Mengukir Tatto dalam Karya Seni Rupa

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 29 Juli 2015 22:00 WIB

Seorang pria bernama German 'Magneto' saat menghadiri acara Israel Tattoo Convention di Tel Aviv, Israel, 6 Juni 2015. REUTERS/Ronen Zvulun

TEMPO.CO, Yogyakarta - Bagi sebagian besar orang, pulpen adalah alat menulis. Tapi di dalam penjara, benda itu bisa menjadi alat untuk merajah tubuh. “Karena benda tajam kan sulit masuk ke penjara,” kata Panca DZ, Selasa 28 Juli 2015.

Malam hari itu, di Jogja Contemporary Yogyakarta, perupa asal Bandung ini menggelar pameran berjudul “Maker’s Mark”. Lewat karya dalam beragam media -gambar dan patung-, ia menyuguhkan narasi tentang tatto dari masa ke masa. Pameran itu dijadwalkan berlangsung hingga 8 Agustus 2015.

Salah satu karyanya adalah berjudul Tatto Gun Innuendo #2. Karya itu terdiri dari delapan panel yang berisi sejumlah alat. Dari pulpen, sikat gigi, sebotol kecil lem, dinamo, serta seutas kabel lengkap dengan colokan listrik, Masing-masing ditempatkan di permukaan panel yang menempel di salah satu sisi ruang pamer.

Di permukaan panel lain, terdapat satu unit mesin tatto modifikasi yang dihasilkan dari alat-alat itu. Menurut dia, para tahanan di penjara Banceuy Bandung menggunakan alat ini untuk mentatto tubuh. “Januari lalu saya mendatangi penjara itu,” katanya.

Kurator Pameran Rifandy Priatna mengatakan Panca adalah salah seorang pegiat di lembaga non pemerintahan di Bandung. Lewat program yang digelar di penjara itu, dia melakukan pengamatan tatto para tahanan. Selain alat pentatto tubuh modifikasi itu, Panca juga memamerkan sketsa berupa gambar tatto para tahanan.

Pengamatan itu lantas membawa Panca menelisik lebih jauh sejarah tatto. Secara sederhana, Panca membagi dalam dalam tatto tradisional dan urban. Pada masyarakat tradisional, tatto adalah identitas diri. Lewat gambar yang terajah pada tubuh, seseorang memperlihatkan suku asalnya. Di Indonesia, kata dia, salah satu suku yang menggunakan tatto sebagai identitas diri ini adalah dayak.

Sementara itu, lewat lima karya; “Zanun Syimbols”, Anis’s Life Cubes”, “Rahung’s Naga”, Nindya’s Name”, dan “Sandy’s Flower”, ia memperlihatkan tatto pada masyarakat urban. Masing-masing karya itu berupa gambar berukuran 90 x 60 sentimeter yang memperlihatkan seseorang dengan tubuh penuh tatto. “Masyarakat urban menjadikan tatto sebagai media seni,” katanya.

Toh, di antaranya kedua periode tatto itu, sambung dia, ada masa ketika masyarakat melihat orang bertatto sebagai pelaku kriminal. “Pada zaman Petrus (penembakan misterius),” katanya. Petrus merupakan penumpasan terhadap pelaku kriminal oleh aparat rezim Orde Baru pada decade 1980-an. Ironisnya, penumpasan itu justru setelah mereka berperan dalam pemilihan umum mendukung partai penguasa.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

14 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

18 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

58 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya