Penampilan Baru Sang Nyai  

Reporter

Editor

Selasa, 11 Mei 2010 08:34 WIB

Pementasan teater Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat. (TEMPO/Prima Mulia)
TEMPO Interaktif, Musik gamelan mengalun. Seorang perempuan berkebaya putih dengan sanggul dan kalung keemasan melangkah anggun. Tangan kanannya menenteng koper yang terbuat dari logam. "Di dalam koper tua ini tersimpan semua kenangan hidupku," katanya seraya meletakkan koper itu di lantai.

Dari koper yang dibukanya, ia mengambil selendang merah. Sehelai kain itu dulu dipakainya ketika ia dijual orang tuanya seharga 25 gulden kepada administrator pabrik gula dari Belanda: Tuan Herman Mellema. Sejak itu, Sanikem—begitu nama perempuan kembang desa di Sidoarjo itu—menjadi gundik sang administrator. Dendam kesumat kepada orang tuanya kemudian tumbuh bersama derita sebagai istri simpanan Tuan Mellema.

Begitulah drama dengan lakon Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh, yang dipentaskan di Bale Handap Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Bandung, Jawa Barat, pada Jumat malam lalu. Kisah dalam drama itu mengalir dengan alur mundur, dari Sanikem sebagai gadis remaja hingga menjelma menjadi Nyai Ontosoroh.

Untuk kedua kalinya, sutradara Wawan Sofwan mementaskan kisah yang pernah digarapnya pada 2007 tersebut. Saat itu pementasan sepanjang tiga jam tersebut melibatkan banyak pemain. Kali ini pementasannya hanya 90 menit dan melibatkan empat pemain saja. Mereka sebagian pernah ikut pementasan Nyai Ontosoroh sebelumnya. Misalnya Sita Nursanti, mantan penyanyi kelompok trio Rida-Sita-Dewi (RSD), yang kini dipercaya sebagai Nyai Ontosoroh.

Ada pula pemain yang berperan ganda: Agni Melati. Ia berperan sebagai anak kedua Nyai bernama Annelies sekaligus Nyai muda ketika bernama Sanikem. Lalu, Willem Bevers menjadi Tuan Mellema dan Bagus Setiawan sebagai Minke, siswa Hogere Burger School (HBS) kekasih Annelies.

Pementasan kali ini juga menawarkan versi baru drama Nyai Ontosoroh, hasil adaptasi novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Bersama penulis naskah Faiza Mardzoeki, sutradara Wawan Sofwan memulai cerita dramanya justru dari bagian terakhir novelnya. “Adaptasi novel itu sangat memungkinkan dieksplorasi untuk sebuah pertunjukan yang berbeda,” ujar Faiza, yang juga produser acara.

Dan malam itu, di atas pentas Sanikem perlahan-lahan lenyap. Perempuan desa itu menjelma menjadi sosok baru. Setelah suaminya pensiun, ia dipercaya mengendalikan perusahaan bernama Boerderij Buitenzorg. Tapi warga pribumi lebih gampang menyebutnya Ontosoroh. “Mereka memanggilku Nyai Ontosoroh," katanya dengan senyum bangga.

Dalam novelnya, Pramoedya menggambarkan Nyai sebagai perempuan yang melawan garis nasibnya sebagai seorang gundik. Ia bangkit dengan mempelajari apa saja dari pengalaman hidupnya agar tak dihina oleh siapa pun, terutama oleh pengadilan berasas hukum Eropa yang tak mengakuinya sebagai istri seorang Belanda, juga dua anak yang dilahirkannya.

Agar nasibnya tak menurun ke Annelies, Nyai menentang hukum itu habis-habisan walau akhirnya kalah. "Kita telah melawan, Nyo," kata Nyai kepada Minke, yang dipanggilnya Sinyo. "Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya...." Kalimat yang menutup pementasan itu sontak disambut tepuk riuh sekitar 200 penonton.

Menurut Wawan, tak mudah menampilkan sosok Nyai Ontosoroh secara singkat dalam pertunjukan kecil. Dalam novel Bumi Manusia, Wawan menghitung, ada lebih dari 100 adegan dengan puluhan tempat kejadian. Setelah mencari inti masalah dan tema buku selama beberapa hari di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, ia menemukan pintu masuk dan tempat yang tepat. "Harus ada penyempitan ruang peristiwa, yaitu di rumah Nyai," ujarnya.

Bale Handap Selasar Sunaryo, yang bergaya rumah joglo, dipilih menjadi panggung alami. Penata panggung cukup membangun suasana rumah dan ruangan imajiner dengan penempatan bale-bale panjang di bagian tengah serta sebuah kursi dan dua meja kecil di sisi panggung.

Sayang, suasana di rumah orang kaya pedesaan di zaman kolonial itu, yang telah tertancap kuat sejak awal, menjadi pudar setelah sorotan gambar ke layar putih sebagai latar panggung beberapa kali menampilkan interior rumah modern. Cat putihnya pun sangat kontras dengan tiang rumah joglo dan perabot, yang seluruhnya terbuat dari kayu bernuansa cokelat.

Pementasan di Bandung malam itu, dan selanjutnya di Erasmus Huis, Jakarta, pada 11 Mei ini, semacam pemanasan sebelum mereka tampil berkeliling Eropa. Menurut Faiza, Nyai Ontosoroh diundang tampil di Tropentheater Amsterdam dan Tong Tong Festival, Den Haag, pada 20-22 Mei mendatang. Setelah itu, mereka akan tampil di Antwerp, Belgia, pada 26 Mei 2010.

Tapi, sebelum bertolak ke dua negara itu pada 17 Mei nanti, mereka sepertinya harus memperbaiki tata lampu yang, dalam pementasan Jumat malam lalu, sering mati karena generator tak memadai. Berkali-kali gangguan serius itu membuat penonton kecewa berat.


l ANWAR SISWADI

Dari Happy Salma ke Sita 'RSD'

Semula sutradara Wawan Sofwan ingin kembali mengajak Happy Salma menjadi pemeran utama dalam drama Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh. Soalnya, dalam pementasan drama sebelumnya di Jakarta pada 2007, Happy berperan sebagai Nyai Ontosoroh. "Ini seperti meneruskan pekerjaan yang dulu," kata Wawan.

Tapi Happy angkat tangan. Ia terlalu sibuk menjalani kontrak syuting sinetron yang padat. Peran itu kemudian ditawarkan kepada Sita, yang juga pernah bermain dalam Nyai Ontosoroh bersama Happy. "Awalnya dia (Sita) agak shocked juga karena ini pekerjaan yang berat,” ujar Wawan. Dua hari kemudian, Sita menerima tawarannya.

Proses latihan dimulai pada Februari lalu. Saban pekan, Wawan melatih empat aktornya di Jakarta dan Bandung secara bergiliran. Sepekan sebelum pementasan, seluruh pemain berlatih intensif. Mereka juga menjalani karantina di Selasar Sunaryo.

Menurut Wawan, tak terlalu sulit melatih Sita menjadi Nyai karena ia sudah tak asing dengan dunia akting. Pertimbangan lain memilih Sita, tokoh Nyai kali ini juga perlu bersenandung. Dan suara Sita memang terdengar merdu.

Mungkin karena tegang atau menjaga hafalan teks monolog yang berselang-seling dengan dialog, akting Sita malam itu tak selincah Agni Melati. Agni cukup luwes menjadi Sanikem muda saat sedih dan tertekan, hingga berganti peran menjadi Annelies yang agak kenes.


l ANWAR SISWADI

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

3 hari lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya