“Mungkin karena saya yang seniman ini dianggap netral,” kata Butet dalam acara Deklarasi Pemilu Damai di Gedung Bidakara, Jakarta, tadi malam.
Dengan menirukan suara almarhum mantan Presiden Soeharto, Butet mengatakan Indonesia sekarang sedang menanggung utang. “Bangsa yang dulu dikenal kaya budaya kok sekarang dikenal sebagai bangsa yang kaya utang,” katanya.
Menurut Butet, saat ini Indonesia sering dilecehkan bangsa lain. Ia mencontohkan kasus reog yang diklaim sebagai milik Malaysia dan blok Ambalat yang tak dihormati oleh Negeri Jiran.
Butet juga menyebutkan tenaga kerja Indonesia sering dilecehkan. “Mereka (TKI) selalu dipuji sebagai pejuang devisa, diantar dengan wajah berseri tapi dikembalikan dalam peti mayat. Yang berkewajiban mengurus ngapain aja?” katanya yang disambut tepuk tangan hadirin.
Butet kemudian menyentil berjatuhannya jatuhnya pesawat dan helikopter TNI belakangan ini. Ia beranekdot, pesawat Indonesia hebat karena tanpa dipakai perang bisa jatuh sendiri.
Butet juga mempertanyakan lembaga survei yang sudah tak independen. Menurut Butet, lembaga survei bisa dipesan seenak hati. “Mau satu putaran bisa, mau yang paling populer juga bisa,” katanya.
Monolog Butet ini disampaikan setelah penampilan budaya dari pasangan Mega-Prabowo yang memunculkan lagu Gebyar-gebyar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mendengar monolog Butet ini terlihat gusar. Rona wajahnya sempat memerah.
Anggota Komisi Pemilihan Umum I Gusti Putu Artha mengatakan tak ada masalah dengan monolog Butet. Menurut Putu Artha, tiap calon bebas menampilkan atraksi budaya. “Tak ada masalah secara substansi,” katanya.
Tapi, Putu mengakui penampilan budaya itu mengundang protes dari Andi Zulkarnaen Malarangeng, konsultan politik tim kampanye Yudhoyono-Boediono. Menurut Putu, Choel, panggilan Andi Zulkarnaen, mempertanyakan waktu pentas budaya yang sampai 30 menit. “Seharusnya hanya 20 menit,” katanya.
PRAMONO/GUNANTO