Billy Simpson pemenang The Voice Indonesia. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta--Bersekolah dan tinggal di luar negeri, tidak mengubah presepsi Billy Simpson terhadap tanah airnya. Pria 24 tahun ini menuturkan bahwa dia sangat mencintai Indonesia. "Saya tidak pernah menyesal jadi orang Indonesia terlepas dengan keadaan seperti ini," kata pemenang The Voice Indonesia musim pertama yang ditemui di studio Bepbop, Tebet, Senin, 8 Juli 2013.
Selama dua tahun di Australia (2006-2008), Billy mengaku hanya sekali membunyikan klakson mobilnya. Ia berkeliling Melbourne dengan aman dan nyaman. "Orang-orang tidak terburu-buru dan kasih jalan," kata penyuka soto betawi ini. Tapi Billy tetap memutuskan balik ke Indonesia dan tidak tertarik bekerja di negeri jiran tersebut.
"Saya nggak pernah nyesel karena Indonesia itu kaya banget, sumber daya manusianya, alamnya. Musik kita bagus-bagus, musisi kita keren-keren," kata pemain bass, piano dan gitar ini. Apalagi anak mudanya. Menurut Billy yang sempat bekerja untuk Liga Mahasiswa-ajang kompetisi olahraga tingkat universitas-, pemuda Indonesia punya potensi untuk lebih maju yang bisa dengan musik, olahraga maupun pendidikan.
Kecintaan terhadap Indonesia sempat menerbitkan sedikit kekecewaan melihat kondisi tim nasional, khususnya sepakbola. Dari 240 juta penduduk Indonesia, kenapa tidak bisa ada satu tim yang bisa unjuk gigi di dunia. Padahal, kata Billy : "Ada pepatah yg mengatakan a genius is one a million, harusnya sudah ada beberapa jenius di Indonesia."
Waktu ada pertandingan bola antara Indonesia lawan Belanda, 7 Juni 2013 lalu, anak bungsu dari dua bersaudara ini ditanya penggemarnya lewat twitter di @billysimpson. "Saya ditanya pegang apa, Ya pegang Indonesia, tapi mereka jawab lagi kan Indonesia payah, pasti kalah." Tapi menurut Billy, apapun alasannya orang Indonesia harus membela tim nasional mereka. "Saya pikir kita harus tahu kita ini siapa dan kita tahu apa tugas kita di dunia ini."
