Nelofer Pazira: Menggarap Film di Wilayah Konflik  

Reporter

Editor

Rabu, 18 Agustus 2010 08:39 WIB

Nelofer Pazira. (TEMPO/JACKY RACHMANSYAH)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis siang lalu, Nelofer Pazira – sutradara film Act of Dishonour – bertandang ke kantor Majalah Tempo. “Saya selalu menghindari bepergian saat Ramadhan. Tetapi kali ini saya berada di Indonesia. Ini berkah bagi saya untuk proses pembelajaran,” kata perempuan berdarah Afganistan, yang sebelumnya dikenal lewat film Kandahar (2001) itu.

Rupanya, ini merupakan lawatan Pazira yang pertama kalinya ke Indonesia. Pazira datang dalam rangka pemutaran film terbarunya Act of Dishonour di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis lalu. Berikut petikan perbincangan singkat dengan perempuan berkebangsaan Kanada yang juga seorang jurnalis dan penulis itu seputar film barunya:

Apa yang menjadikan Anda tertarik dengan tema konflik budaya dan kemudian memfilmkannya?

Advertising
Advertising

Bagi saya, sangat menarik mempelajari sosial dan kultur negara lain, apalagi di daerah konflik dan penuh militerisasi itu. Perempuan selalu menderita dalam konflik yang berkepanjangan. Pada masa peperangan Afganistan tahun 1979, laki-laki yang ada di garis depan pasti menjadi pahlawan. Apapun yang terjadi dengannya. Banyak perempuan yang kehilangan anak lelakinya atau suaminya.

Dalam film itu Anda berperan sebagai Mejgan, perempuan Afganistan. Mengapa Anda digambarkan sebagai orang asing yang tidak banyak tahu adat istiadat desa itu?

Banyak orang-orang Afganistan keluar dari negaranya pada saat perang dulu. Saya bersama keluarga menetap lama di Kanada selama 20 tahun. Keluarga saya ingin menghapus masa-masa buruk di Afganistan. Ketika kami kembali dalam waktu yang sangat lama itu, semuanya menjadi sangat asing dengan apapun. Begitu juga dengan adat istiadat.

Seperti film sebelumnya, mengapa Anda menyukai film yang berbasis dokumenter?

Saya sangat menyukai dokumenter karena menggambarkan momen atau kisah yang sebenarnya. Dalam film ini, bahannya saja sudah sangat rumit, kisah nyata dan sangat mengisnpirasi. Dan saya ingin membaginya dengan Anda.

Apa tantangan Anda ketika membuat film ini dibandingkan film sebelumnya?

Saat pembuatan film Kandahar lebih sulit. Keadaannya membingungkan. Mereka juga dalam keadaan kesulitan ekonomi dan sangat sulit ditembus. Tidak ada orang lokal yang bisa membantu. Tapi itu 9 tahun lalu.

Untuk film ini, saya kesulitan mencari pemeran perempuan yang pas. Manajer produksi mengatakan kepada saya tidak akan ada orang lokal yang membantu karena film yang dibuat bercerita tentang pembunuhan bagi kaum itu. Dan saya tetap mengambilnya.

Untungnya, kami mengambil gambar di sebuah desa di perbatasan antara Afganistan dan Tajikistan. Kru film yang terlibat dari Kanada, Tajikistan, dan Afganistan. Banyak bahasa dan budaya yang dipakai. Saya kadang tidak memahami mereka. Tapi semuanya bisa diatasi. Kami sama-sama belajar.

ISMI WAHID

Berita terkait

Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

4 April 2018

Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian

Baca Selengkapnya

Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

17 Oktober 2017

Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year

Baca Selengkapnya

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

13 Oktober 2017

Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.

Baca Selengkapnya

Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

9 Oktober 2017

Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.

Baca Selengkapnya

Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

22 September 2017

Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada

Baca Selengkapnya

Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

22 September 2017

Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan

Baca Selengkapnya

Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

15 September 2017

Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya

Baca Selengkapnya

Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

31 Juli 2017

Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.

Baca Selengkapnya

Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

15 Juli 2017

Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.

Baca Selengkapnya

Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

31 Mei 2017

Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.

Baca Selengkapnya