TEMPO Interaktif, Jakarta -Learning by doing. Kalimat ini melecut semangat Nadya Mulya untuk mencintai batik. "Aku tadinya cuma ikut-ikutan ibuku mencintai batik dan kain lokal. Dari sesuatu yang terus kulakukan, aku jadi belajar, lalu jatuh cinta," kata Runner Up Putri Indonesia 2004 ini saat ditemui dalam acara peluncuran buku Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo di Restoran Palalada, Alun-alun Indonesia, Sudirman, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kini, begitu gandrungnya dengan batik dan kain lokal, ia menggunakan waktu liburannya untuk berwisata batik dan kain Indonesia. Tanpa malu-malu, Nadya merayu suami dan anak-anaknya untuk menyesuaikan liburan dengan wisata batik atau kain lokal. "Tadinya mereka bingung, kok aku ngotot mengajak ke Cirebon, Garut, dan Solo, khususnya ke sentra batik. Tapi, setelah aku jelaskan, mereka mendukungku dan ikut menikmati," ujar Nadya sambil tertawa.
Pembawa acara kelahiran Jakarta, 19 Mei 1980, ini meyakini, dengan mencintai batik, kita bisa mengenal lebih dalam tentang khazanah budaya bangsa dan warisan leluhur. "Aku jadi lebih memahami batik bukan sekadar motif atau ragam pada sehelai kain. Tapi juga filosofi dan falsafahnya sangat detail tentang kehidupan manusia dan lingkungan di sebuah tempat," kata Nadya, yang kini memilih selalu memakai kain yang tidak dipotong dan dibiarkan panjang dengan cara mengikatnya. HADRIANI P