Musikal 100 Seniman  

Reporter

Editor

Minggu, 11 Juli 2010 10:01 WIB

pertunjukan drama musikal Diana. (TEMPO/Aryus P Soekarno)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pertunjukan Rahasia Hatiku, sebuah musikal, 7-8 Juli 2010 di Balai Sidang (Convention Hall) Jakarta, mungkin karya pentas paling spektakuler selama ini. Produksinya melibatkan 20 penari, 30 penyanyi paduan suara, 3 penyanyi latar, 45 pemain musik. Sekitar 100 seniman.

Setelah pertunjukan ini selama beberapa minggu ditulis di halaman depan harian Kompas, kita punya harapan besar terhadap Rahasia Hatiku. Ternyata musikal ini tidak dibangun dengan mis-en-scene nan rancak.

Gagasan memakai lagu-lagu Koes Plus, band terkenal sejak 1960-an, sebagai fondasi utama sebenarnya ide yang menarik. Musiknya menyenangkan didengar, dengan lirik yang cukup bagus. Tetapi variasi "tema"-nya tidak mudah disatukan. Rahasia Hatiku tampak memaksakan diri untuk menyuntingnya dengan plot cerita yang dibuat oleh Bre Redana dan Agus Noor.

Advertising
Advertising

Ceritanya begini: grup musik The Band yang dipimpin Yoko pergi ke Tilore, sebuah daerah konflik. Perjalanan itu disertai seorang wartawan infotainmen, Mariska, yang jatuh hati kepada sang pemimpin band. Sesampainya di Tilore, hubungan itu (menurut buku pertunjukan) "menemukan kompleksitas baru". Yoko jatuh cinta kepada Diana, yang ternyata putri tunggal tokoh pejuang Tilore, Da Silva. Yoko "harus menentukan pilihan-pilihan penting" karena itu.

Dengan plot itu, dapat dipasanglah lagu Koes Plus, sejak Diana sampai Da Silva, mulai Kelelawar hingga Pelangi.

Dalam buku program, Bre Redana membuat pembelaan bahwa ceritanya tidak harus "persis" seperti pengalaman hidup si seniman. Penjelasan ini sebenarnya tidak perlu, apalagi uraian sepanjang tiga paragraf tentang bagaimana seharusnya menafsirkan esai Roland Barth. Yang perlu dijawab: mengapa untuk menampilkan lagu-lagu Koes Plus kembali dalam kemasan musikal, cerita harus dibawa ke soal "daerah konflik"? Padahal, untuk mengaitkan Rahasia Hatiku dengan kehidupan "para remaja dan pasca-ideologis", akan lebih asyik dan pas jika ceritanya berlatar belakang kehidupan di "Citos" atau Kemang, misalnya, tempat ngerumpi, makan dan minum para muda.

Mungkin "daerah konflik" dipilih karena penggagas cerita hendak memasukkan komentar tentang kemanusiaan, mungkin pula untuk membuat pementasan dramatik dan tegang. Tetapi, selama satu setengah jam, tidak terasa ada ketegangan dramatik sama sekali. Bagian demi bagian tidak membangun suasana (mood) apa pun. Masing-masing adegan seperti sibuk sendiri.

Penyutradaraan Garin Nugroho kelihatannya tanpa konsep yang matang. Tidak jelas arahnya. Adegan Da Silva jadinya seperti sebuah parodi terhadap seorang hero--aktornya tampak seperti pelawak--padahal sebelumnya (melalui film yang disorotkan ke bagian atas pentas) dikesankan Tilore adalah sebuah daerah yang diserbu oleh marinir, paratrup, dan bom yang menimbulkan korban serta kepanikan. Kita berharap sang pemimpin perlawanan akan lebih angker.

Kita juga tidak tahu kenapa ada adegan gadis-gadis berseragam merah, membawa bantal, dan bicara seperti anak-anak. Ada lagi adegan pembunuhan oleh pasukan rahasia, tetapi tak ada suasana mencekam, meskipun kostumnya berniat serem. Di panggung kadang-kadang dimasukkan prop-prop besar yang impresif (gramafon, biola, koper dalam ukuran raksasa), tetapi ini juga tidak menimbulkan asosiasi apa-apa dalam adegan.

Daerah Tilore mungkin tidak perlu harus ditafsirkan sebagai Timor Loro Sae, tetapi daerah ini tampaknya ada di "Dunia Ketiga" (di mana di negeri maju ada pasukan gerilya?). Tetapi kita lihat ada portir hotel yang mengangkut koper dengan pakaian hotel internasional, ada foto bandara yang seperti di Frankfurt (tanda "Ausgang"), dan orang-orang berjalan seperti berjalan di jalan raya kota besar yang mampu. Kostum yang dipakai di daerah itu--termasuk si Diana--lebih tampak seperti kostum muda-mudi kelas menengah-atas Kota Jakarta. Pendeknya, tidak koheren.

Koreografi yang dibuat Eko Supriyanto tidak membantu, tidak membangun suasana, malah sering kali mengganggu adegan. Para penari buat lagu Kelelawar, misalnya, dengan pakaian mirip kelelawar diletakkan berjubel dengan adegan lain. Satu adegan pas-de-deux dengan seorang pria berbaju bergambar salib di dada dan lingkar kembang (mandala?) di punggung lebih merupakan interupsi daripada aksentuasi pada suasana.

Yang cukup bagus adalah pengaturan musik oleh Yockie. Bantuan paduan suara Universitas Indonesia pimpinan Aning Katamsi cukup jadi selingan yang lezat dalam musikal ini, meskipun sebenarnya tidak perlu misalnya membawa bentuk "hati" sambil digerak-gerakkan; efeknya terasa kekanak-kanakan.

Kita tidak akan berbicara detail tentang akting; mereka yang di pentas itu hampir semuanya belum cukup berlatih untuk itu. Masih kaku dengan sejumlah gesture tangan dan badan yang klise. Suara dialog yang dibantu dengan mikrofon jepit dekat mulut hanya mengganggu penampilan dan tidak membantu memberikan nuansa kepada nada percakapan (hampir semuanya keras).

Mungkin juga ini karena Plenary Hall dan pentasnya bukan tempat yang bagus untuk musikal. Akustiknya tidak cocok dan pentas yang dijadikan bertingkat itu kurang dalam, hingga seperti selalu berjejal. Sayangnya, blocking dan pencahayaan tidak cukup kreatif untuk membuat ruang itu pas buat adegan, terutama ketika diperlukan bidang yang kecil.

Mudah-mudahan kelak, dengan biaya yang besar itu (kita perkirakan sampai Rp 2 miliar), para seniman lebih mampu menghasilkan karya yang akan dikenang sampai lama.

PAULUS SIHOTANG & SOUTANT RAMALI (PENGAMAT BUDAYA)

Berita terkait

Daftar 10 Tembang Paling Hits dan Enak dari MLTR yang Lusa Tampil di Yogya

4 November 2022

Daftar 10 Tembang Paling Hits dan Enak dari MLTR yang Lusa Tampil di Yogya

Tercatat sudah ada 9 album yang telah dirilis MLTR singkatan Michael Learns To Rock. Simak 10 tembang paling hits MLTR yang enak didengar.

Baca Selengkapnya

Michael Learns To Rock Gelar Konser Musik di Oktober, Ini Sederet Albumnya

6 Agustus 2022

Michael Learns To Rock Gelar Konser Musik di Oktober, Ini Sederet Albumnya

Grup slow rock asal Denmark itu bakal melakukan konser musik di Oktober nanti. Jakarta dan Surabaya.

Baca Selengkapnya

Konser Musik Dunia: Michael Learns To Rock Bakal Manggung di Indonesia di Oktober

5 Agustus 2022

Konser Musik Dunia: Michael Learns To Rock Bakal Manggung di Indonesia di Oktober

Promotor Color Asia Live, salah satu sponsor konser musik dunia itu, David Ananda mengatakan konser MLTR akan berlangsung di Jakarta dan Surabaya.

Baca Selengkapnya

Harga Tiket Konser Westlife di Jakarta, Mulai Dijual 28 Mei 2022

24 Mei 2022

Harga Tiket Konser Westlife di Jakarta, Mulai Dijual 28 Mei 2022

Tiket konser Westlife The Wild Dreams Tour di Jakarta mulai dijual Sabtu, 28 Mei 2022 dengan harga termurah Rp 1,45 juta.

Baca Selengkapnya

Westlife Gelar Konser di Jakarta 11 Februari 2023, Bakal Ada Kejutan Spesial

24 Mei 2022

Westlife Gelar Konser di Jakarta 11 Februari 2023, Bakal Ada Kejutan Spesial

Konser Westlife di Jakarta akan menghadirkan semua lagu-lagu hits mereka yang dikemas dalam pertunjukan spektakuler dan kejutan spesial lainnya.

Baca Selengkapnya

Billie Eilish Hentikan Konser Demi Selamatkan Penggemar yang Kesulitan Bernapas

8 Februari 2022

Billie Eilish Hentikan Konser Demi Selamatkan Penggemar yang Kesulitan Bernapas

Billie Eilish menghentikan sementara konser di Atlanta setelah melihat penggemar kesulitan bernapas dan meminta bantuan staf untuk memeriksanya.

Baca Selengkapnya

Konser Offline TWICE Hari Pertama Dibatalkan Akibat Lonjakan Kasus Covid-19

17 Desember 2021

Konser Offline TWICE Hari Pertama Dibatalkan Akibat Lonjakan Kasus Covid-19

TWICE membatalkan konser offline hari pertama yang digelar pekan depan di Seoul karena lonjakan kasus Covid-19 di Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

#dirumahaja, Tonton Konser One World: Together At Home di Joox

17 April 2020

#dirumahaja, Tonton Konser One World: Together At Home di Joox

Konser virtual yang menampilkan deretan musikus dunia seperti Billie Eilish dan Charlie Puth, disiarkan Joox pada 19 April 2020.

Baca Selengkapnya

Oh Wonder Bakal Konser di Jakarta

6 Februari 2020

Oh Wonder Bakal Konser di Jakarta

Konser Oh Wonder di Jakarta merupakan bagian dari tur dunia yang dilakukan duo alternatif-pop asal London, Inggris itu tahun ini.

Baca Selengkapnya

ONE OK ROCK Bakal Manggung di Istora Senayan Jakarta

14 Januari 2020

ONE OK ROCK Bakal Manggung di Istora Senayan Jakarta

Tiket konser grup band rock asal Jepang ONE OK ROCK mulai dijual pada 20 Januari 2020.

Baca Selengkapnya