Monolog Butet Merahkan Rona SBY

Reporter

Editor

Kamis, 11 Juni 2009 05:45 WIB

-

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tak "tega" mengucapkan sendiri, pasangan calon presiden dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto mengkritik berbagai kondisi negara melalui monolog Butet Kertarajasa. Butet mengaku diminta mewakili Megawati dan Prabowo untuk menyampaikan orasi.

“Mungkin karena saya yang seniman ini dianggap netral,” kata Butet dalam acara Deklarasi Pemilu Damai di Gedung Bidakara, Jakarta, tadi malam.

Dengan menirukan suara almarhum mantan Presiden Soeharto, Butet mengatakan Indonesia sekarang sedang menanggung utang. “Bangsa yang dulu dikenal kaya budaya kok sekarang dikenal sebagai bangsa yang kaya utang,” katanya.

Menurut Butet, saat ini Indonesia sering dilecehkan bangsa lain. Ia mencontohkan kasus reog yang diklaim sebagai milik Malaysia dan blok Ambalat yang tak dihormati oleh Negeri Jiran.

Butet juga menyebutkan tenaga kerja Indonesia sering dilecehkan. “Mereka (TKI) selalu dipuji sebagai pejuang devisa, diantar dengan wajah berseri tapi dikembalikan dalam peti mayat. Yang berkewajiban mengurus ngapain aja?” katanya yang disambut tepuk tangan hadirin.

Butet kemudian menyentil berjatuhannya jatuhnya pesawat dan helikopter TNI belakangan ini. Ia beranekdot, pesawat Indonesia hebat karena tanpa dipakai perang bisa jatuh sendiri.

Butet juga mempertanyakan lembaga survei yang sudah tak independen. Menurut Butet, lembaga survei bisa dipesan seenak hati. “Mau satu putaran bisa, mau yang paling populer juga bisa,” katanya.

Monolog Butet ini disampaikan setelah penampilan budaya dari pasangan Mega-Prabowo yang memunculkan lagu Gebyar-gebyar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mendengar monolog Butet ini terlihat gusar. Rona wajahnya sempat memerah.

Anggota Komisi Pemilihan Umum I Gusti Putu Artha mengatakan tak ada masalah dengan monolog Butet. Menurut Putu Artha, tiap calon bebas menampilkan atraksi budaya. “Tak ada masalah secara substansi,” katanya.

Tapi, Putu mengakui penampilan budaya itu mengundang protes dari Andi Zulkarnaen Malarangeng, konsultan politik tim kampanye Yudhoyono-Boediono. Menurut Putu, Choel, panggilan Andi Zulkarnaen, mempertanyakan waktu pentas budaya yang sampai 30 menit. “Seharusnya hanya 20 menit,” katanya.

PRAMONO/GUNANTO

Berita terkait

Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

29 Juli 2017

Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.

Baca Selengkapnya

Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

13 Oktober 2016

Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

12 Oktober 2016

Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.

Baca Selengkapnya

Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

23 Agustus 2016

Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.

Baca Selengkapnya

Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

26 Juli 2016

Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

26 Juli 2016

Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.

Baca Selengkapnya

JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

30 Desember 2015

JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"

Baca Selengkapnya

Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

28 Agustus 2015

Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.

Baca Selengkapnya

Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

28 Agustus 2015

Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.

Baca Selengkapnya

Menistakan Pidato

27 Agustus 2015

Menistakan Pidato

Akhirnya mengaku, saya adalah pengarang yang diam-diam gemar "dipaksa" menerima order menulis pidato, sejak 1980-an.

Baca Selengkapnya