Peristiwa 1965, Penyintas, dan Anak Wiji Thukul  

Reporter

Sabtu, 22 Agustus 2015 10:12 WIB

Putra korban penculikan Wiji Thukul, Fajar Merah, menyanyikan sebuah lagu dalam album Prison Songs bersama Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran, seusai memberikan keterangan kepada awak media, di Goethe House, Jakarta, 21 Agustus 2015. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan penonton memenuhi auditorium Goethe Haus yang sedang menggelar pentasNyanyian untuk Penyintas” pada Jumat malam, 21 Agustus 2015. Penonton membeludak melebihi kapasitas ruangan. Sebab, pergelaran ini menghadirkan beberapa seniman, musikus, dan grup band yang sedang naik daun di kalangan anak muda.

Acara ini merupakan puncak rangkaian 50 tahun peringatan tragedi kemanusiaan 1965 yang digelar Koalisi untuk Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KPKK), yang beranggotakan 51 organisasi. Dalam pergelaran ini, hadir para seniman yang terlibat menyanyikan lagu-lagu dalam album tersebut. Mereka adalah Dadang Pranoto—gitaris Navicula dan Dialog Dini Hari, Jerinx—penggebuk drum grup band Superman Is Dead, Kupit dan Angga—anggota Nosstress, Banda Naira, Fajar Merah—anak Wiji Thukul, Made Mawut, Rio Sidik, Fendy Rizk, dan Bogi Prasetyo.

Acara ini dibuka dengan peluncuran album dan buku Prison Song: Nyanyian yang Dibungkam, disusul penampilan Fajar Merah. Album ini berisi enam lagu yang sering dinyanyikan para tahanan politik selama dipenjara. Para musikus muda ini mengaransemen dan menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan gaya mereka sendiri.

Kehadiran para musikus yang sedang naik daun ini menjadi daya tarik penonton yang kebanyakan anak muda dan para aktivis pegiat hak asasi manusia. Padahal acara-acara yang digelar terkait dengan isu-isu politik biasanya hanya dipenuhi para aktivis. “Datang karena ingin lihat Jerinx, juga supaya tahu sejarah yang pernah terjadi saat itu. Apalagi saya, kan, lahir pada 1990-an,” ujar Syaiful, seorang penggemar Jerinx.

Ruangan yang berkapasitas sekitar 200-300 tempat duduk di Goethe Haus ini penuh sesak, bahkan penonton memenuhi tangga di kiri dan kanan kursi. Para penonton rela berdiri demi menyaksikan musikus kesukaan mereka. Kendati demikian, mereka menonton dengan tertib mengikuti arahan panitia. Banyak juga aktivis yang menonton pergelaran ini. Hadir juga bekas tahanan politik, korban tragedi kemanusiaan yang telah berusia senja.

Pergelaran ini dibuka dengan penampilan paduan suara Dialita dari keluarga penyintas, dilanjutkan dengan para musikus yang menyanyikan enam lagu dalam album tersebut. Pentas diakhiri dengan musikalisasi puisi Wiji Thukul oleh Fajar Merah dan sepupunya. Di sela-sela penampilan para musikus, diputarkan pula proses wawancara kepada para mantan tahanan politik tentang lagu-lagu yang pernah mereka nyanyikan itu.

DIAN YULIASTUTI


Berita terkait

Kisah Raharja Waluya Jati Pernah Surati Jokowi Tuntaskan Kasus Penculikan Aktivis 1998

58 hari lalu

Kisah Raharja Waluya Jati Pernah Surati Jokowi Tuntaskan Kasus Penculikan Aktivis 1998

Setelah Jokowi menjadi presiden pada 2014, aktivis Raharja Waluya Jati menitipkan pesan kepada Jokowi untuk tuntaskan kasus penculikan aktivis 1998.

Baca Selengkapnya

Hadiri Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo, Anak Wiji Thukul Tagih Janji Jokowi Temukan Sang Ayah

10 Februari 2024

Hadiri Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo, Anak Wiji Thukul Tagih Janji Jokowi Temukan Sang Ayah

Wani tampil membacakan salah satu puisi karya sang ayah, Wiji Thukul di gelaran kampanye terakhir Ganjar-Mahfud.

Baca Selengkapnya

Koran Achtung Sebut Prabowo Subianto Penculik Aktivis 1998, TKN Akan Lapor ke Bareskrim

13 Januari 2024

Koran Achtung Sebut Prabowo Subianto Penculik Aktivis 1998, TKN Akan Lapor ke Bareskrim

TKN menyatakan penyebutan Prabowo Subianto sebagai penculik aktivis 1998 sebagai tindak pidana pemilu.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Tanggapi Tantangan Kontrak Politik untuk Bereskan Kasus Pelanggaran HAM 1998

23 Desember 2023

Ganjar Pranowo Tanggapi Tantangan Kontrak Politik untuk Bereskan Kasus Pelanggaran HAM 1998

Ganjar Pranowo belum bisa memastikan apakah akan menandatangani kontrak politik soal pelanggaran HAM 1998.

Baca Selengkapnya

60 Tahun Wiji Thukul, Aktivis dan Penyair yang Tak Tentu Rimbanya

27 Agustus 2023

60 Tahun Wiji Thukul, Aktivis dan Penyair yang Tak Tentu Rimbanya

Wiji Thukul menemukan api bagi simbol perlawanan melalui kalimat-kalimat yang menjadi roh bagi kebangkitan jiwa-jiwa melawan rezim otoritarianisme.

Baca Selengkapnya

Apa Maksud Jefri Nichol Unggah Potret Salim Kancil, Widji Thukul, Munir, dan Marsinah?

28 Maret 2023

Apa Maksud Jefri Nichol Unggah Potret Salim Kancil, Widji Thukul, Munir, dan Marsinah?

Aktor Jefri Nichol mengunggah foto tokoh korban pelanggaran HAM seperti Salim Kancil, Widji Thukul, Munir, dan Marsinah. Ini profil mereka.

Baca Selengkapnya

Istri Wiji Thukul Meninggal karena Serangan Jantung, Kenali Silent Killer Ini

7 Januari 2023

Istri Wiji Thukul Meninggal karena Serangan Jantung, Kenali Silent Killer Ini

Serangan jantung seperti yang dialami istri Wiji Thukul karena aliran darah ke jantung sangat berkurang. Apa penyebab silent killer ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Janji Presiden Jokowi Cari Wiji Thukul

7 Januari 2023

Kilas Balik Janji Presiden Jokowi Cari Wiji Thukul

Sampai Sipon meninggal dunia, Wiji Thukul masih berstatus orang hilang. Padahal, Presiden Jokowi pernah berjanji mencari Wiji Thukul.

Baca Selengkapnya

Jokowi Janji Cari Wiji Thukul, Sahabat Dekat Wiji Thukul-Sipon: Ketika Jadi Presiden Lupa Semua

7 Januari 2023

Jokowi Janji Cari Wiji Thukul, Sahabat Dekat Wiji Thukul-Sipon: Ketika Jadi Presiden Lupa Semua

Setelah Wiji Thukul hilang, Sipon tak tinggal diam. Ia mencari suaminya sampai Komnas HAM, bertemu para menteri, dan medapatkan janji Jokowi. Kesehatannya menjadi taruhannya.

Baca Selengkapnya

Adik Wiji Thukul Sebut Sipon Bukan Sekadar Istri Aktivis

7 Januari 2023

Adik Wiji Thukul Sebut Sipon Bukan Sekadar Istri Aktivis

Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul, menyebut Sipon bukan sekadar istri aktivis, melainkan aktivis itu sendiri.

Baca Selengkapnya