Produser Incognito pun Kesengsem Dira Julianti Sugandi
Minggu, 19 September 2010 10:49 WIB
Album itu berisi 11 lagu berbahasa Inggris dan 2 lagu bahasa Indonesia, Kami Cinta Indonesia ciptaan Harry Roesli dan Ku Cemburu gubahan Rieka Roslan. Album itu lebih dulu beredar di London dan Tokyo, Maret lalu.
Dira memang lebih tersohor di luar negeri ketimbang di Indonesia. Maklumlah, dia kerap manggung dalam konser bersama musisi jazz dunia. Salah satunya Incognito asal Inggris. Produser tersohor Incognito, Jean Paul Bluey Maunick, adalah orang yang membimbing Dira hingga kariernya menjadi seperti saat ini.
Perkenalan dengan Bluey terjadi sembilan tahun lalu. Sebagai penyanyi kafe, Dira termasuk penggemar berat Incognito. "Saya hafal semua lagunya," katanya. Saat Incognito tampil di Bandung, Dira membeli tiket termahal di deret kursi paling depan. Kebiasaan Bluey yang ingin tampil sedekat mungkin sehingga penonton diminta berdiri.
Dira makin girang. Mojang Bandung ini benar-benar menikmati. "Saya berjoget dan bernyanyi," tuturnya. Saat vokalis Incognito, Xavier Barnett, menyodorkan mikrofon, Dira pun menyanyi. Xavier tercengang mendengar hafalan Dira. Selesai manggung, ia memberi isyarat agar Dira pergi ke belakang panggung.
Dira tentu saja senang dengan ajakan itu. "Hanya say hello dan bertukar nomor telepon," ujarnya.
Tak disangka, esok hari Xavier menelepon. "Saya diundang ke hotel," katanya. Di sana, dia dikenalkan dengan Bluey. Produser dan komposer gaek itu memuji suara Dira. Mereka cukup akrab. Obrolan pun berlangsung hingga subuh. Bluey meminta Dira mengirim e-mail. "Saya gampang lupa," ujar Dira, menirukan Bluey.
Setelah Incognito meninggalkan Bandung, Dira menjalankan pesan Bluey, berkirim surat. "Sekadar kirim kabar," katanya. Sayang, lebih dari setahun surat itu tak berbalas. Namun Dira memilih merendah. "Wajar tak berbalas, emang siapa saya?" ujarnya.
Balasan Bluey tak disangka Dira. Bukan berbentuk surat atau panggilan telepon, justru Dira ditelepon oleh promotor Incognito di Indonesia, Peter Basuki. Bluey meminta Peter mengirim contoh suara Dira. Begitu mendengar, Bluey langsung kesengsem. Dira pun diajak konser ke Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar. Tiga tahun kemudian, ajakan kembali datang untuk konser di Jakarta, Bali, dan Singapura.
Bluey, kata Dira, menginginkannya lebih sering tampil bersama Incognito. Namun Bluey menyadari klien barunya ini masih sekolah. "Saya diminta lulus dulu," kata Dira.
Berkat konser bareng Incognito itu, Dira diundang mengikuti Jakarta International Java Jazz Festival sejak enam tahun lalu. "Saya tak pernah absen." Tahun lalu dia manggung bersama Jason Mraz, dan Maret lalu Dira tampil solo.
Setelah lulus kuliah dari Vocal Performance Universitas Pelita Harapan, Jakarta, pada 2006, Dira diundang Bluey ke London. Undangan ini membuat dia dan keluarganya kelabakan menyiapkan ongkos. "Sempat mau jual mobil," katanya. Namun diurungkan karena banyak orang yang membantu. Di London, ia menginap di rumah keluarga Bluey.
Bluey menawarkan membuatkan album, namun Dira diminta berusaha mendapatkan sponsor. Meski begitu, Bluey berjanji akan menyisihkan sebagian pendapatan konsernya untuk pembuatan album jika Dira tak mendapatkan sponsor. "Saya terharu," katanya.
Dira beruntung. Seorang pengusaha bidang energi berminat menjadi sponsor Dira tanpa kontrak apa pun. Nilainya lebih dari Rp 1 miliar. Sponsor ini didapatkan Dira saat membantu Eros Djarot membesut suatu konser. Kebetulan pengusaha ini mengenal mendiang kakeknya. "Kakek saya dokter keluarga beliau (si pengusaha)," katanya. Dengan dana itu, ia lancar jaya membuat album.
Isi album itu diciptakan Bluey berdasarkan kisah perjalanan Dira menjadi musisi jazz. Beragam pujian mampir di akun Facebook maupun Twitter miliknya. Beberapa penggemar mengaku kaget kalau Dira berasal dari Indonesia. Bahkan ada orang Indonesia yang tinggal di Amerika mendapatkan album Dira di luar negeri.
Sayang, ketenaran serupa tak diperolehnya di negeri sendiri. "Tak ada yang menawari rekaman," katanya. Sebelum dengan Bluey, memang ada produser menawari rekaman. "Saya ogah karena dia minta uang dulu," ucapnya. Meski banyak yang menyarankan pindah ke luar negeri, Dira bertahan. "Ini saran Bluey," ujarnya.
Musik telah menjadi separuh jiwa Dira. Bakat ini diolah sejak kecil. Kedua orang tuanya, Rudiama Sugandi dan Mira Susanti, penyuka musik. Dari orang tuanya pula Dira bisa berkenalan dengan beberapa seniman, seperti Harry Roesli dan Yockie S. Prayogo.
Pujian datang, gosip pun mulai menerpa. Beruntung Dira memiliki mentor Bluey, yang peduli akan hal-hal pribadi. Dira diminta mengurangi pertemuan yang tak penting. "Lebih baik olahraga," katanya. Begitu pula orang tuanya. Mereka sadar putri sulungnya menjadi sorotan publik. "Jangan lupa salat," kata Dira menirukan ayahnya.
Akbar Tri Kurniawan
Biodata
Nama: Dira Julianti Sugandi
Tempat dan tanggal lahir: Bandung, 29 Juli 1979
Orang tua: Rudiama Sugandi dan Mira Susanti
Status: sulung dari dua bersaudara
Pekerjaan: penyanyi jazz
Album: Something about the Girl
Pendidikan:
* Sekolah Menengah Atas Taruna Bakti 1997
* Teknik Sipil Universitas Parahyangan (pindah tahun 2000)
* Vocal Performance Universitas Pelita Harapan (2000-2006)
Penghargaan:
* Best Up Coming Talent Java Jazz International Jakarta 2009
* Theme Song for Asian Development Bank 2010