Teater Bertema Kematian Buka Festival Seni Prancis

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Kamis, 14 Mei 2015 19:34 WIB

Salah satu adegan dalam pentas teater boneka berjudul Mwathirika oleh Papermoon Puppet Theatre di Institut Francaise Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/6). Cerita berlatar pada peristiwa penangkapan dan eksekusi tanpa pengadilan pasca 30 September 1965. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Yogyakarta - Printemps Francais, festival seni yang digelar setiap tahun oleh Institut Prancis di Indonesia (IFI), digelar di 11 kota pada tahun ini. Printemps ke-11 juga bisa dinikmati oleh publik penikmat seni di Yogyakarta. Ada tujuh pementasan dan sejumlah seminar tentang seni dalam rangkaian acara festival ini di Yogyakarta sejak 15 Mei-10 Juni 2015.

Acara perdana Printemps Francais di Yogyakarta dibuka dengan pentas teater musikal bertema kematian karya sutradara Agung Kurniawan. Proyek peristiwa teater berjudul "Hanya Kematian Yang Setia Menunggu" itu akan dipentaskan di Auditorium IFI Yogyakarta pada Jumat malam, 15 Mei 2015.

Agung mengatakan teater ini menyimulasikan kematian dengan makna lain dari kebiasaan. Dia berniat menyajikan kisah mengenai kematian sebagai suatu fase kehidupan yang tidak selalu memicu kesedihan serta kehilangan. "Teater ini mengubah perspektif umum di banyak budaya tentang kematian," kata Agung di konferensi pers Printemps Francais Yogyakarta di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasumatri (PKKH) UGM, Rabu, 13 Mei 2015.

Dalam tradisi Jawa, Agung mencontohkan, peristiwa kematian selalu diikuti oleh beragam ritual khusus pelepasan. Pada masa lalu, kematian seseorang yang berpengaruh di istana bahkan sering disiapkan jauh hari dengan menyusun karya sastra untuk menyambut peristiwanya. "Di sejumlah budaya dan keyakinan agama, kematian selalu dianggap sesuatu hal yang sangat penting, sama dengan peristiwa kelahiran," kata dia.

Pementasan teater ini akan melibatkan pianis muda, Leilani "Frau" Hermiasih, sebagai penata musik. Puisi-puisi karya Gunawan Maryanto juga akan mengiringi pentas teater. "Kami juga akan mengadirkan teater dengan interaksi kuat antara pemain dan penonton," Agung menambahkan.

Menurut Direktur IFI Yogyakarta, Christine Moerman, model kolaborasi budaya Indonesia dan Prancis yang unik juga akan menjadi warna kuat di festival Printemps tahun ini. Salah satunya yang akan hadir di Yogyakarta, dia mengimbuhkan, ialah pentas "Guignol Recontre Les Punakawan."

Pentas paling buncit di rangkaian Printemps Francais di Yogyakarta itu mengolaborasikan teater boneka Guignol asal Prancis dengan Punakawan. Christine menjelaskan pementasan tersebut hasil residensi selama sepekan seorang musikus dan penulis teks surealis asal Prancis.

Penyajiannya, menurut dia, akan berbeda dari pakem klasik punakawan di pewayangan karena banyak muncul inovasi. Tapi, adegannya tetap dibungkus dengan komunikasi padat candaan.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

14 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

18 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

59 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya