Slamet Gundono Berpijak Pada Akar Rumput  

Reporter

Minggu, 5 Januari 2014 22:19 WIB

Kerabat dan kolega seniman melakukan salat di depan jenazah dalang Ki Slamet Gundono (48) saat upacara penghormatan terakhir di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, Jateng (5/1). ANTARA /Andika Betha

TEMPO.CO, Surakarta - Kepergian seniman wayang suket atau wayang rumput Slamet Gundono meninggalkan kesan tersendiri bagi seniman gerak, Suprapto Suryodarmo. Bagi Suprapto, Slamet Gundono tidak sekadar berkesenian tapi memahami kesenian sebagai media menyampaikan kritik sosial.

“Misalnya tentang wayang suket yang muncul di awal 2000, itu menandakan kesenian selalu berpijak pada akar rumput di masyarakat,” kata Suprapto ketika ditemui di rumah sakit Yarsis Surakarta, Minggu, 5 Januari 2014.

Wayang suket mengekspresikan apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat bawah atau kalangan akar rumput. “Dia pernah mengatakan bahwa negara juga harus memperhatikan masyarakat bawah," ucapnya.

Menurut Suprapto, karya-karya Slamet Gundono berpijak pada kegelisahan di kalangan akar rumput, sehingga lahirlah beragam wayang yang keluar dari pakem. “Ada wayang suket, wayang api, wayang air, wayang hujan, dan wayang tanah,” katanya.

Wayang hujan, misalnya, diciptakan dari kegelisahan Slamet tentang banjir yang kerap terjadi di Surakarta. “Dia mengingatkan tentang bahaya banjir dan bagaimana cara mengatasinya, dengan media wayang,” kata Suprapto.

Ketika prihatin terhadap kondisi tanah di Kalimantan yang rusak karena pertambangan liar, Slamet menciptakan wayang tanah.

Pemimpin Padepokan Lemah Putih ini memuji komitmen Slamet untuk menampilkan wayang sebagai media kritik sosial dan pencerahan ke masyarakat.

Slamet Gundono meninggal pada Minggu, 5 Januari 2014 di rumah sakit Yarsis sekitar pukul 08.30. Dugaan awal penyebab kematiannya adalah komplikasi jantung, lever, dan paru-paru akibat penyakit hepatitis B dan darah tinggi.


UKKY PRIMARTANTYO

Berita terkait

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.

Baca Selengkapnya

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.

Baca Selengkapnya

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.

Baca Selengkapnya

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.

Baca Selengkapnya

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.

Baca Selengkapnya

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.

Baca Selengkapnya

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.

Baca Selengkapnya