan, kaset menjadi barang purba. Sementara budaya membeli album dalam format CD atau membeli lagu via jalur digital belum juga mewabah. Di sisi lain, film dengan format pita seluloid kini mendapat label “almarhum”. Sekarang, eranya film berformat digital.
“Kami mengantisipasi perubahan ini. Kami memastikan musik serta film AADC2 sampai ke hati publik dengan tepat. AADC kombinasi film yang baik, album yang tergarap serius, strategi publikasi yang matang, dan tanggal rilis yang pas. Sampai sekarang, kami terus merumuskan elemen-elemen itu supaya AADC 2 sebagus pendahulunya,” kata Riri.
Riri menggambarkan, proses penggarapan album soundtrack dan film AADC2 setahun terakhir penuh dengan darah dan air mata.
“Ini periode biru bagi pemain dan kru. Ketika album soundtrack diproduksi, kami kehilangan orang-orang tersayang. Ibunda Melly meninggal ketika proses produksi dimulai. Saat proses produksi berjalan, ayah Anto Hoed wafat. Bulan lalu, produser Aquarius Musikindo (perusahaan rekaman yang memproduksi album soundtrack AADC dan AADC 2-red.) Arie S. Widjaja atau Pak Iin meninggal. Itu turut mewarnai suasana film AADC 2,” katanya.