Fitri Menggali Kosagerak Tari  

Reporter

Editor

Kamis, 30 September 2010 15:10 WIB

Fitri Setyaningsih. (TEMPO/JACKY RACHMANSYAH)
TEMPO Interaktif, Jakarta -Karya-karyanya selalu dekat dengan keseharian. Tak tanggung-tanggung, setiap repertoar yang ia buat selalu mengubah tubuh sedemikian rupa hingga sangat dekat dengan benda yang menyertai. Sangat eksploratif. Begitulah kira-kira Fitri Setyaningsih memperlakukan tubuh dalam setiap karya tari yang diciptakannya. Ia selalu mencoba membuat pendekatan kosagerak tubuh yang sangat berbeda dengan asal tubuh si penari.

Kali ini, dalam Festival Salihara Ketiga, Fitri akan mementaskan karya terbarunya, Selamat Datang dari Bawah, di Galeri Salihara, 1-2 Oktober nanti. Koreografer tari kelahiran Solo, 26 Agustus 1978, itu menggali kosagerak justru lewat kerja sama dengan bukan penari. "Saya tidak selalu melibatkan penari profesional dalam setiap karya saya," ujarnya. Dia lebih banyak bekerja sama dengan seniman dari berbagai disiplin, seperti pemain teater, grafis, atau siapa saja. Tapi dari situlah Fitri selalu menemukan kosagerak yang berbeda. Ada pertemuan tubuh-tubuh yang tak biasa. Bahkan tak jarang koreografer asal Solo ini memutilasi gerak tubuh, yang kemudian ia susun kembali menjadi satu rangkaian karya.

Tentu transfer ide tak semudah jika berhadapan dengan penari profesional. Fitri tetap memilih jalan ini karena ia bukan koreografer yang menghamba pada hasil instan. Bekerja dengan penari profesional sering kali terbentur dengan pembacaan gerak tubuh yang selalu berkutat dengan sejarah tubuh penari pada umumnya. Koreografer lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta itu tampaknya ingin keluar dari semua aura tari yang sepertinya telah menjadi konvensi sebagian besar penari dan koreografer Indonesia pada umumnya.

Dalam proses penciptaan karya, makna tari tak menjadi prioritas utama. "Makna bagi saya seperti tujuan. Dan saya jarang memasukkan itu dalam wilayah karya saya. Karena yang saya ambil kebanyakan sesuatu yang dekat dengan keseharian," katanya.

Tak jarang simbol-simbol yang bermunculan pada karyanya sulit diberi makna oleh penontonnya. Memang, hal ini akan membuka ruang imaji seluas-luasnya. Makna tak lagi dibagi-bagi agar terbentuk persepsi kolektif, tapi dibiarkan saja tumbuh dalam ruang personal.

Justru yang menjadi prioritas dalam tiap karyanya adalah keartistikan pemanggungan. Properti ataupun musik pengiring adalah penolong bagi tubuh untuk lebih dekat dengan keseharian. Maka tak mengherankan jika Fitri selalu habis-habisan mengolah satu konsep pemanggungan untuk menampilkan pendekatan baru terhadap relasi antara tubuh dan tari.

Meskipun ia berangkat dari seni tari tradisi, seluruh karya yang telah diciptakannya tak menyentuh wilayah itu. Fitri menyadari konsep tari tradisi selalu berpijak pada teknik. "Orang dikatakan hebat menari kalau menguasai teknik sulit sedemikian rupa. Kalau seperti ini, saya merasa tari menjadi jauh dari manusia," katanya. Dari situlah, Fitri dengan kemampuan teknik yang pernah ia pelajari membuat pendekatan yang segar.

Menurut Fitri, banyak koreografi di Indonesia yang bervariasi, baik dari segi konsep maupun properti yang digunakan. Tapi efek pertunjukan yang sampai kepada penonton seolah menciptakan sublimitas dan aura yang sama.

Untuk mencapai proses kreatif itu, tak jarang ia hanya melakukan aktivitas sehari-hari sebagai proses latihannya, seperti memasak atau hanya melihat dan sekadar merasakan aktivitas bersama para penari. Begitulah ia mencipta karya S(h)elf pada Mei lalu.

Dalam pementasan Selamat Datang dari Bawah, di Galeri Salihara nanti, Fitri menyajikan karya yang terdiri atas tiga bagian, yaitu Lubang Cahaya Bernapas, Penyusup dalam Tubuh, dan Dataran yang Terus ke Dasar. Karyanya ini meramu berbagai unsur, yakni kisah Franz Schubert, komponis Australia, yang melatih jari-jari tangannya dengan batu; pandangan Zen di sekitar pikiran yang terjebak dalam balok es; serta instalasi Bodyscape karya Titarubi. Dia ingin memperlihatkan bagaimana merawat hubungan mistik antara tubuh dan dataran.

Ismi Wahid

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya