Seniman Yogya Siapkan Proyek Simulasi dan Pelatihan Hidup Ala Planet Mars
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Nunuy Nurhayati
Selasa, 29 September 2020 18:34 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Venzha Christ, seniman Yogya pelopor astronomical art atau seni yang obyeknya mengangkat berbagai hal tentang antariksa, menyiapkan sebuah mega proyek. Proyek seni itu berupa sebuah simulasi dan pelatihan hidup ala Planet Mars yang akan dilakukan di Yogya akhir tahun 2020 ini.
Di Indonesia, proyek simulasi seperti ini merupakan yang kali pertama dilakukan. Simulasi ini diberi nama VMARS, kepanjangan dari v.u.f.o.c Mars Analog Research Station. “Dari proyek simulasi ini kami ingin membangun semacam pusat pelatihan hidup ala Planet Mars, yang berkolaborasi dengan komunitas regional, nasional maupun internasional dalam ranah sains dan teknologi antariksa,” ujar Venzha di Yogyakarta Selasa, 29 September 2020.
Targetnya program VMARS ini akan dimulai pembangunannya pada akhir 2020 dan akan memulai proto program pada awal 2021, yang kemudian program pertamanya pada pertengahan 2021. Sebelumnya VMARS direncanakan mulai pembangunannya pada awal 2020 ini tapi karena pandemi Covid-19,pelaksanaannya harus mundur.
Mengenai tempat dan lokasi pasti simulasi dan pelatihan ala Mars itu, Venzha masih belum mengungkapkan. Namun yang pasti tempat simulasi dan pelatihan itu ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Venzha menuturkan ide ini berawal dari diskusi panjang yang dilakukan lembaga nirlaba ISSS atau Indonesia Space Science Society yang berdiri sejak 2015. ISSS adalah sebuah platform terbuka yang dibangun bagi mereka yang tertarik menggeluti Space Science dan Space Exploration.
Venzha, yang juga founder ISSS sekaligus pemantik ide membangun pusat pelatihan hidup ala Planet Mars ini sebelumnya berhasil terpilih sebagai satu perwakilan Indonesia yang mengikuti pelatihan hidup di Mars oleh lembaga MDRS (Mars Desert Research Station) yang didanai oleh MUSK Foundation - Elon Musk dari SpaceX di Amerika Serikat pada 2018 lalu.
Ia juga sempat terpilih dalam proyek simulasi dalam SHIRASE - Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering, yang digelar lembaga Field Assistant di Jepang pada 2019. “Dari kedua program itulah saya mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana membangun pusat pelatihan dan simulasi planet Mars ini, dan akan coba diaplikasikan di Indonesia, ” ujarnya.
Adapun proyek simulasi dan pelatihan hidup di Mars di Yogya ini akan berkolaborasi dengan berbagai komunitas regional, nasional maupun internasional dalam ranah sains dan teknologi antariksa.
Beberapa Lembaga dan Institusi yang akan terlibat antara lain LAM (Laboratoire d'Astrophysique de Marseille), Field Assistant (Jepang), NARIT (Thailand), LAPAN (Indonesia), Mars Society (USA/Japan), Observatorium BOSSCHA (Indonesia), IMeRA Institute for Advance Study (Perancis), CEOU (Korea), IRAM (Perancis), SETI Institute (USA), ISAS (Jepang), SCASS (UAE), dan lain-lain.
VMARS sendiri akan mengadakan soft-launching karya simulasi itu dengan instalasi interaktif yang dipamerkan di BAB - Bangkok Art Biennale 2020, Thailand, dan di Yogyakarta Indonesia dengan judul "Mars Is (Not) A Simulation - a terraforming paradox after the mission".
Karya ini memaparkan tentang usaha dan kemungkinan untuk menjadikan Mars sebagai Bumi kedua atau tempat baru yang akan dibangun sebuah peradaban dengan banyaknya faktor kendala yang ekstrem.
Karya ini mendorong pemikiran kritis tentang kondisi alam di Planet Mars bagi rencana ekspansi manusia bumi untuk membuat koloni manusia. Selain itu juga mengajak audiens untuk membayangkan masa depan Mars melalui perkembangan teknologi terkini yang dimiliki manusia.
“Saya tidak setuju membangun koloni manusia di Mars karena kondisi di sana tidak layak dihuni manusia, sebelum terraforming Mars benar-benar terjadi. Tetapi saya mendukung pembuatan laboratorium luar angkasa di Mars dan mengembalikan pengetahuannya untuk peradaban dan kehidupan di Planet Bumi yang lebih baik,” kata Venzha.
Terraforming merupakan usaha manusia dengan teknologinya untuk membentuk ekosistem dan lingkungan pendukung kehidupan. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ditemukan cara untuk melakukan terraforming Mars. Menurut Venzha semua itu masih teori dan spekulasi.
Venzha mengungkapkan, suatu saat jika terraforming benar-benar terjadi di Planet Mars, maka di saat yang bersamaan entitas manusia akan lahir menjadi manusia baru bagi peradaban manusia di bumi.
“Melalui VMARS ini kami ingin menjadikan pemahaman baru tentang Mars atau planet lainnya yang memungkinkan untuk dihuni menjadi menarik dari pendekatan berbagai perspektif sains, teknologi, etika, dan juga seni,” ujarnya.
Fokus VMARS pada riset Radio Astronomy, mengenal radiasi benda langit, kreasi Space Food alternatif, inovasi teknologi Space Farming, serta penelitian Extra-Terrestrial Life akan menjadi acuan untuk mengolah logika dan penalaran bagi generasi yang ada sekarang dan akan datang.