Kolaborasi Seni Perempuan Inggris Lintas Agama

Reporter

Editor

Sabtu, 16 Juli 2011 20:57 WIB

TEMPO Interaktif, London - Apa jadinya bila para perempuan berkumpul dan mengarahkan jiwa seni, agama dan hasrat mereka untuk membuat perubahan sosial yang positif? Hasilnya luar biasa, dan tidak ayal menyatukan para perempuan yang mungkin tidak akan pernah bertemu dalam situasi biasa.

Seni memberi sebuah peluang bagi para perempuan dari berbagai lapisan masyarakat dan berbagai agama untuk menemukan berbagai kesamaan yang mereka miliki selaku perempuan, orang beriman dan pencinta seni. Ini adalah sebuah konsep yang bisa dimengerti oleh siapa saja ketika pertama kali diperkenalkan dengan konsep ini. Ini adalah sesuatu yang perlu dialami sebelum bisa sepenuhnya diapresiasi.

Program Three Faiths Forum di Inggris bernama Women ARTogether, mencoba mewujudkan konsep itu dengan menggunakan seni sebagai perangsang adanya perbincangan di antara para perempuan dari berbagai agama.

Salah satu contoh hasil kolaborasi seni yang telah dipamerkan Women ARTogether adalah sebuah karya berjudul "Armour", yang dibuat oleh tiga seniman--yang satu Kristen, yang satu Yahudi, dan satunya lagi Muslim. "Armour" adalah sebuah karya seni tiga panel yang mengetengahkan gagasan para perempuan sebagai ksatria, hasrat alamiah mereka untuk melindungi diri dari tekanan sosial dan masalah hidup serta perlindungan yang mereka berikan kepada anak-anak mereka. Setiap bagian melengkapi yang lain dan bersama-sama menunjukkan tekad para perempuan, kenestapaan yang tidak terperhatikan dan kecemasan yang dirasakan ketika anak-anak mereka meninggalkan rumah.

Kecemasan ini berasal dari cinta tulus seorang ibu atau nenek dan rasa takut akan kehilangan atau kemalangan yang menimpa manusia-manusia paling berharga dalam hidup mereka. Ini mendesak mereka untuk mengucap doa-doa khusus, mengikat pita merah untuk mengusir kemalangan atau mengenakan jimat, seperti kalung yang berisi gulungan kecil kitab suci--praktik yang lumrah di kalangan perempuan di banyak tradisi agama. Ada kesadaran dari para perempuan yang melihat "Armour" di Festival Women ARTogether pada November tahun lalu bahwa baik ras maupun agama tidaklah banyak membedakan mereka, mengingat berbagai karakteristik dan perasaan yang sama ini.

Women ARTogether juga telah memberi para seniman muslim kesempatan untuk menunjukkan karya mereka di Museum Yahudi, London, dan berbagai galeri seni Kristen, seperti Wallspace. Kesempatan yang sama telah diciptakan untuk para seniman Yahudi dan Kristen yang akan menampilkan karya mereka di galeri-galeri seni Islam, seperti Mica Gallery di London.

Three Faiths Forum optimistis bahwa para seniman ini akan berhasil mendorong warga masyarakat untuk melihat karya mereka. Mudah-mudahan serangkaian pertukaran lintas budaya akan menyusul, di mana orang-orang Muslim dan Kristen mengunjungi Museum Yahudi dan sebaliknya. Sebagian besar orang tidaklah enggan untuk mengunjungi komunitas lain, tetapi biasanya bukanlah karena tidak ada cukup prakarsa yang mendorong atau membantu interaksi semacam ini.

Tapi, ini adalah sebuah prakarsa baru yang kuat yang mendorong adanya interaksi semacam itu.

Yang cukup mengejutkan adalah adanya gelombang perempuan seniman muslim yang telah menanti-nanti sebuah kesempatan untuk menghilangkan berbagai mitos dan menyuarakan pendapat mereka melalui seni. Walaupun banyak seniman muslim yang kami temui tidak selalu menciptakan karya seni yang berkaitan dengan agama, ketika diperkenalkan dengan gagasan kolaborasi seni dan diberi kesempatan untuk mengirim pesan persatuan kepada komunitas yang beragam, ada banyak nama yang mendaftar.

Grup musik wanita Yalla, yang telah menciptakan suatu perpaduan musikal antara Klezmer (tradisi musik Yahudi Ashkenazi dan Hasid), hip hop dan jazz, adalah satu contoh lagi bagaimana para perempuan telah menyatukan bakat mereka dan menciptakan sebuah gaya musik yang inovatif, yang memikat orang-orang dari semua budaya dan agama.

Anggota grup ini yang muslim adalah para perempuan terlatih yang menampilkan lirik-lirik yang sering kali mengekspresikan luka hati mereka karena berlanjutnya potret negatif perempuan muslim di Barat. Rekan-rekan Yahudi dan Kristen di band ini membantu mereka dengan memainkan musik latar, dan mendorong mereka untuk terus maju, dan mengirim pesan-pesan solidaritas dan empati kepada mereka.

Para perempuan yang menyaksikan pertunjukan ini sangat merasa terberdayakan, terdorong dan tergerak oleh tontonan persahabatan dan sikap pengertian. Para muslimah secara khusus telah merasa didorong oleh para musisi Yalla, dan mereka sering diundang oleh organisasi-organisasi perempuan muslim untuk tampil dalam berbagai acara komunitas karena pengaruh kuat yang mereka miliki.

Para perempuan tengah menciptakan peluang agar masyarakat terjembatani lewat seni, dan kita berharap bahwa banyak lagi perempuan yang lain akan mau menjelajahi pertukaran ini dan melintasi sisi lain.

HADIYA MASIEH, Manajer Proyek Women ARTogether, anggota pengurus Friends of the Bereaved Families Forum (FBFF) di Inggris dan pengawas yayasan di masjidnya di London Utara.

Artikel ini disebarluaskan oleh CGNews.

Berita terkait

Bertemu KWI, Muhaimin Iskandar: Jalin Kebersamaan dalam Dialog Antaragama

29 November 2021

Bertemu KWI, Muhaimin Iskandar: Jalin Kebersamaan dalam Dialog Antaragama

Muhaimin Iskandar melakukan pertemuan dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Cikini, Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya

Wapres Ma'ruf Amin Imbau Isi Khotbah Tak Berisi Narasi Permusuhan

17 November 2019

Wapres Ma'ruf Amin Imbau Isi Khotbah Tak Berisi Narasi Permusuhan

Ma'ruf Amin mengatakan saat ini Indonesia membutuhkan narasi-narasi kerukunan, bukan narasi-narasi konflik.

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Malaysia Bangun Dialog Antaragama Islam - Konghucu

4 Juni 2018

Indonesia dan Malaysia Bangun Dialog Antaragama Islam - Konghucu

Utusan khusus Presiden Indonesia untuk dialog antaragama dan antarnegara, Din Syamsuddin, mengadakan dialog Islam dan Konghucu dengan Malaysia.

Baca Selengkapnya

Menag Apresiasi 6 Poin Rumusan Etika Kerukunan Umat Beragama

11 Februari 2018

Menag Apresiasi 6 Poin Rumusan Etika Kerukunan Umat Beragama

Enam poin rumusan etika kerukunan umat beragama itu diserahkan ke Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Kenapa Jokowi Undang Berbagai Pemuka Agama Akhir-akhir Ini?

8 Agustus 2017

Kenapa Jokowi Undang Berbagai Pemuka Agama Akhir-akhir Ini?

Sepekan terakhir, Presiden Joko Widodo atau Jokowi kerap memanggil pemuka agama ke Istana Kepresidenan, ada pesan apakah dari berbagai pertemuan itu?

Baca Selengkapnya

Maruf Amin Tagih Janji Jokowi Soal Pelaksanan Dialog Nasional

12 Mei 2017

Maruf Amin Tagih Janji Jokowi Soal Pelaksanan Dialog Nasional

Ketua MUI Pusat KH Maruf Amin, menagih janji Presiden Jokowi mengenai rencana melakukan dialog nasional untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa.

Baca Selengkapnya

Zakir Naik: Hanya Warga Bekasi Tak Bertanya Soal Al Maidah 51

11 April 2017

Zakir Naik: Hanya Warga Bekasi Tak Bertanya Soal Al Maidah 51

Di Makassar, seorang jamaah Hafid kembali bertanya kepada Zakir Naik soal pemimpin suatu daerah yang bukan muslim seperti di Al Maidah 51.

Baca Selengkapnya

Di Makassar, Zakir Naik: Kenapa Angka Kriminalitas di Arab Rendah

10 April 2017

Di Makassar, Zakir Naik: Kenapa Angka Kriminalitas di Arab Rendah

Di sela ceramah di Makassar, Zakir Naik mengungkapkan penyebab angka kriminalitas di Arab Saudi rendah.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Bekasi Bantah ke Vatikan Hadiah dari Izin Santa Clara

9 April 2017

Wali Kota Bekasi Bantah ke Vatikan Hadiah dari Izin Santa Clara

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi diundang ke Vatikan pada 24 Mei 2017 mendatang. Rahmat membantah undangan itu hadiah dari pemberian izin Santa Clara.

Baca Selengkapnya

Zakir Naik Tampil di Bekasi, Ini Reaksi Positif Sekretaris Daerah

8 April 2017

Zakir Naik Tampil di Bekasi, Ini Reaksi Positif Sekretaris Daerah

Sekretaris Daerah Kota Bekasi Rayendra Sukarmadji mengatakan izin kepada panitia ceramah Zakir Naik adalah bukti konsistensi menjaga toleransi agama.

Baca Selengkapnya