Penampil asal Inggris The Heliosphere tampil dalam malam pertama Festival Solo International Performing Arts (SIPA) 2012, di Pamedan, Istana Mangkunegaran, Solo, Jateng, Sabtu (28/9) malam. ANTARA/Andika Betha
TEMPO.CO, Surakarta - Panggung Solo International Performing Art (SIPA) 2012 kosong dan gelap. Kelompok The Dream Engine memilih tidak menggunakan panggung itu sebagai tempatnya berpentas. Mereka menari tepat di atas kepala para penonton yang menyemut di Pamedan Pura Mangkunegaran, Jumat malam, 28 September 2012.
Robin Simsons melam itu terbang. Aeralist asal Inggris itu menggunakan awang-awang sebagai panggungnya. Tubuhnya diterbangkan oleh sebuah balon udara yang berisi gas helium. Ribuan penonton harus menengadahkan kepala untuk menyaksikan atraksinya.
Dalam tarian berjudul "The Heliosphere" tersebut, Simsons memadukan tarian balet dengan gerakan-gerakan gymnastic atau senam. Tubuhnya yang dibalut pakaian warna perak terlihat sangat lentur. Tali centang perenang yang mengikat tubuhnya dengan balon udara tidak menghambat gerakannya.
Di tengah sorotan dua lampu tembak dari bawah, Simsons meliukkan tubuhnya di ketinggian 10 meter dari atas tanah. Terkadang, balon udara udara itu terbang merendah. Dia memutar tubuhnya dengan kepala di bawah sembari menyentuhkan tangannya kepada para penonton. Rambut pirangnya dibiarkan terurai, menjadikan pementasannya penuh warna.
"The Heliosphere" merupakan pertunjukan tari kontemporer yang menggabungkan musik, pencahayaan, dan ruang untuk menciptakan ilusi terbang. Penari akrobatik udara sering disebut aerialist--menari dan berputar seolah tanpa beban. Mereka mencoba mengeksplorasi seluruh ruang di antara para penonton.
Tarian itu memang baru pertama kalinya dibawa ke Indonesia. Mereka dibawa ke panggung SIPA 2012 oleh British Council. Sejatinya, tarian berdurasi 20 menit itu sudah pernah dibawa keliling di 46 negara.
Proyek "The Heliosphere" itu dikerjakan oleh kelompok The Dream Engine asal Inggris. Kelompok seni yang lahir pada 1995 itu mendalami seni instalasi dan pertunjukan seni di udara yang spektakuler. Kelompok di bawah pimpinan Steve Edgar itu pernah pentas di 50 negara dan sedikitnya mengerjakan 80 produksi tiap tahun.
"Pertunjukan ini sangat terpengaruh oleh embusan angin," kata Steve Edgar. Balon gas helium itu akan semakin tenang jika embusan angin tidak terlampau kencang. Untunglah, selama pementasan "The Heliosphere", angin di Pamedan Pura Mangkunagaran tidak begitu kencang. Dua pria yang memegang tali balon udara tidak terlampau kesulitan dalam mengendalikan balon tersebut.
Ketua Umum SIPA 2012 Irawati Kusumorasri mengatakan, "The Heliosphere" akan dipentaskan pada tiga malam berturut-turut. "Kami bukannya ingin mengistimewakan mereka," katanya. Hanya, pihaknya merasa sayang kalau "The Heliosphere" hanya tampil sekali. "Biaya produksinya sangat tinggi," katanya.