Di Bawah Kepungan Pasar Modern

Reporter

Editor

Minggu, 25 September 2011 19:29 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta -


Yen pasar telo ilang kumandange
Menyang mall-mall ibu-ibu podo belonjo
Milih roti kliru
Arep jogo gengsi tibane mek gelo

Pantun Sindhunata itu seolah menjadi pelengkap karya Sigit Bapak berjudul Super Telo. Di depan pintu masuk Bentara Budaya Yogyakarta, perupa kelahiran Lampung 1976 itu meletakkan sebuah troli bergagang merah beroda empat. Di dalammnya, belasan ketela sebesar lengan dan paha orang dewasa bertumpuk memadati. Berbeda dengan ketela yang dijual di pasar tradisional, ketela “Sigit” ditempeli barcode laiknya dagangan di pasar modern.

Inilah satu karya 26 perupa Yogyakarta dalam pameran bertema Pasar Ilang Kumandhange “Mletho” di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran yang berlangsung 17-26 September 2011 itu merupakan satu dari dua pameran yang digelar untuk memperingati 29 tahun Bentara. Sebelumnya, pameran bertema pasar; -Pasar Kencrung- digelar 10-15 September 2011.

Pasar Ilang Kumandhange adalah ekspresi para perupa terhadap posisi pasar tradisional di tengah kepungan pasar modern. Karya Sigit misalnya, segera membawa ingatan kita pada Pasar Telo, Karangkajen, Yogyakarta. Di kanan-kiri pasar di jalan Imogiri Barat itu kini berdiri pasar modern, mini ataupun super.

Karya Rommy Setiawan berjudul Menjadi Lupa memperkuat narasi itu. Seperti karyanya terdahulu -pameran HaHaHaHa…Citra Humor Dalam Lukisan yang digelar pertengahan Juni lalu di Bentara, perupa kelahiran Mojokerto 1985 itu berkarya dengan teknik menggambar dengan pensil.

Di atas selembar kanvas berukuran 102X74 sentimeter, pada Menjadi Lupa, Rommy menggambar keriuhan orang-orang di pasar tradisional. Ada yang nongkrong di warung, menjual ayam hingga bermain musik di pinggir jalan. Aktifitas itu mereka lakukan di sebidang tanah kosong berlatar belakang gedung-gedung bertingkat. “(Gedung itu) simbol mall yang mengepungnya,” kata dia, Minggu (25/9).

Menurut dia, gambar itu merupakan ekspresinya untuk mengungkapkan ambisi belanja manusia modern. Mereka, kerap kali, belanja tak hanya untuk mencukupi kebutuhannya. Namun sekaligus gaya hidup dan trend. Barang-barang yang dibeli pun, sekedar menjadi pemuas ambisi belanja belaka.

Ambisi itu dia gambarkan dengan idiom Dasamuka. Bentuknya, seorang penunggang Vespa yang berjalan terbalik di atas gedung-gedung. Sosok penunggang itu, dia gambarkan berkepala 10 (Dasamuka). Lantaran ada 10 kepala maka ada 10 otak. Dan ada 10 keinginan berbeda pula dari tiap kepala. “Banyak keinginan jadinya,” kata dia menterjemahkan karyanya.

Meredupnya pasar tradisional di tengah kepungan pasar modern sekaligus telah mengikis fungsi sosial pasar tradisional. Melalui karyanya yang berjudul The Metric of Distance, Rifqi Sukma menampilkan sebuah karya berupa timbangan berwarna merah dalam kombinasi garis kuning. Di atasnya, dia letakkan wadah timbangan. Kosong melompong tanpa isi.

Inilah sindiran Rifqi tentang masalah pasar tradisional yang sekarat akibat “tergusur” pasar modern. Bagi perupa asli Yogyakarta berusia 31 tahun itu, pasar tradisional tak hanya berfungsi sebagai kawasan transaksi jual-beli saja. Di pasar tradisional, ada sebuah relasi sosial antara pedagang dan pembeli yang terjalin. Pedagang tak hanya mencari untung, adapun pembeli tak sekedar mencari barang murah. Ada nilai silaturahmi di dalamnya.

Meminjam karya Rommy, Sindhunata menilai fenomena itu tak bisa dilepaskan dari fungsi negara yang semestinya melindungi warganegaranya. Pasar sengaja digerojog barang-barang kebutuhan semu. Kebutuhan itu sengaja diciptakan, melalui iklan dan pencitraan. Bukan karena memang dibutuhkan masyrakat. Inilah ambisi Dasamuka itu. Melalui sajaknya, keprihatinan itu terbaca.

Yen pasar ilang kumadange
Wakile rakyat senenge ngapusi
Wong cilik terus dikhianati
Golek swara mung kanggo korupsi

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

38 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

44 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya