Manusia Purba ala Penari Jepang

Reporter

Editor

Senin, 4 Oktober 2010 15:31 WIB

Aksi kelompok "Gejindan" di Gianyar. Keindahan gerak tak terpaku pada kehalusan dan kelembutan.(TEMPO/Rofiqi Hasan)



TEMPO Interaktif, Denpasar -
Tiga lelaki dan dan perempuan menguasai panggung. Mereka berinteraksi dalam rangkaian koreografi yang mengalir dan terus berubah. Membentuk barisan, bernyanyi bersama, hingga saling berkelahi. Keterpaduan dan konflik hiruk pikuk dalam ekspresi yang liar. Padahal musik yang mengiringi sebuah lagu bossanova yang dilatarbelakangi bunyi ombak mengalun pelan. Sementara itu,seorang perempuan muda asyik berkeliling membuat lingkaran dengan gerakan meniru burung yang sedang terbang.

Aksi kelompok "Gejindan" itu mengawali penampilan mereka di sanggar Geoks, Singapadu, Gianyar, Minggu (3/9) malam. Sepintas aksi yang sulit dilihat sebagai sebuah tarian. Tapi ritme gerakan selama sekitar 10 menit itu membuatnya enak dinikmati. Keindahan gerak tak terpaku pada kehalusan dan kelembutan. Tetapi juga pada gerakan yang cepat, kasar dan penuh dengan kekuatan. Kontras kemudian diperlihatkan ketika mereka mempertontonkan adegan memadu kasih.

Gejindan sendiri berarti adalah manusia purba. Menurut salah-satu pendiri kelompok ini Yoshio Baba, mereka berusaha untuk melihat kenyataan yang ada saat ini dalam pandangan masa lalu. "Kami prihatin karena seperti di Jepang, manusia kelihatan lebih lemah dan dimanjakan oleh teknologi," ujarnya. Dia menilai, manusia modern jauh dari alam dan bahkan tidak mengenal diri sendiri.

Drama tari yang ditampilkan dalam 9 bagian itu mengungkapkan pendapat mereka. Seperti dalam scene ketiga dimana kota Tokyo digambarkan sebagai padang pasir yang gersang. Orang-orang berjalan cepat ke berbagai arah. Mereka mengejar cahaya yang gemerlapan dan tersebar di sejumlah tempat. Tapi akhirnya terbukti cahaya-cahaya itu hanyalah karena keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebihan.

Setelah menampilkan adegan yang menggambarkan perjalanan spiritual bolak-balik antara situasi jaman purba dengan dunia kontemporer, drama tari pun berkahir dengan kembalinya mereka ke masa lampau. Memori melambai-lambai memanggil."Memori sewaktu saya masih menjadi ikan, " tulis mereka dalam panduan. Gerakan yang ditampilkan menggambarkan emosi yang tenang dan ikan berenang berayun-ayun dalam satu sinar dan sedikit udara.

Kekuatan kelompok itu, menurut pengamat seni Wayan Dibia, adalah keberhasilan memadukan unsur-unsur tari kontemporer dengan unsur tradisional. Tarian kontemporer terlihat dari gerakan-gerakan yang cepat dan efisien, sedang nuansa tradisional tampak pada keluwesan serta gerakan ritmis yang kontemplatif. "Mereka berhasil memadukannya tanpa celah yang berarti," kata guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.
Unsur tradisi, sebut Dibia, i bisa berarti tradisi Jepang seperti terlihat dalam langkah kaki yang pendek dan terbungkuk-bungkuk ala tarian Jepang. Sedang tradisi lokal terlihat dari gaya dua penari Yogyakarta yang terlibat dalam proyek itu. Keluwesan serta kelenturan mereka gampang mengingatkan pada tarian klasik Jawa.

Unsur-unsur itu terpadu dari latar belakang penarinya yang beragam. Para penari Jepang- Mao Arata, Shiho Uemoto, Tetsuro Koyano- memiliki latar belakang sebagai penari balet modern dan penari kontemporer. Adapun Yoshie Baba, selain menguasai tarian Jepang, juga pernah mendalami tari Bali dengan menjadi mahasiswa ISI Denpasar. Selain empat penari Jepang, kelompok ini merekrut dua penari dari Yogyakarta- Yuniawan Setyadi dan Suryo Purnomo- yang menguasai berbagai tarian jawa klasik .

Sebelum penampilan itu, mereka sudah melakukan workshop dimulai dengan penampilan secara individual untuk menafsir cerita dalam gerakan. Setelah itu barulah gerakan-gerakan dipadukan dalam satu koreografi. Mao Arata yang yang menjadi koregrafer berusaha tak menghilangkan ciri-ciri gerakan individual. Dalam pentas itu, setiap penari memang diberi kesempatan untuk menampilkan tarian solonya. "Kami yakin masyarakat Jepang pun bisa menikmati tarian ini," kata Yoshie.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

2 hari lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya