Pentas Trik, Sindiran Mental Manusia Jakarta

Reporter

Rabu, 4 Februari 2015 20:00 WIB

Pementasan teater "Bila Malam Bertambah Malam" yang dibawakan oleh kelompok Teater Mandiri dalam gladi resiknya di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (20/6). Teater karya Putu Wijaya ini bercerita tentang cinta remaja dengan latar belakang perbedaan kasta di Bali. TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara Teater Mandiri, Putu Wijaya, memulainya dengan percakapan sepasang suami-istri, Amat si ketua rukun tetangga dan istrinya. Mereka membicarakan tuntutan warganya yang keberatan dengan rencana pembangunan megaproyek milik Nyonya Baron van Iblis. Selesai berbincang, Amat pun berangkat menemui sang nyonya besar.

Tentu saja kedatangan Amat (Zulfi) disambut dengan hangat di rumah Nyonya Baron yang megah dan mewah. Lelaki tua itu sudah pasti sangat kikuk dengan sambutan hangat plus jamuan makan malam yang mahal. Bukan tanpa maksud Nyonya Baron (diperankan Dwi Hastuti) menjamu Amat. Sebab, dia ingin ketua RT itu tak terprovokasi oleh warga. Bahkan kalau bisa Amat mendukung rencananya: membangun gedung megah 30 lantai, lengkap dengan berbagai fasilitas hiburan mewah yang memanjakan lahir dan batin.

“Jangan takut pada pembangunan dan perubahan Pak RT. Takutlah pada takut. Megaproyek ini juga untuk kesejahteraan warga,” ujar Nyonya Baron kepada Amat. Amat pun hanya manggut-manggut. Adegan ini mengawali pentas Trik yang digelar Teater Mandiri di Bentara Budaya, Kamis-Jumat, 29-30 Januari lalu. Lakon ini pernah dipentaskan Putu pada 2011 untuk pergelaran Jakarta Anniversary Festival sekaligus ulang tahun teater ini yang ke-40.

Putu seperti biasanya menyindir kelakuan dan mental manusia Jakarta dan Indonesia untuk mengeruk kekayaan sebesar-besarnya. Kali ini jutawan bernama Nyonya Baron van Iblis menjadi tokoh utama pertunjukan itu. Nyonya besar ini dibenci penduduk sekitar karena rencananya membangun megaproyek itu bakal menggusur rumah warga. Warga sepakat menolak meskipun sang nyonya mengiming-imingi mereka pekerjaan.

“Apa Bapak sudah menyampaikan bahwa dulu di tempat ini para pahlawan berjuang dan dikuburkan di sini? Apa Bapak juga sudah menyampaikan air di tanah ini jernih dibanding permukiman lain?” ujar istri Amat, yang nyerocos marah ketika suaminya pulang dari rumah Nyonya Baron.

Putu juga menampilkan sikap dan mental paradoks serta kemunafikan yang sering muncul. Meski menolak, mengkritik, dan marah, tetapi tetap tak berdaya ketika uang bicara. Meski hanya uang recehan. Seperti ketika istri Amat yang tetap saja menyambar amplop pemberian Nyonya Baron. Dia pun tetap bermanis muka ketika berhadapan dengan si nyonya dan berharap suaminya jadi mandor proyek dengan gaji Rp 50 juta per bulan, seperti yang digunjingkan warga kampung.

Dengan cerdik, Putu menggiring cerita menuju puncak dengan menampilkan konflik pada kemarahan warga yang meluap. Provokasi dengan bendera merah putih dipasang terbalik menjadi alatnya. Warga membakar rumah sang nyonya. Tentu saja nyonya jutawan ini tak sedih ketika rumahnya dibakar, malah senang dan berterima kasih kepada Amat.

Bisa ditebak, tentu saja karena ini merupakan inti cerita pentas kali ini. Menyuguhkan siasat yang dilakukan si nyonya besar. Dengan rumahnya dibakar, dia mendapat kompensasi dalam jumlah besar dari perusahaan asuransi. Sayangnya Putu tak menghadirkan pertentangan lain dengan siasat atau trik yang sudah sering dijumpai. Dia tak terlalu bersiasat lebih keras untuk mempertontonkan keserakahan dan kerakusan si tokoh. Akhir cerita diselesaikan dengan sederhana begitu saja.

Putu menjelaskan sedikit latar belakang pementasan ini. Menurut dia, situasi dalam pementasan tersebut marak terjadi saat ini. Berdalih memberikan kesejahteraan, memberi sesuatu yang baik, indah tapi di balik janji banyak masalah. “Kok, saya melihat makin ke sini makin banyak. Ini seperti pisau bermata dua, tapi banyak penipuannya,” ujar Putu seusai pementasan.

Lakon ini, kata Putu, sebenarnya merupakan gabungan dua cerita pendek yang ditulisnya dan dimuat di dua media yang berbeda. Dua cerita itu adalah Trik dan Bendera. Kedua cerita itu lalu diubah menjadi naskah teater. Tapi, bagi Putu, tak sulit untuk mengubahnya menjadi naskah drama. Karena kedua naskah cerita itu lebih banyak berisi dialog, dia tinggal menyesuaikan saja.

Yang agak berbeda dari naskah cerita dan lakon ini adalah tokoh si nyonya jutawan. Dalam naskah aslinya, tokoh utamanya seorang lelaki. Tapi masalah teknis muncul ketika dia tak mendapatkan aktor untuk melakonkan tokoh tersebut. Jadilah si Tuan Baron diubah menjadi Nyonya Baron.

Berbeda dengan pementasan-pementasan sebelumnya, kali ini Teater Mandiri tampil serba minimalis. Hanya ada enam aktor yang bermain di lakon berdurasi sekitar satu jam itu. Selain tokoh Nyonya Baron dan Pak RT, ada pula Ibu RT (Lailatin Na'ma), Pemberontak I (Taksu), Pemberontak II (Elvis Ticoalu), serta Cahya (provokator). Properti yang digunakan pun tak banyak. Di panggung hanya ada meja dan sepasang kursi kayu.

DIAN YULIASTUTI

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

2 hari lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya